"Kakak kenapa?" Bening mengarahkan pandangannya kepada seorang anak laki-laki di depannya.
"Tas kakak diambil orang," jawabnya lemas.
"Kakak baru ya di kota ini, nama kakak siapa?"
"Bening, nama kamu?"
"Oh kak Bening nama ku Adi, Kak. Hidup di kota besar seperti ini tidak mudah Kak. Banyak orang jahat di sekitar kita. Siapa yang kuat dia yang menang, kalo nggak gitu nggak makan. Hidup ini keras Kak," ucap Adi dengan sok tahu-nya.
"Iya kakak mengerti, kamu tinggal di mana, Di?"
"Di sana di bawah jembatan itu," jawab Adi sembari menunjuk fly over yang tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.
"Apa kamu juga bekerja seperti anak-anak itu?" tanya Bening sembari menunjuk ke arah lampu merah di mana ada banyak anak kecil yang mengamen di sana.
"Ngamen maksud Kakak?"
"Emm iya!"
"Iya Kak aku juga pengamen sama seperti mereka, itu pekerjaan kita sehari-hari."
"Kalian tidak sekolah?"
"Hahahahaha ...!"
Kelopak mata Bening mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya ruangan yang tampak menyilaukan. Ekor matanya menyapu setiap sudut ruangan yang didominasi warna putih. Bening mencium bau obat yang sangat menyengat khas rumah sakit."Kamu sudah sadar?" Suara lembut seorang wanita mengalihkan perhatian Bening untuk segera menolehnya.Seketika kedua mata Bening dimanjakan dengan pemandangan indah di depannya. Karena saat ini ada wanita cantik bertubuh seksi duduk di sebelah ranjang tempatnya berbaring."Asstt ... aww ...!" ringis Bening merasakan sakit di kepalanya saat akan bergerak."Kamu jangan bergerak dulu. Saya panggilkan Dokter sebentar." Wanita cantik itu segera beranjak berdiri menuju pintu untuk keluar memanggil dokter, hingga dentuman suara heels yang dipakainya terdengar nyaring saat bersentuhan dengan lantai rumah sakit.Beberapa saat kemudian seorang dokter datang dengan ditemani dua
Ekor mata Bening menyusuri setiap sudut kamar mewah yang akan menjadi tempat berteduhnya saat ini. Decak kekaguman tak pernah surut ia rasakan hingga tak bisa membuatnya berhenti untuk tersenyum.Sungguh Bening tak pernah menyangka akan mendapatkan sebuah kejutan indah dari Tuhan karena dipertemukan dengan seorang wanita berhati malaikat seperti Mami Juwita, dengan memberinya tempat berteduh seindah ini. Tak pernah terpikir oleh Bening sebelumnya bahkan dalam mimpi sekalipun.Kamar cantik yang di dominasi warna soft purple itu dilengkapi dengan sebuah ranjang besar berukuran queen size dengan tirai transparan di setiap sisinya, sungguh cantik sekali.Fasilitas pendukung seperti meja rias, lemari besar bahkan sofa juga terlihat cantik dengan model dan warna yang senada.Gadis itu berlari karena tidak sabar ingin segera merasakan kenyaman yang disajikan tilam empuk itu untuk memanjakan punggungnya, hingga me
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit akhirnya Mami Juwita selesai juga mendandani gadis itu. Bening terperanga melihat pantulan sesosok bayangan di dalam cermin itu, yang tak lain adalah dirinya sendiri.'Cantik sekali, apa benar itu aku?' batinnya berucap. Bukan bermaksud menyanjung atau memuji diri sendiri tapi itulah yang terlihat saat ini. Bahkan Bening tidak bisa mengenali dirinya sendiri.Padahal itu hanya riasan simple dan natural. Apa karena selama ini ia tidak pernah berdandan, sehingga sekali berdandan akan terlihat berbeda.Saat ini Bening tengah memakai gaun selutut model sabrina berwarna maroon pemberian Mami Juwita tadi. Rambutnya disanggul ke atas meninggalkan sedikit anak rambut ya dibiarkan menjuntai, hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Lengkap dengan riasan simpel agar tetap memperlihatkan sisi polos gadis itu."Menakjubkan Sayang. Lihatlah kamu benar-benar sangat cantik!" puji Mami Juwita sembari menangkup wajah cantik g
Sementara itu di sebuah kamar presidential suite yang masih terletak di hotel yang sama dengan hotel di mana Bening berada saat ini telah terjadi kesepakatan yang melibatkan salah satu keluarga orang yang paling berpengaruh di Negeri ini.Seorang wanita tengah duduk dengan anggun di atas sofa dengan ditemani seorang asisten pribadinya. Dia adalah Nyonya Diana istri dari salah satu konglomerat Negeri ini."Bagaimana dengan pesanan ku, apa kau sudah menyediakannya?" tanya wanita anggun itu sembari menggoyangkan gelas yang ada di tangannya."Sesuai dengan permintaan anda Nyonya," jawab seseorang yang masih berdiri di hadapan wanita sosialita itu."Sudah kau pastikan dia sesuai dengan apa yang aku inginkan? Karena aku tidak mau memilih orang yang salah," ucap wanita itu kemudian menyesap wine yang telah dituangkan oleh seorang pelayan hotel. "Karena aku tidak akan memaafkan kesalahan sekecil apapun," lanjut wa
Bening masih menangis di pelukan Lastri saat ia telah mengakhiri cerita tentang kejadian beberapa waktu lalu yang membuatnya bisa terdampar di tempat asing ini."Sudahlah Bening jangan menangis lagi. Kau gadis yang sangat kuat tentunya. Sehingga Tuhan menitipkan ujian ini kepadamu!" ucap Lastri menguatkan gadis itu.'Berat sekali ujian hidup yang harus kau jalani, Nak. Kau benar-benar gadis yang luar biasa!' imbuh Lastri dalam hati."Bolehkah Bening berhenti dari semua ini, Bu? Bening capek, Bening lelah, Bening hiks-""Ssstttt, sudah-sudah jangan menangis lagi. Sudah terlalu banyak air mata yang kau tumpahkan. Berjanjilah mulai saat ini kau tidak akan pernah menangis lagi. Kau harus jadi gadis yang kuat agar tidak ada lagi orang yang mampu menindasmu. Kalau bukan dirimu sendiri yang berjuang siapa lagi yang akan menolongmu, Bening?!" Lastri menangkup wajah sendu gadis itu dengan kedua tangannya.
"Sampai kapan kau akan melakukan hal bodoh itu, Arga!" Suara bariton Tuan Jordan menggelegar di penjuru ruangan.Suasana tampak mencekam di salah satu ruangan gedung milik Ramiro group. Dua orang pria dewasa berbeda generasi kini saling bertatap nyalang. Tidak ada satu pun yang mau mengalah di antara mereka berdua. Ego yang tinggi membuat Ayah dan anak itu selalu bersikap layaknya musuh. Bagai api dalam sekam, perang dingin antara dua manusia dengan ikatan darah yang sama itu pun tidak dapat dielakkan."Sampai aku bosan. Dan anda menyesal telah memiliki anak sepertiku," jawab Arga santai."Apakah begitu caramu berbicara dengan orang tua. Di mana sopan santunmu itu?!" hardik Tuan Jordan."Orang tua? Sejak kapan kau menganggapku anak? Bukankah selama ini aku hanyalah boneka mu saja!" Pemuda itu tersenyum miris.Plakk-Satu tamparan keras mendarat di pipi pemuda itu, sehingga membuat wajahnya berpaling akibat kerasnya tamparan yang ia dapatkan.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit. Akhirnya mobil yang dikendarai Raka sampai di parkiran sebuah apartemen."Ga, bangun kita sudah sampai. Ayo turun!" Raka menepuk-nepuk pipi sahabatnya itu."Apaan sih loe. Ganggu tidur gue aja." Pemuda itu meracau kembali karena merasa tidurnya terusik."Bangun! Kita pindah ke dalam, loe bisa lanjutin tidur di sana entar. Ayo gue bantu loe jalan." Raka sudah membuka pintu mobil sebelah Arga. Ia menarik pemuda itu agar mau beranjak dari mobil."Udah gue bilang, nggak usah ganggu gue, Rak!"Arga masih tak bergeming dari posisinya saat ini sehingga membuat Raka berdecak sebal."Cih, nyusain banget sih loe!" ujarnya kemudian menarik pemuda mabuk tersebut secara paksa.Pemuda bernama Raka Atmaja itu nampak kesulitan saat memapah tubuh besar sahabatnya. Terang saja, karena kondisi fisik Arga yang tinggi besar dan berotot. Hasil dari dia berolah raga setiap hari. Karena sebelum berangk
Setelah kepergian Raka, pemuda itu termenung memikirkan setiap kata yang keluar dari bibir sahabat sekaligus asistennya tadi. Ia nampak menghela nafas dalam sebelum beranjak berdiri menuju kamar tamu, yang biasa ia tempati jika sedang menginap di apartemen milik sahabatnya ini.Langkah kakinya membawa pemuda itu untuk memasuki kamar mandi. Ia butuh air dingin untuk menjernihkan pikirannya saat ini.Tak menunggu waktu lama. Pemuda tampan nan gagah itu pun telah berdiri di bawah shower yang menggantung tinggi di atasnya. Derasnya air mengucur membasahi seluruh tubuhnya dari atas rambut hingga ujung kaki.Cukup lama pemuda itu mengguyur kepalanya di bawah shower. Ia ingin mengenyahkan segala beban pikiran yang mengendap di otaknya. Mungkin kata-kata Raka tadi ada benarnya. Haruskah dia membuka hati dan pikirannya yang selama ini membeku, seperti yang dikatakan sahabatnya tadi.Bugghh-P