"Sebaiknya kita berjalan-jalan untuk mencari udara segar. Kau pasti bosan berada di dalam apartemen terus!" ucap Tuan Jordan dengan penuh kelembutan.
"Kalo begitu lepaskan aku," sinis Sandra.
"Maaf Sayang, membawamu ke luar untuk menghirup udara segar bukan berarti harus membiarkanmu pergi dari sisiku. Malam ini kita akan pergi jalan-jalan. Persiapkan dirimu secantik mungkin!" ujar Tuan Jordan sebelum pergi meninggalkan kamar di mana Sandra berada.
"Dasar pria gila!" umpat Sandra mengiringi langkah kaki Tuan Jordan meninggalkan kamarnya. Namun, pria itu tidak pernah ambil pusing dengan umpatan Sandra kepadanya. Karena dia tahu Sandra masih membutuhkan banyak waktu untuk menerima dirinya dalam kehidupan wanita itu.
Tuan Jordan mengarahkan langkahnya menuju ruang kerjanya yang ada di apartemen ini. Dia masih harus menyelesaikan sisa pekerjaan-nya sebelum mengajak Sandra jalan-jalan nanti.
Ba
Kedua tangan Arga mengepal erat, ia menggertakkan giginya menahan amarah yang siap meledak kapan saja. Namun berusaha ia tahan sebisa mungkin karena saat ini ia sedang berada di tempat umum.Hati Arga berkecamuk ingin mempercayai apa yang baru saja dilihatnya atau tidak. Tetapi bayangan kemesraan sang Ayah dengan wanita yang disinyalir sebagai Ibu mertuanya terus menari-nari di pelupuk mata. Hingga ia ingin sekali mengumpati mereka berdua saat ini juga.Bahkan ia belum pernah melihat sang Ayah memperlakukan sang Mommy dengan semanis itu. Kebahagiaan begitu kentara di raut wajah pria yang berstatus Ayahnya tersebut.Karena tidak ingin semakin tersurut oleh api amarah, Arga pun bergegas meninggalkan tempat itu, menuju tempat parkir di mana mobilnya berada.Brakk-Pintu mobil ditutup dengan sangat kuat setelah Arga melempar bingkisan yang ada di tangannya ke arah jok belakang. Yang mana bingk
Bening tampak mondar mandir di dalam kamarnya dengan meremas tangannya sendiri. Bahkan gadis itu tak berhenti memandang ke arah luar dari jendela kamarnya yang berada di lantai atas. Ia telah menanti kedatangan sang suami yang telah berjanji segera pulang untuknya.Detik demi detik terus berputar. Namun orang yang ditunggunya tak jua menampakkan batang hidung. Setiap ada suara mobil yang datang Bening langsung berlari ke arah jendela untuk memastikan yang datang itu suaminya atau bukan."Kemana dia? Katanya tidak akan lama, tapi kenapa sampai sekarang belum datang juga!" desahnya kecewa setelah lagi-lagi mobil yang masuk ke dalam pelataran kediaman keluarga Ramiro bukan milik suaminya.Bening menguap lebar, matanya berair karena sudah terlalu lama menahan kantuknya. Gadis itu tidak ingin melewatkan kedatangan sang suami nantinya, itulah janjinya dalam hati.Namun apalah daya, matanya sudah tidak dapat lagi diajak kompromi karena secara perlahan kelopak ma
Bening meringis menahan sakit akibat kedua sikunya berdarah. Bukan itu saja, ada juga beberapa luka di bagian kakinya. Gadis itu merambat berpegangan pada tembok saat berjalan keluar dari ruang kerja Arga.Sedangkan Arga meninggalkan Bening sendirian setelah puas menyiksa gadis itu. Entah ke mana perginya pria itu Bening tidak tahu dan juga tidak ingin tahu."Nona Bening ...!" pekik Sari karena merasa kaget saat melihat Bening dalam kondisi yang mengenaskan. Penampilannya berantakan, rambutnya acak-acakan dan terdapat banyak luka di tubuhnya seperti orang yang habis dianiaya.Sari pun berlari menyongsong tubuh Bening yang hampir saja tersungkur ke lantai karena kurang keseimbangan. Gadis itu kemudian membantu Bening berjalan, bahkan ikut meneteskan air mata melihat keadaan Bening saat ini. Karena baginya Bening lah majikan pertama yang mau menjadikan dia sahabat dan mau memandangnya sebagai sesama manusia.
Arga benar-benar merasa sangat frustasi ketika mengetahui fakta tentang dirinya dan Bening yang ternyata bersaudara.Kenyataan ini semakin menyakitkan saat rasa cinta mulai tumbuh di hati pria itu. Belum pernah ia mencintai sebelumnya. Tetapi sekalinya perasaan itu ada, kenapa harus jatuh pada orang yang salah. Apakah ini hukuman atas perbuatannya selama ini yang suka mempermainkan wanita?Sehingga Tuhan menghukumnya dengan jatuh cinta kepada adiknya sendiri. Apakah ini adil?Seandainya saja ia tahu bahwa karma tidak semanis kurma, maka dia tidak akan pernah menjadi seorang penjelajah wanita.Setelah mendapatkan kebenaran dari Raka tadi Arga langsung pergi meningglkan cafe tanpa mau mendengarkan Raka yang berusaha untuk menenangkan-nya."Kenapa Tuhan?! Aahhhhhhh ...!" teriaknya dari atas gedung tertinggi.Pria itu kini sedang berdiri di depan pagar pembatas setinggi pingga
Sandra mengernyit menelisik gadis yang berdiri di hadapannya saat ini. Sedangkan Sari tadi langsung refleks berdiri saat melihat kedatangan majikannya karena menurutnya tidak sopan jika duduk di meja makan saat sang majikan sudah datang.'Cantik sekali, siapa Ibu itu. Eh tapi kenapa wajahnya seperti tidak asing. Aku pernah melihatnya di mana yah?!' Sari membatin seraya mengingat-ingat apakah dia pernah melihat Sandra sebelumnya."Kenapa kalian saling diam?!" tanya Tuan Jordan heran saat melihat kedua wanita itu seperti tidak saling mengenal.Pertanyaan Tuan Jordan tadi semakin membuat Sandra bingung. Bahkan kini pandangan wanita cantik itu beralih menatap Tuan Jordan seakan bertanya apa maksud dari pria itu."Hey ... kenapa kalian diam saja?!" Tuan Jordan mengulangi pertanyaannya."Apa maksudmu?!" Sandra menjawab pertanyaan pria di sampingnya itu dengan pertanyaan. Hingga membuat Tuan Jord
Karena ingin segera bertemu dengan putri kandungnya Tuan Jordan mengendarai Rolls Royce-nya dengan kecepatan tinggi. Hingga membuat gadis yang duduk di sebelahnya mencengkeram erat sabuk pengamannya karena merasa ketakutan.Tuan Jordan memang sengaja tidak membawa supir kali ini karena ia ingin membawa mobil sendiri.'Ya Tuhan kenapa Tuan besar membawa mobilnya seperti orang yang sedang kesetanan begini!' ucap Sari dalam hati dengan wajah memutih karena pucat.Sesekali gadis itu melirik ke arah sang majikan yang telah fokus dengan jalanan di depannya. Ingin rasanya Sari turun saja dari mobil ini karena ia masih ingin hidup lebih lama. Melihat gadis yang duduk di sebelahnya ketakutan Tuan Jordan pun akhirnya sedikit mengurangi kecepatan mobilnya."Apa kau takut Sari? Maaf tadi aku tidak sadar telah mengebut. Aku hanya ingin segera sampai di rumah dan bertemu dengan Bening putriku!" ucap Tuan Jordan mengurai
"Apa yang ingin kau sampaikan kepada Papa sehingga mengajak Papa bicara empat mata begini. Seharusnya kau percepat agar tidak membuang-buang waktuku yang ingin segera bertemu Bening dan calon cicitku!" tutur Tuan sepuh setelah berada di ruang kerja putranya.Tuan Jordan tampak menghela nafasnya dalam lalu mengehembuskannya perlahan demi menormalkan detak jantungnya sebelum membuka suara kepada pria tua di hadapannya itu."Sebaiknya Papa duduk dulu!" ujar Tuan Jordan sembari menunjuk ke arah sofa yang terdapat di ruangan itu.Tanpa banyak bicara Tuan sepuh melangkah menuju sofa dan mendudukkan dirinya di atas sofa tersebut. Kemudian Tuan Jordan ikut mendudukkan dirinya disamping sang Ayah."Pa, apa yang akan Jordan katakan nanti ada hubungannya dengan Bening!"Mendengar penuturan putranya Tuan sepuh terlihat mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu jangan berbelit-belit. Katakan yang sebenarn
Mata Bening mengejap tak percaya mendengar apa yang baru saja didengarnya. Opa menyuruhnya menggugurkan calon bayinya? Tidak ... tidak mungkin, ia pasti salah dengar! Begitu pikirnya."Ma-maksud Opa apa?!" tanya Bening memastikan."Gugurkan kandunganmu, Bening!" ucap sang Opa dengan lantang dan tegas.Ya Tuhan ternyata dia tidak salah dengar. Tapi bagaimana mungkin Opanya tiba-tiba berkata seperti itu. Sedangkan dulu pria tua itu sendiri yang mengatakan bahwa dirinya sangat menanti seorang cicit dari Arga dan Bening. Apa ... apa yang sebenarnya terjadi? Apa dirinya sedang berada di alam mimpi?Bening masih memaku di tempatnya. Namun lelehan air mata mengucur deras dari sudut matanya tanpa bisa ia cegah."Ta-tapi ke-kenapa Opa? Bukankah Opa sendiri yang mengatakan bahwa Opa sudah tidak sabar memiliki cicit dari Bening?!" lirih gadis yang mulai terisak itu."Kau tidak perlu