“Eh, bukankah itu Audie?” Qiana bergumam dalam keterkejutannya. Meski mereka adalah seteru, dia tidak berharap Audie sesial itu.
“Apa mungkin....” Qiana pernah mendengar tentang gosip dunia gelap yang dikuasai Ned. Ada banyak kekejaman yang hanya menjadi dongeng tapi tidak pernah terbukti. Apa mungkin masalahnya bisa jadi seserius ini? Ned membalas perbuatan Audie yang sudah menindas kekasihnya.Tanpa berpikir panjang, Qiana pergi ke ruang kerja lelaki itu. Dia mengetuk sebentar dan masuk setelah sebuah suara mengijinkan.Ned tenggelam dalam pekerjaannya. Dia tidak mendongak untuk melihat siapa yang datang. Mungkin karena dia sudah bisa memastikan orang yang mengetuk pintu.“Ada apa? Apa kau memutuskan untuk bersenang-senang denganku?” Ned masih tidak melihat pada Qiana.Qiana mengabaikan ocehan ambigu Ned. “Apa kau sudah mendengar kalau Audie kecelakaan?”“Siapa Audie? Aku tidak kenal.” Ned malah balik bertanya.“Dia gaAudie baru saja kembali dari kamar mandi dengan dipapah ibunya, nyonya Cadmael ketika pintu ruang perawatan VIP itu terbuka. Tuan Cadmael masuk dengan wajah merah karena marah. Di belakangnya, Aaron Cadmael mengiringkan langkah ayahnya. Wajahnya terlihat muram.Begitu melihat Audie, lelaki tua itu langsung melayangkan sebuah tamparan ke wajah Audie. Gadis itu terlempar ke atas tempat tidur. Dia tidak percaya kalau ayahnya bisa melakukan hal seperti itu padanya.“Louis, apa yang kau lakukan? Putri kita baru saja mengalami kecelakaan, tapi kau menamparnya? Kau.. kau bahkan tidak pernah memukulnya sebelumnya!” Nyonya Cadmael histeris. Dia mencoba menghalangi niat suaminya yang sudah hendak melayangkan sebuah pukulan lagi.“Biarkan aku menghajar gadis liar ini!” Tuan Cadmael menepiskan tangan istrinya yang memegangi tangannya. Dia memburu ke depan ke arah Audie yang sudah menangis menahan kesakitan.Untunglah Aaron berhasil menahan serangan ayahnya pa
Qiana kini mengerti permasalahannya. Dia percaya dengan kata-kata Beatrice tadi pagi di kelas. Persoalannya memang tak seremeh yang dia bayangkan. Jadi memang Ned pelakunya. Kalau tidak, mana mungkin kedua orang ini merendahkan diri berlutut memohon pada Nick untuk bertemu Ned.“Nona, tolong kami. Perusahaan kami akan benar-benar bangkrut dalam beberapa jam lagi. Tolong sampaikan permohonan maaf kami pada tuan Zavier.” Tuan Caldmael kini bahkan meneteskan airmatanya.Bukan main! Seorang presdir sekelas Louis Caldmael yang kerap dihormati orang-orang, kini berlutut di kaki Qiana, berharap gadis itu mau menyampaikan permohonan maaf mereka.Bagaimana mungkin hati Qiana tidak luluh melihatnya?“Ba... baik. Aku akan coba sampaikan. Tapi aku tidak bisa berjanji apa-apa,” ujar Qiana iba. “Kalian pulang saja. Dan berdoalah semuanya akan kembali normal.Qiana tidak tahu harus mengatakan apa pada keduanya. Semua ini terlalu mengejutkan baginya. Dipikirkan bagaima
“Kakak, aku bisa memasak untukmu!” ujar Qiana bersemangat, mematahkan ekspektasi Ned yang liar.Untuk beberapa saat Ned mengamati wajah yang kelihatan senang itu. Mata Qiana berkedip-kedip lucu seperti tak menghiraukan kekecewaannya.“Apa itu penawaran terbaikmu?”Qiana mengangguk sekuatnya. “Kau lelaki pertama yang akan mencicipi masakanku. Aku belum pernah memasak untuk lelaki mana pun sebelumnya.” Sejujurnya Qiana belum pernah memasak apa pun selain air dan mie instan. Tapi dia membuatnya terdengar menarik bagi Ned.“Hm, ciuman pertama. Masakan pertama. Cukup menarik juga.” Ned bergumam sendiri.Muka Qiana langsung memerah. Ned seperti hendak mengingatkannya pada kejadian di klub saat lelaki itu menciumnya. Bagaimana dia bisa yakin itu ciuman pertama Qiana?“Jadi, apa Kakak setuju?” Qiana mengabaikan ucapan Ned barusan. Fokuslah Qiana! Jangan terpancing!Ned tampak berpikir keras, mendatangkan kekhawatiran b
“Ehem. Kakak, maaf ada sedikit masalah. Karenanya agak lama. Tapi kurasa kau tidak akan kecewa.” Qiana membuka tudung saji dan meletakkan piring berisi potongan steak dan sayuran ke atas meja lalu menatanya di depan Ned.Dia juga menuang segelas air putih untuk lelaki itu.“Silakan. Steak Sirloin panggang ala Qiana.” Qiana mengulas senyum terbaik yang bisa diberikannya.Ned menghela napas. Steak itu terlihat lumayan. Ada juga tambahan potongan kentang, wortel dan buncis. Baunya juga mirip steak sungguhan. Ned menyebutnya sungguhan, karena tidak yakin pada rasanya.“Kau tidak ikut makan?” tanya Ned seraya meraih pisau dan garpu. “Tidak. Aku sudah kenyang.” Qiana sedikit meringis saat mengatakan itu. Sebenarnyalah dia lebih dari kenyang. Entah berapa potong steak hangus yang dia habiskan. Itu cukup lumayan. Jauh lebih enak dari sepotong roti isi telur yang sering disantapnya. Sekarang perutnya terasa hendak meledak.Ned mulai mengiris. Dagingnya sed
“Kakak, apa kau baik-baik saja?” Qiana menanyakan itu tanpa berani melihat pada Ned. Dia duduk di pinggir ranjang yang berlawanan dengan Ned. Ned sendiri sudah berbaring dan memejamkan matanya. Dia seperti tidak mendengar pertanyaan gadis itu.“Apa kau marah padaku?” Qiana mulai melirik sedikit pada Ned. Lelaki itu terlihat lebih menakutkan bila sedang diam.“Aku minta maaf. Steaknya memang sedikit asin. Tapi percayalah, aku memasaknya dengan setulus hati dan sepenuh jiwaku. Aku tidak pernah memasak sebaik itu.” Qiana meringis teringat betapa bergaramnya steak yang dimakan Ned. Mungkin karena itulah Ned jadi murka. Mungkin karena tekanan darahnya sedang tinggi setelah mengkonsumsi makanan asin terlalu banyak.Tapi mungkin juga lelaki itu tidak sedang marah. Barangkali saja dia hanya sangat mengantuk. Qiana bergumam di dalam hati.“Kakak...”“Bisakah kau tidak menggangguku? Aku cukup beruntung tidak tewas setelah makan steak bera
“Kau gila!” Refleks Qiana memaki. Adam terbahak. Respon Qiana sangat lucu menurutnya. Tak ada gadis yang menolak jika Adam menginginkannya. Kecuali satu orang tentunya.“Oke, aku cuma bercanda. Tidak perlu semarah itu. Bagaimana kalau makan malam denganku?”“Aku sibuk. Tidak ada waktu.” Qiana melanjutkan langkahnya menuju sebuah lift.“Takut ketahuan pacarmu?”“Tuan Jackson, itu bukan urusanmu.” Qiana mengabaikan lelaki itu dan masuk ke sebuah lift. Dia menjadi benar-benar kesal. Adam ternyata lebih merepotkan dibanding Ned .Sepeninggal Qiana, tawa adam menjadi surut. Seperti ada awan gelap yang menutupi wajahnya. Dia berbalik dari arah lift dan berlalu dari tempat itu.Keluar dari lift, Qiana malah bertemu orang yang lebih membuatnya jengkel. Olivia Traven yang kini telah berganti nama belakang menjadi Olivia Neilson, kakak tiri Qiana. Di sebelahnya melangkah dengan anggun, Laura Neilson, istri baru ayahnya.“Qiana? Ini benar-benar sebuah keberuntungan bagi kami.” Olivia terlihat s
Itu adalah sebuah pertarungan yang seimbang setelah makan malam yang tenang.Mereka berdiri berhadapan dapam jarak beberapa langkah. Bertempat di atap restoran termewah di kota, sebuah lantai atas yang terbuka. Malam itu The River ditutup untuk umum. Masing-masing penjaga dari mereka hanya berdiri di depan pintu bawah bangunan. Tak ada satu pun yang diperbolehkan masuk sampai salah satu dari mereka keluar sebagai pemenang.Ini telah lebih dari tiga jam, Nick menghitung. Mungkin tuannya dan Adam Jackson telah memulai pertarungannya dua jam yang lalu.Nick telah lama bersama tuannya. Dia juga mengenal Adam Jackson yang keras kepala. Pertarungan terakhir keduanya adalah dua tahun yang lalu. Berlangsung hampir setengah hari. Keduanya sudah sangat berantakan dan babak belur. Tapi tuannyalah yang masih tegak berdiri hingga akhir.Sayangnya, saat Adam yang tak lagi bergerak dibawa pergi, tuannya pun ambruk dan harus menjalani perawatan selama seminggu lebih.Nick mengkhawatirkan tuannya. T
Ned dan Adam menoleh bersamaan, lalu bangkit perlahan. Adam menyeringai seraya menyusut sudut bibirnya yang berdarah. Dia terkekeh demi melihat Qiana. Tak mengira jika pertarungan mereka bisa dilihat gadis itu.Ned juga terkejut dengan kedatangan gadis itu. Padahal ada banyak orang yang berjaga di bawah sana. Tapi dia tidak heran jika Qiana bisa sampai di sini. Dia sudah menyaksikan banyak kenekatan gadis itu.“Apa yang kau lakukan di sini? Siapa yang menyuruhmu datang?”“Bukankah harusnya aku yang bertanya, apa yang Tuan-tuan lakukan di sini? Kalian seperti anak kecil yang bertengkar. Benar-benar memalukan!” Qiana memarahi kedua lelaki itu.Adam kini terbahak. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Padahal penampilannya saat itu sangat mengenaskan.Mereka adalah dua orang paling berpengaruh di kota. Dan gadis muda ini memarahi mereka seperti dua anak kecil yang nakal.Adam berjalan mendekat. “Ini urusan laki-laki. Anak gadis tidak boleh ikut campur,” ujarnya setengah mengol