“Aku mau kamu secepatnya kerja. Berlian juga sudah masuk TK, akan banyak yang dibutuhkan anak kita nanti,” ucap Risa. Namanya perempuan kalau sudah berdebat mau sampai besok pagi pun tidak akan ada habisnya.
“Iya iya aku akan kerja,” jawab Evan. Evan memilih segera keluar dari kamar meninggalkan Risa. Risa pun turut keluar untuk mendatangi anak-anaknya yang tengah berada di ruang bermain.
Saat bertengkar dengan suaminya, Risa selalu menjauh dari anak-anaknya agar anaknya tidak mendengar apa yang tidak seharusnya mereka dengar.
Semua perlahan membaik, Evan mau mengikuti kemauan istrinya untuk bekerja. Namun semuanya tidak berjalan mulus seperti yang Risa bayangkan saat Evan kembali bermalas-malasan. Rumah mewah yang mereka tempati dibeli dengan uang Risa. Seratus persen harga rumah beserta isinya Risa lah yang membelinya. Karena demi menghargai suaminya, Risa pun membuat sertifikat tanah dan rumah atas nama suaminya. Risa tid
Bian menggantungkan roti isi yang saat ini siap masuk ke mulutnya. Bibirnya sudah terbuka lebar, roti pun siap masuk ke tempat yang semestinya. Namun tatapan Berlian sangat tajam menusuk Bara membuat pria itu menghentikan aksinya yang akan menyuapkan roti. Bian lupa tidak sarapan dan kini ia mau menyantap roti gosong dari Berlian untuk mengganjal perut, tetapi perempuan itu tiada angin tiada hujan dan tanpa aba-aba menendang pintu ruangannya dan masuk begitu saja. Padahal Bian sudah bersiap untuk enak-enakan karena Bosnya ada urusan dengan Kenan.“Bu Berlian, ada yang bisa saya bantu?” tanya Bian meletakkan kembali roti isi coklat ke tempatnya.“Apa tidak ada hal yang ingin kamu jelaskan padaku?” tanya Berlian yang kini semakin mendekati Bian. Bian terkesiap, pria itu dengan cepat berdiri dan menghadap atasannya.“Kamu sudah lama bekerja denganku, Bian. Segalanya aku berikan untuk mencukupi fasilitas kamu. Dalam segi apapun ak
Pukul lima sore menjadi jam yang paling ditunggu-tunggu oleh karyawan kantor. Pasalnya di pukul lima sore, mereka menyudahi pekerjaan dan bersiap pulang ke rumah. Rumah selalu menjadi tempat pulang paling nyaman meski pun untuk sekadar meluruskan punggung. Seperti saat ini contohnya, Bintang merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku karena kesibukannya dari pagi. Bintang menatap teman-temannya yang juga sama seperti dirinya, bersiap untuk pulang. Bintang merasa aneh dengan teman-temannya yang tidak lagi menerapkan sistem senioritas. Mereka berubah menjadi baik padanya, tidak pernah menyuruhya di luar pekerjaannya. Dan anehnya lagi mereka juga seolah sangat akrab denganya hingga mengajaknya main bareng.Ingatan Berlian mengarah pada malam di mana ia bertemu dengan Bian. Saat itu Bian sudah mengultimatum temannya untuk tidak memperlakukannya dengan buruk. Dan saat ini terbukti kalau mereka baik pada Bintang.“Wah, Pak Bian membawa pengaruh juga ternyata,”
"Bawa ini, bawa ini, ini... ini dan ini!"Bintang menerima dengan kuwalahan sampel-sampel kain yang diberikan oleh Pak Bian. Di tangan gadis itu sudah menumpuk banyak barang, ditambah lagi sampel kain yang katanya akan dibawa ke perusahaan. Sungguh nelangsa menjadi Bintang, ia pikir akan ada hal baik setelah ia diajak oleh atasannya. Tapi ternyata Bian malah menyuruhnya membawa banyak barang. Berlian dan Kenan sibuk berbincang dengan supliyer dan melihat-lihat kain. Apapun yang ditunjuk Berlian akan Bian ambil lalu ia serahkan pada Bintang. "Percuma aku ikut kalau hanya jadi tukang bawa barang," ucap Bintang dengan pelan. "Kamu pikir kita mau ngapain?" tanya Bian menatap sinis Bintang. Bintang mendengus kesal karena perlakuan Bian yang semena-mena. Seketika Bintang tidak mempercayai ucapan Lita yang mengatakan kalau Bian menyukainya. Kalau Bian menyukainya, tidak mungkin Bian akan bersikap sesuka hatinya seperti ini. Definisi suka itu akan menjaga orang
Suara ricuh berada di tengah-tengah restoran seafood karena Bian dan Bintang yang terus ribut. Ada saja bahan untuk kedua orang itu untuk melakukan pertengkaran. Berlian dan Kenan sudah sangat jengah melihat kedua orang itu, terlebih Bian yang sangat usil terus menggoda Bintang."Kalian bisa gak sih diam semenit saja?" tanya Berlian menatap Bian dan Bintang. Kedua orang itu pun langsung terdiam.Berlian mengambil hpnya, gadis itu memencet tombol kamera dan mengarahkan hpnya pada Bian dan Bintang."Bu Berlian mau apa?" tanya Bian."Memotret kalian. Siapa tahu kalian bisa akur meski hanya di kamera," jawab Berlian. Bintang langsung berpose dengan gaya seiumut mungkin. Gadis itu sama sekali tidak ada malu-malunya. Sedangkan Bian yang melihat Bintang berpose pun ikut berpose mengikuti Bintang.Kedua orang itu yang semula sangat ribut kini berlomba-lomba perpose sekeren dan seimut mungkin. Berlian membidik banyak gambar den
"Sampai jumpa besok, Bu Berlian!" ujar Kenan melambaikan tangannya pada Berlian. Berlian turut melambaikan tangannya mengiringi kepergian Kenan. Pria itu mulai menjalankan mobilnya menjauh dari kawasan apartemen. Setelah memastikan mobil Kenan melaju, Berlian membalikkan tubuhnya untuk segera pulang. Tenaganya sudah terkuras habis sejak pagi tadi, dan malam ini waktunya ia istirahat. Berlian melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menginjak pukul sepuluh malam. Makan malam disertai pertengkaran Bian dan Bintang membuat jam pulangnya harus mundur. Berlian mendongakkan kepalanya, langkahnya semakin cepat saat ia melihat seorang pria berdiri tidak jauh dari dirinya. "Mas Bara," panggil Berlian antusias. Berlian mendekati Bara dan menarik lengan pria itu untuk ia peluk. "Dianterin Kenan?" tanya Bara yang dari suaranya sangat tidak enak didengar. Berlian menganggukkan kepalanya. "Enak ya makan-makan bareng seperti double date," sinis Bara lagi menyind
"Nenek, kenapa Om Bara sampai saat ini belum pulang?" tanya Azka yang berada di pelukan Ira. Malam ini Ira menemani Azka tidur karena sejak selesai belajar, Azka tidak bisa memejamkan matanya. Dan sejak Bara pamit keluar untuk menemui Berlian, Azka tidak berhenti bertanya kapan omnya pulang."Mungkin pulanganya nanti pas sudah larut, Azka. Kamu tidur duluan ya," pinta Ira menepuk-nepuk paha cucunya agar cepat tidur. Kebiasaan Azka sejak kecil, tidak bisa tidur kalau tidak ditepuk pahanya."Kenapa harus larut, Nek? Aku ingin bertemu Om Bara," jawab Azka."Sabar ya. Tumben banget kamu nanyain om kamu saat om kamu pergi." Ira merasa aneh dengan cucunya. Biasanya Azka tidak begitu rewel saat Bara pergi. Tapi malam ini cucunya tidak seperti biasanya. Azka terus rewel dan merengek hanya karena Bara tidak kunjung datang."Telfonin Om Bara, Nek. Aku pengen Om Bara pulang sekarang," ucap Azka merajuk. Bocah kecil itu juga menggoyang-goyangk
Kalau sudah berdua, Bara dan Berlian sangat sulit lepas. Bara seolah tidak merasa cepek sama sekali setelah seharian bekerja. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah spuluh malam, tetapi Bara masih berada di rumah Berlian. Saat ini kedua orang dewasa itu tengah menonton televisi di ruang tamu Berlian.Bara menyandarkan tubuhnya di sofa, sedangkan Berlian duduk sembari bersandar di dada Bara. Meski sudah sama-sama dewasa, Berlian dan Bara masih menonton serial kartun anak-anak. Kartun kuning the movie yang selalu menjadi kartun favorit Bara. Bara biasa menonton dengan Azka, kali ini ia mentonton dengan Berlian. Tangan Bara benar-benar tidak bisa dikondisikan. Tangan pria itu terus mengelus puncak kepala Berlian. Mengelus rambut Berlian menjadi candu untuk Bara.Suara dering ponsel terdengar nyaring, Berlian menegakkan tubuhnya senejak untuk meraih hpnya di saku piyamanya. Panggilan suara dari Kenan. Berlian menggeser ikon merah untuk menolaknya. Ini
"Berlian, nanti aku jemput jam lima ya," kata Bara mengulurkan tangannya di puncak kepala Berlian."Setelah pulang kerja, ayo nanti jalan-jalan sama Azka sekalian," ajak Berlian. Bara menimang sejenak, semalam setelah ia pulang ibunya bercerita kalau Azka menangis karena tidak ingin dirinya menikah dengan Berlian. Alasan Azka pun karena tidak ingin kasih sayang Bara terbagi. Mungkin dengan lebih mendekatkan Berlian dan Azka, semua akan baik-baik saja."Baik, nanti kita jalan-jalan.""Aku ingin membeli bahan makanan sama belajar memasak. Sekarang sudah waktunya kerja, cepat gih nanti kamu terlambat," oceh Berlian."Baik, aku ke rumah sakit dulu, ya," pamit Bara. Berlian melambaikan tangannya pada Bara, sedangkan Bara kembali menyalakan mesin motornya. Bara meninggalkan area perusahaan Indah Jaya dan menuju tempatnya bekerja.Bara melajukan motornya ke rumah sakit tempatnya bekerja. Setelah sampai, sebelum ia memasuki ru