Share

Bab 2 - Dikhianati

Happy Reading Semuanya!

Tangannya sibuk menuruni pakaian kurang bahan yang dikenakannya sekarang ini, sepertinya Eva tahu alasan ayahnya yang keras melarangnya menggunakan pakaian yang seperti ini. Terlalu mengundang celaka di kehidupannya.

Eva sama sekali tidak merasakan nyaman. Berbeda sekali dengan teman-temannya yang sudah bergerak nyaman, bahkan Deon tidak menemaninya dengan baik.

“Hallo manis, kumpul disini dan kita nikmati waktu bersama.”

“Enggak makasih,” ucap Eva 

“Mending kumpul sama kita, nanti Abang akan membawa kamu ke tempat surga dunia yang nikmat.”

Tubuh Eva merinding seketika. Gadis cantik itu berlari meninggalkan kumpulan orang aneh yang mengganggunya barusan. Ia mendadak takut masuk ke ruangan di depannya. Sumpah seketika Eva berharap bertemu dengan Deon yang melupakannya atau temannya, ia tidak menyangka akan ditinggal seperti ini.

Suasana begitu sesak oleh manusia, apakah sebuah club malam akan seramai ini? 

Pandangannya mengedar mencoba mencari keberadaan sang kekasih atau temannya yang lain, salahnya juga beralasan ingin lebih lama di dalam mobil dengan alasan mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia malam. Dadanya terasa sesak menghirup asap rokok beberapa orang di sekitarnya. 

“Eva,”

Kepalanya menoleh memperhatikan perempuan yang tengah duduk di kelilingi oleh beberapa lelaki di sebelahnya, sepertinya memang benar jika kita harus selektif dalam pemilihan teman. 

Langkahnya tampak takut mendatangi rekannya yang sejak tadi melambai, tetapi perasaannya mendadak lega saat melihat kekasihnya juga dalam satu meja disana tengah menikmati minuman beralkohol. Tidak baik.

“Sudah sayang? Sini minum dulu,” 

“Aku enggak mau minum sayang, nanti kalau aku mabuk gimana?” tanya Eva

Deon tampak menarik Eva mendekat kearahnya, “Kamu belum coba, nanti juga kamu akan suka. Minum,” suruh Deon sembari menempelkan gelas ke bibir Eva.

Tatapan matanya mengarah pada gelas di bibirnya, ia tidak tahu jika akan dipaksa seperti ini.

Glek!

Glek!

“One shoot!” seru Deon sembari menuangkan kembali minuman beralkohol ke gelas yang digunakan oleh Eva.

Rasa panas dan pahit begitu menyengat. Siapa yang membuat minuman seperti ini dan menyiksa orang lain.

“Minum lagi!”

Dipaksa. Tentu Eva lakukan dengan meminum minuman alkohol itu. Temannya terus menyuguhinya dan membuatnya tidak berhenti minum, meskipun Eva ingin berhenti.

Iris matanya memperhatikan rekannya tampak santai menikmati minuman yang ada di depannya, pandangannya mengedar pada lingkungan sekitarnya. Ini bukan tempatnya. 

Eva benar-benar takut sekarang ini.

Entah sudah ke gelas berapa ia minum sekarang ini, tidak ada Deon disisinya. Dan semua berbayang untuknya serta terasa panas, jika akan menjadi seperti ini. Maka ia tidak ingin merasakan atau melakukan lagi, suasana mendadak semakin panas.

“Gue mau ke toilet,”

Langkahnya tampak terhuyung mencoba untuk membuatnya sadar kembali di saat kesadarannya mendadak tinggal 50 persen setelah meminum minuman beralkohol tersebut. 

Penampilannya tampak kacau sekarang ini, Eva bukan lagi anak gemilang kebanggaan kampus yang selalu mengikuti olimpiade atau apapun itu. Pergaulan mempengaruhi semuanya.

Posisi antara toilet yang didatangi dengan kerumunan tidak terlalu jauh, ia masih bisa melihat Alfin rekan kampusnya masih berada di sana dan Mika temannya yang lain. Apakah mereka terbiasa dengan ini semua?

Deon?

Ratu?

Kekasih dan temannya yang satu itu kemana?

Setelah mencekok dirinya dengan minuman kini lelaki itu meninggalkannya sendirian dengan temanya. Eva ingin pulang saja sepertinya.

Matanya menyipit memperhatikan lelaki yang tengah beradegan panas di ujung lorong, langkahnya mendekat kearah keduanya. Anggap saja Eva begitu bodoh mendekati keduanya.

Tangannya menutup mulutnya, ia tidak salah lihat, kan?

“Ratu… Deon…”

Tubuhnya melemas melihat pasangan yang dikenalnya kelakuan hal tidak senonoh bahkan terbilang tidak tahu tempat. Kekasihnya mengkhianatinya.

“Kalau dipikir-pikir kenapa sih kita ajak Eva? Kalau kenyataan kita jadi main petak umpet seperti ini. Biasanya juga kita bebas melakukan dimana saja!”

Deon tampak meremas lembut bagian dada gadis di depannya itu, entah sudah berapa kali ia melakukan ini bahkan menjebol Ratu dengan bayang Eva di depannya.

“Bukankah kita mengajak dia have fun dengan dunia malam, lagian kemungkinan besar dia sudah teler dan mabuk. Dia enggak akan sadar, ayo kita main satu ronde lagi.” Ratu tampak tersenyum manis dan mengecup bibir dari Deon di depannya dalam.

Eva mendengar semua itu mereka begitu bodoh seolah ia tidak tahu apapun. Tangannya meremas dadanya dan berjalan kembali menuju rekannya yang lain, tidak banyak pembicaraan karena rekannya sibuk menikmati urusan mereka masing-masing. Eva tidak menyangka akan di selingkuh seperti ini di tempat terlarang pula.

Tangannya menenggak minuman di depannya dan tidak memperdulikan Alfin yang memperhatikannya dengan pandangan bingung.

Hidupnya mendadak berantakan dan berubah dalam hitungan jam.

“Minuman ini pahit tetapi lebih pahit saat mengetahui kenyataan jika orang yang kita cintai melakukan perselingkuhan, benar kan?” Eva tertawa sumbang saat melihat rekan-rekannya tampak terkejut mendengar penuturan dari Eva barusan.

“Eva Lo sudah mabuk!” seru Mika.

"Cukup Eva," sela Fani

Kepala Eva tampak menggeleng, ia belum mabuk sama sekali itu hanya perasaan dari rekannya saja.

“Sebenarnya ini tempat apa?” tanya Eva sembari menatap pemandangan di depannya tidak mengerti.

Mika, Fina, dan Alfin tidak menjawab. Mereka juga tidak tahu harus menanggapi seperti apa karena Eva tahu sendiri tempat seperti apa yang di datanginya saat ini.

“Kalian sebenarnya tahu kan tentang Deon dan Ratu yang selingkuh? Katakan sejak kapan?” tanya Eva pelan

Keduanya tampak gelagapan, tidak ada yang bisa menjawabnya. Mereka juga baru tahu beberapa Minggu yang lalu saat keduanya sibuk berbagi peluh di dalam ruangan VIP.

“Mereka bilang… sudah satu tahun dan mereka bermain dibelakang dalam jangka waktu—”

“Stop! Gue enggak mau dengar lagi, cukup tahu kalau ternyata mereka main dibelakang dan kalian menutupi seolah enggak terjadi apapun. Kalian berkhianat,” Eva menenggak kembali minuman yang ada di depannya itu.

Mika dan Fani tampak berusaha untuk menahan tangan Eva agar tidak meminum kembali. Sudah cukup rekannya meminum minuman di depannya itu, ia tidak ingin Eva mabuk parah. Seharusnya mereka memang tidak membawa Eva ke tempat ini.

“Eva! Stop minum! Lo enggak boleh minum lagi!” seru Alfin

Mata Eva melotot, perempuan muda itu menggebrak meja di depannya dan menatap marah Alfin yang tampak gelagapan.

“Kenapa gue enggak boleh minum disaat tadi kalian mencekoki gue dengan minuman itu? Lo pingin gue mabuk, kan? Okay gue turutin mau kalian!!” ucap Eva marah.

Alfin benar-benar tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun dan membiarkan perempuan di depannya menghabiskan minuman beralkohol itu. Tidak bisa di cegah sama sekali, mungkin itu alasan orang tua Eva melarang anaknya.

Pandangan keempat orang tersebut tampak berdalih saat suasana semakin ramai seolah tidak terkendali, keduanya saling pandang. Lingkungan sekitar mereka menjadi sangat kacau.

“Ini bukan bar yang kita datangi,” ucap Mika.

Iris mata Alfin memperhatikan sekitarnya, banyak orang menggunakan pakaian serba hitam. Semua tampak berkumpul menjadi satu dengan… mata Alfin membulat. Sabu. Itu sabu seperti di televisi yang sering ia lihat. Alfin tidak bodoh soal itu.  Dan sekitarnya juga tampak sama, berisi lelaki hidung belang.

“Semua… ciri-ciri seperti…”

“Bad burning,” sela Eva

Mika, Fani, dan Alfin terdiam. Mereka tidak menyangka jika club yang biasa mereka datangi akan seperti ini, sekarang apa yang harus mereka lakukan. Teriakan riuhan membuat menjadi tidak kondusif dan tidak bisa ia dengar dengan baik.

Suara dobrakan pintu membuat semua orang yang ada di dalam ruangan tidak bergerak sama sekali termasuk Eva dan kedua temannya. Keadaan menjadi sangat  berantakan dan kacau.

“Semua yang ada di dalam ruangan ini jangan bergerak!!”

To be continued…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status