Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P
Seorang sopir memasukkan dua koper besar ke dalam bagasi mobil yang berdiri di depan rumah. Daddy dan Sisi mengantar Rendra di depan rumah yang akan bergegas kembali ke Indonesia seorang diri. Ia berpelukan dengan Daddy dan Sisi untuk mengucapkan perpisahan. "Rendra pamit. Daddy jaga diri, juga jagain Kak Sisi untuk Rendra. Mungkin setelah pekerjaan selesai, Rendra akan kembali," kata Rendra melepaskan pelukan."Bukankah kamu rencananya akan menetap di sana?" tanya Daddy memastikannya karena ia pikir Rendra akan terus di Indonesia. Tapi, setelah mendengar perkataan dia akan kembali, membuat Daddy ragu."Itu hanya omongan dia, Dad. Dia akan tinggal di sana. Sebelum dia melewati batas perang, dia tidak akan kembali," sahut Sisi mengatakan kondisi yang belum jelas. "Kak Sisi jangan menerjemahkan banyak hal. Sekarang yang penting Kak Sisi jaga diri di sini. Jaga Daddy juga." Rendra mengingatkan banyak kepada Sisi agar ia lebih mementingkan kesehatannya dari berdebat dengan Rendra tiap h
Saling memeluk mengucapkan perpisahan, Eva dan Tristan terlihat seperti pasangan kekasih yang tak ingin berpisah, padahal Tristan hanya pergi satu minggu karena ada urusan pekerjaan. “Ingat kembali, oke?” Eva memukul pipi kanan Tristan dan lembut dan memeluknya dengan hangat. *** Langkah Rendra terhenti saat melihat Eva berpelukan dengan seorang pria, tepat di hadapannya walaupun masih berjauhan ia bisa mengenali Eva harus memastikannya terlebih dahulu. Ia masih sangat mengenal Eva lebih dari siapa pun. Tetapi, Eva tidak mungkin melihatnya karena banyak orang yang berlalu-lalang keluar masuk bandara. Rendra terdiam dan hanya berdiri menatap Eva yang begitu erat memeluk pria itu dengan wajah tersenyum. Sontak Rendra menggenggam kuat pegangan kopernya itu dan raut wajahnya terlihat sedih walaupun matanya tertutup kacamata. Seluruh bahasa tubuhnya terlihat lesu, padahal penampilan perdananya tiba di Indonesia cukup menarik para pramugari yang lewat karena Rendra terlihat modis dan
Keesokan paginya, Rendra keluar dari kamar dan sudah rapi mengenakan setelan jas biru dongker dengan dalaman kemeja putih serta rompi dan dasi. Ia membenarkan dasinya sambil berjalan mengambil kunci mobil di atas lemari. “Kamu mau ke mana?” tanya Kak Sisi sedang mengunyah potongan apel sambil duduk di kursi sofa membelakangi Rendra. “Kerja,” jawab Rendra singkat dan bergegas keluar dari apartemen. Kak Sisi memalingkan wajahnya melihat Rendra yang langsung pergi. Ia mengerutkan alis karena heran akan sikap Rendra yang tiba-tiba menjadi misterius. “Jangan-jangan, hari ini dia mau ketemu Eva. Aku harus follow dia.” Kak Sisi segera menaruh piring yang berisi potongan apel di atas meja dan berdiri dari tempat duduknya bergegas masuk ke kamar untuk bersiap-siap menyusul sang adik. *** Rendra mengemudi dengan kecepatan standar menuju tempat yang ingin dituju. Ia menunjukkan raut wajah datar seraya menggenggam kuat stang mobilnya. Ia sangat marah apabila ia melihat Eva dihujat oleh net
"Apakah dia Kakakmu?" tanya Eva sambil menangis. Rendra terus menatap Eva tanpa senyuman sambil menghela napas dan memindahkan pandangannya. "Tuan Muda. Kita harus bergegas mencari bukti di ruangan ini sebelum orang lain datang." Pati meminta Rendra untuk segera bertindak. "Iya, Mas. Kita memang tidak memiliki banyak waktu. Kita harus segera periksa seluruh ruangan ini." Rendra bergegas membuka semua laci lemari di ruangan itu. Eva sangat terpukul menerima kenyataan bahwa Pamannya ternyata sudah menikah tanpa diketahui olehnya. Ia juga harus menerima kenyataan bahwa ia menyembunyikan istrinya yang mengalami gangguan jiwa dan merupakan Kakak dari lelaki yang dia cintai. 'Kenapa Paman harus menyembunyikan hal ini? Ada apa sebenarnya?' *** Erik membawa Sisi ke sebuah villa milik pribadinya di Malang. Ia menidurkan Sisi di atas ranjang karena sudah tertidur. Ia mengelus rambut Sisi, "Aku sudah bersusah payah untuk memperjuangkanmu dulu, Si. Kini, seenaknya Papamu menyuruh adikmu u
Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia
Saat waktu istirahat, semua siswa-siswi mengantre makanan di kantin sekolah. Eva dan Raisa mengantre di barisan terakhir. Sedangkan Cici dan Rena sudah lebih dulu mengambil makanan dan berada di meja makan bersama siswa-siswi lainnya. "Ev, kau yakin kita bisa dapat lauk lebih hari ini?" tanya Raisa berdiri di belakang Eva. "Aku pasti dapat!" jawab Eva bersikeras. "Tapi, kali ini Kak Yen tidak akan memberikan kita lauk lebih." "Why?" "Tuh." Raisa menaikkan alisnya menunjuk ke arah Rendra. Rendra juga sedang mengantre makanan di barisan yang lain pada baris ketiga. "Dia akan berpindah profesi untuk menggoda para siswa-siswa tampan," tambah Raisa menatap ke arah Kak Yen. "Kali ini tidak akan kubiarkan Kak Yen menggoda Rendra," ucap Eva. "Kau cemburu?" "Cemburu? No. Aku cuma mau Rendra percaya saja kalau aku benaran jatuh cinta sama dia. Setelah itu, aku bisa dengan mudah mengambil catatannya. Ke ujung dunia dia pergi, akan kuikuti kali ini," jawab Eva percaya diri. Lalu, Eva b
Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P