Dua minggu sudah Retta dan Rylan menikmati babymoon. Mereka sangat puas menikmati waktu di kota kelahiran Rylan. Retta benar-benar disunguhkan keindahan London dengan cara yang berbeda oleh Rylan. Makan malam ditempat spesial, kuliner di street food London, berkunjung ke museum, pergi ke taman bunga yang begitu indah di musim semi. Dua minggu benar-benar dimanfaatkan Rylan dan Retta. Hari ini mereka akan pulang. Kembali ke tanah air tercinta Indonesia. Dua minggu bersama, tentu saja membuat Mama Ella berat melepaskan putra dan menantunya. “Mama akan ke sana menjelang kelahiran.” Mama Ella membelai lembut pipi sang menantu. “Iya, Ma.” Retta begitu terharu jika memang benar sang mama mertua akan datang. Pastinya akan sangat bahagia sekali baginya bisa ditemani kedua orang tua Rylan di saat melahirkan. “Jaga Retta baik-baik.” Mama Ella menatap Rylan. Dia berharap sang putra bisa menjaga kandungan sang istri. "Tentu, Ma.” Rylan mengangguk. “Hati-hati di jalan.” Papa Darwin meme
Retta mengerjap ketika merasakan perutnya tiba-tiba lapar. Saat membuka matanya, dia melihat sang suami yang masih tertidur. Retta mengalihkan pandangannya pada jam dinding yang berada di kamarnya. Dilihatnya waktu menunjukan jam satu malam. Artinya sudah dini hari. Perut Retta yang begitu lapar membuat Retta akhirnya membangunkan sang suami. “Sayang.” Retta Menggoyang-goyangkan tubuh sang suami. Retta mengerjap ketika merasakan tubuhnya digoyangkan. Saat membuka matanya, dia melihat dilihatnya sang istri yang sudah bangun. “Kamu bangun?” tanya Rylan. “Iya, aku lapar.” Retta memberikan alasannya bangun. “Kamu mau makan, Sayang?” Rylan langsung berangsur bangun. Mendudukkan tubuhnya sambil menatap sang istri yang masih merebakkan tubuhnya. “Iya,” ucap Retta. “Kamu mau makan apa?” Rylan tidak mau sampai sang istri kelaparan. Retta memikirkan apa yang dia inginkan malam-malam seperti ini. “Aku mau burger.” Dia pun menyampaikan apa yang diinginkannya. Rylan berpikir jika is
Rylan menjemput papa, mama, dan kakaknya ke Bandara. Mereka semua sengaja datang jauh-jauh untuk menunggu Retta yang akan melahirkan. Usia kandungan Retta sudah mencapai sembilan bulan. Sudah hampir waktunya melahirkan. Hal itu tentu saja membuat semua keluarga siap siaga untuk menjaga Retta. Papa Darwin dan Mama Ella tak mau ketinggalan. Mereka juga ingin menemani proses yang akan dilalui oleh Retta. Noah dan Cia pun tak mau kalah. Mereka juga ingin melihat keponakan mereka. Selain itu memang Cia ada beberapa hal yang harus dikerjakan di toko kue miliknya. Beberapa bulan sekali memang Cia pulang. Dia akan memberikan resep untuk produk-produk baru di tokonya. Dia akan mengajari langsung pegawai di tokonya. Mobil Rylan sampai di rumah. Tadi dia ke Bandara dengan El. El menjemput Cia dan Noah, sedangkan Rylan menjemput papa dan mamanya. Papa dan mamanya akan menginap di tempatnya, sedangkan Cia dan Noah akan ke rumah Papa Felix dan Mama Chika. Saat sampai di rumah Mama Ella dan Papa
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Shera. “Perut aku sakit, Kak,” keluh Retta. “Tadi dia sudah mengeluhkan sakit.” Ghea pun menjelaskan pembicaraan tadi dengan Retta. “Ada apa?” tanya para ibu yang panik. “Perut Retta sakit, Ma.” Shera menatap sang mama mertua. Mama Stella dan Mama Ella pun langsung mendekat pada Retta. Mama Stella memegangi lengan Retta bersama dengan Shera. “Sebaiknya kita segera ke Rumah sakit saja.” Mommy Selly pun memberikan ide. Tidak mau terjadi apa-apa pada Retta. “Frey, Ghe, hubungi para suami.” Mommy Shea memberikan perintah pada Freya. Mereka sangat butuh bantuan. “Bilang kita menunggu di lobi.” “Baik, Mom.” Freya dan Ghea mengangguk. Mereka langsung bergerak menghubungi para pria. Ghea menghubungi Daddy Bryan, sedangkan Freya menghubungi El. Para pria yang berada di area bermain yang dihubungi pun seketika panik. Mereka yang menunggu anak-anak bermain pun langsung menghentikan permainan anak-anak. Mereka langsung membawa anak-anak untuk ke mobil. Rylan
“Baiklah, tarik napas dan embuskan sambil berusaha mengejan.” Dr. Lyra kembali memberikan pengertian pada Retta. Retta menarik napas dan mengembuskannya sambil berusaha mengejan. “Uch ....” “Tarik napas dan embuskan kembali.” Dr. Lyra kembali memberikan aba-aba. Retta kembali mengambil napas dan mengembuskannya. “Uch ....”“Uch ....” Dia berusaha untuk mengejan. Retta benar-benar merasakan seluruh tulangnya patah. Rasanya benar-benar menyakitkan sekali. Dia benar-benar baru tahu jika menjadi seorang ibu bukan suatu yang mudah. “Ayo, Sayang.” Rylan berusaha memberikan semangat pada sang istri. “Uch ....” Retta terus berusaha mengejan. Dia mencengkeram erat lengan Rylan. Melampiaskan rasa sakitnya dengan menancapkan kuku-kukunya di lengan sang suami. Rylan mengabaikan apa yang dilakukan sang istri. Baginya rasa sakit itu tidak sebanding dengan yang dirasakan oleh sang istri. “Kepalanya sudah mulai kelihatan. Sedikit lagi, Re.” Dr. Lyra pun memberitahu posisi bayi. “Ayo, Sayang.
Taksi berhenti tepat di depan taksi. Seorang pria keluar dari dalam mobil. Pria dengan pakaian casual itu tampak berdiri tegak ketika keluar mobil. Melihat sekitar, dia melepas kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Sejenak dia menunggu sopir yang sedang mengambil tas miliknya.Retta yang melihat pria itu langsung mengembuskan napas lega. Akhirnya pria yang ditunggu datang juga. Pria itu adalah calon suami Retta. Hari ini Retta akan menikah dengan pria yang dicintainya itu.Dengan cepat Retta menghampiri pria itu. Tadi jantungnya benar-benar mau copot mendapati sang calon suaminya yang tak kunjung datang. Namun, perasaan itu sirna ketika melihat calon suaminya.Pria itu masuk ke hotel. Menarik koper yang diberikan oleh sopir taksi. Dia sudah tak sabar untuk bertemu dengan Retta-calon istrinya.Satu pelukan diberikan padanya. “Aku pikir kamu tidak akan datang.” Perasaan lega benar-benar melingkupi hati Retta. Dia tidak bisa bayangkan jika calon suaminya itu tidak datang.Pria it
Apa yang diucapkan wanita itu seketika membuat Retta melepaskan cengkeramannya. Dia begitu terkejut dengan yang didengarnya. Suami orang? Retta mengulang apa yang dikatakan oleh wanita itu padanya. Jelas jika yang dimaksud adalah calon suaminya. Tidak mungkin orang lain. Karena wanita itu menyerangnya karena calon suaminya.Di saat Retta sudah melepas cengkeraman, Rylan memberikan kode pada calon suami Retta untuk berusaha melepaskan cengkeraman wanita yang diketahui adalah istri pria itu.Pria itu pun melakukannya. Hingga akhirnya sang istri melepaskan cengkeraman di rambut Retta.Mereka berdua sudah begitu kacau. Rambut sudah bak singa karena aksi jambak-jambakan. Jika wanita yang diketahui adalah istri calon suami Retta sudah menangis sejak tadi, Retta baru menangis sekarang. Dia begitu kecewa mendengar kenyataan pahit baru saja.“Apa benar jika dia istrimu?” Retta menatap calon suaminya. Mencoba memastikan apa yang didengarnya benar.“Apa kamu tidak mengerti apa yang aku katakan t
Retta masuk ke kamar sang papa. Kamar presidential suite itu begitu terasa dingin sekali ketika keheningan melingkup. Lebih lagi Papa Sean yang melayangkan tatapan tajam begitu menghujam. Retta sudah menduga jika papanya pasti akan sangat murka dengan apa yang baru saja terjadi.Papa Sean mengusap wajahnya kasar. Dia berusaha keras untuk mencerna dengan baik keadaan yang ada. Mama Stela yang berada di sebelahnya pun berusaha untuk menenangkan. Shera yang berada di samping sang adik pun tak kalah takut. Papanya tidak pernah marah, tetapi kali ini wajah sang papa begitu mengerikan.“Apa ini janji yang kamu berikan pada Papa, Retta? Kamu sendiri yang memilih pria itu, tetapi kamu sampai tidak tahu jika pria itu sudah menikah? Apa kamu tidak bisa mencari tahu dulu latar belakangnya sebelum menjalin hubungan?” Akhirnya suara Papa terdengar. Bersama dengan kekecewaan yang begitu teramat besar.“Maaf, Pa.” Retta hanya bisa menangis. Dia harus mengabaikan rasa sakit di dalam hatinya untuk kal