Hari berganti tanpa terasa. Siang itu, Pengacara Roger Bleu dan Elroy Florent datang ke kediaman milik Alexandre. Mereka membawa beberapa berkas yang harus Majandra periksa dan tanda tangani. Kedatangan dua pengacara tadi, disambut baik oleh sang tuan rumah.
Pengacara Roger Bleu dan Elroy Florent tak banyak basa-basi. Keduanya langsung membahas inti kedatangan mereka ke sana. Dua pengacara itu bahkan mengizinkan Alexandre, memeriksa berkas-berkas yang harus Majandra tanda tangani.
“Terima kasih atas bantuan Anda, Tuan-tuan,” ucap Majandra, diiringi senyum lebar penuh kelegaan.
“Ini sudah menjadi tugas kami, Nyonya,” balas Roger.
Setelah semua urusan selesai, kedua pengacara itu pamit, dengan diiringi tatapan Majandra dan sang sua
Alexandre menatap lekat sang ayah. Dia seakan tengah menganalisa bahasa tubuh pria itu dengan detail. Suami Majandra tersebut, merasakan ada sesuatu yang tak beres dengan bahasa tubuh Phillipe. “Kuharap kau tak merencanakan sesuatu yang tidak-tidak, Ayah,” ujar Alexandre sedikit was-was.Phillipe tidak menjawab. Pria paruh baya itu hanya menyunggingkan senyuman aneh. “Kau pikir, aku akan membiarkan reputasi serta nama baik LaRue dipermalukan oleh seorang wanita tak tahu diri? Tentu saja tidak, Alex!” seringainya, seraya kembali mengisap cerutu dalam-dalam. “Lihatlah. Betapa bodoh wanita yang telah kau jadikan sebagai kekasih gelap itu. Hanya dengan satu janji manis yang belum dibuktikan, dia sudah langsung mencabut gugatannya terhadap Majandra. Betapa tidak berotaknya dia. Akan jadi apa anakmu nanti, jika kau menikahi wanita seperti itu?”
Beberapa saat berlalu. Damien terus memperhatikan Majandra yang tengah merapikan dirinya. Damien tak ingin hanya duduk diam. “Ssst!”Majandra yang sudah selesai merapikan penampilan, langsung menoleh. Dia tertawa pelan, melihat ulah konyol Damien. Pria itu meletakkan bolpoin di atas bibir. “Kau jelek sekali,” ledeknya.“Tak masalah. Asalkan kau menyukainya,” ujar Damien tak acuh. “Kemarilah,” suruh pria yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Damien memberi isyarat menggunakan telunjuk, agar Majandra mendekat.“Aku tidak mau. Kau sangat nakal,” tolak Majandra. Namun, tak berselang lama dia berjalan mendekat, lalu duduk menyamping di pangkuan Damien. “Aku sudah terlalu lama di sini. Sekretaismu yang cantik pasti curiga. Apalagi, kulihat di
“Baiklah. Tidak apa-apa.” Meski kecewa, tapi Majandra tetap memaksakan diri untuk tersenyum. Dia menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga. Baru saja dirinya akan bergerak ke dekat pintu, Damien lebih dulu menahan dengan cara menghalangkan tangannya. Alhasil, Majandra kembali menghadapkan tubuh kepada pria tampan berkemeja putih tadi. “Kau harus segera makan siang. Bukankah sebentar lagi ada pertemuan penting?”Damien tidak menjawab. Dia terus menatap Majandra. Pria itu seakan tahu, bahwa wanita cantik di hadapannya tengah merajuk. Damien bergerak semakin mendekat ke hadapan Majandra, lalu menggeser poni istri Alexandre LaRue tersebut. Tak ada kata-kata dari bibir CEO muda berambut gelap itu. Hanya sentuhan lembutnya yang berbicara, mewakili segala perasaan terdalam bagi sang pujaan hati.Segenap kekesalan Majandra sirna
Majandra bergegas masuk ke mobil. Dia bermaksud mengikuti sedan hitam yang sudah melaju lebih dulu. Niatnya untuk pergi ke tempat Agathe, dilupakan sejenak. Majandra begitu penasaran, dengan wanita yang berada di dalam mobil milik sang ayah mertua.Beberapa saat di perjalanan, sedan hitam milik Phillipe berhenti di depan sebuah bangunan apartemen yang terbilang mewah. Si wanita keluar dari mobil, lalu melambaikan tangan diiringi senyum hangat. Setelah itu, dia berjalan masuk ke gedung beberapa belas lantai tadi.Majandra hanya memperhatikan dari dalam mobil. Namun, dia sempat mengambil beberapa foto si wanita. Entah mengapa, bayangannya tiba-tiba tertuju pada Alexandre yang tengah bersama Lea. “Ah, tidak! Itu tidak mungkin,” tolak wanita cantik berkacamata hitam tersebut. Pandangan Majandra kembali ke depan, pada sedan hitam Phillipe yan
Majandra membuka pesan dari Alexandre terlebih dulu. Dia menautkan alis, sebelum membalasnya.[Kau di mana? Aku ingin bicara penting]Majandra tersenyum kecil sambil mengetik di layar ponselnya. [Aku akan pulang setengah jam lagi]Setelah membalas pesan dari Alexandre, Majandra lalu membuka pesan dari Damien. [Hai, cantik]Kali ini, senyum Majandra terlihat jauh lebih lebar. Dia segera membalas pesan itu. [Hai juga, tampan]Tak berselang lama, Damien membalas dengan emoji hati. Sesaat kemudian, pria itu mengirimkan pesan teks. [Aku akan menghubungimu nanti malam. Sekarang, aku harus melanjutkan pertemuan. Bye]Majandra hanya membaca pesan itu tanpa membalas, karena Damien tak akan membukanya. Pria tampan tersebut sudah kembali ke meja pertemuan, setelah tadi istirahat sebentar. Merasa tak ada lagi yang perlu dibahas dengan Agathe, Majandra akhirnya memutuskan berpamitan. Dia kembali mengendarai mobilnya, menyusuri jalanan Kota Paris di siang menuju sore. Selama dalam perjalanan,
“Apa? Bukankah kita akan ke Venice?” protes Lea dari seberang sana. “Kau tahu bahwa dari dulu aku ingin sekali mengunjungi kota itu.” Dia terdengar kecewa.“Um, ya. Akan tetapi, sebenarnya aku sudah beberapa kali ke sana. Jadi, kupikir … Swiss tak kalah indah. Kau akan menyukainya. Negara itu memiliki bentangan alam yang indah ….”“Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran, Alex?” Lea menyela ucapan Alexandre. Nada bicaranya masih menyiratkan sikap protes keras, atas keputusan pria itu.“Haruskah kujabarkan? Terserah kau. Jika bersedia mengubah destinasi ke Swiss, maka aku akan mengurus segala biaya akomodasi perjalanan kita. Namun, jika kau bersikeras ingin pergi ke Venice … berangkat saja sendiri,” pu
[Aku akan menjemputmu pukul tujuh nanti malam]Satu pesan masuk dari Damien, saat Majandra tengah memanjakan diri di salah satu salon mewah Kota Paris. Wanita itu tersenyum, lalu membalas pesan tadi.[Memangnya, kau akan mengajakku ke mana?]Tak berselang lama, satu balasan kembali masuk.[Berdandanlah yang cantik]Hanya itu jawaban dari Damien. Hingga malam tiba dan Majandra sudah tampil cantik, pria tampan tersebut belum juga mengatakan akan ke mana dia mengajak wanita pujaannya.Tepat pukul tujuh malam, Damien sudah tiba di halaman depan kediaman milik Alexandre. Dia keluar dari mobil, lalu berdiri sambil bersandar pada pintu samping untuk penumpang. Damien se
“Ada apa ini?” tanya Julien. Namun, dia tak membutuhkan jawaban lagi, setelah melihat sosok Majandra yang berdiri di dekat Damien. “Majandra?” sapa Julien. “Angin apa yang membawa menantu Phillipe LaRue kemari?” tanyanya.Seketika, suasana menjadi sedikit kikuk. Nicholas bahkan berkali-kali menatap penuh isyarat kepada sang adik, yang tetap terlihat tenang. Begitu juga dengan Beatrice. Wanita itu menggandeng lengan sang suami, sambil memberi kode-kode khusus kepada Nicholas.“Um, aku yang mengundang Majandra kemari. Kurasa, tak ada salahnya memperkenalkan dia secara khusus kepada kalian,” ujar Damien tenang. Dia masih bisa tersenyum kalem dalam situasi seperti itu. Lain halnya dengan Majandra yang terlihat salah tingkah.“Oh, aku sudah mengenal wanita