"Aku setuju." Thalia tidak punya pilihan selain berkompromi. Seperti yang dikatakan Wira, Thalia memang berada di tempat ini karena suatu tujuan. Dia tidak mungkin menyerah begitu saja. Adapun dendamnya dengan Wira, Thalia akan mencari kesempatan untuk membalasnya."Ya." Begitu Thalia menyetujuinya, Wira langsung bangkit dan berkata sambil tersenyum, "Yang dia katakan benar, kalian sudah salah paham. Aku dan Nona Thalia adalah teman lama. Aku datang juga karena ingin mendiskusikan sesuatu dengannya. Kalau kami ingin melakukan sesuatu, mana mungkin duduk sejauh ini?"Semua orang bertatapan dan tidak berbicara lagi. Ucapan Wira masih belum cukup untuk membuat orang-orang percaya. Jadi, dia menambahkan, "Kalian mungkin nggak tahu kalau aku sudah menikah. Istriku sedang menungguku di rumah. Dia juga tahu tentang Nona Thalia, makanya aku bisa datang menemuinya. Selain itu, memangnya aku terlihat seperti pria mesum?"Semua orang mulai bergosip. Tidak berselang lama, orang-orang mulai bubar h
Wira yang hendak pergi tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Dia memang tidak berniat untuk menyulitkan Zulfan. Menurutnya, Zulfan ini hanya pria berengsek yang tahunya bersenang-senang. Wira tentu malas meladeni orang seperti ini.Wira pergi juga karena tidak ingin berkonflik dengan Zulfan dan percaya bahwa Thalia pasti bisa mengatasi masalah ini dengan mudah. Dengan kemampuan bela diri Thalia, dia bisa menjatuhkan Zulfan yang mabuk dalam waktu singkat.Namun, berani sekali pria ini mengancamnya. Wira tentu tidak akan melepaskannya begitu saja. Jika tidak, di mana letak harga dirinya?Dalam sekejap, Wira berbalik dan menendang dada Zulfan. Zulfan pun bergelinding seperti bola dan akhirnya berhenti di kejauhan beberapa meter. Hidung Zulfan berdarah, penampilannya tampak sungguh menyedihkan.Melihat ini, Thalia yang berdiri di samping pun menutup mulutnya sambil tersenyum. Sementara itu, Wira menepuk tangannya dan berkata dengan tidak acuh, "Lain kali, jaga omonganmu. Aku sudah member
Wira mempunyai kemampuan yang hebat. Ditambah lagi, tadi Thalia tidak sengaja melihat senapan yang disembunyikan Wira. Tentu saja, Thalia bisa mengenali identitas Wira. Dia pun tersenyum dan berucap, "Kalau aku nggak salah tebak, kamu Wira, 'kan?""Kamu kenal aku?" tanya Wira.Thalia melipat kedua tangannya di dada sembari menyahut, "Mana mungkin aku nggak kenal dengan orang yang begitu terkenal? Hanya dengan melihat senjata yang kamu bawa, aku sudah bisa menebak identitasmu."Wira menanggapi, "Jadi ... kamu berasal dari Kerajaan Beluana atau Kerajaan Nuala? Apa mungkin kamu berasal dari Kerajaan Agrel?"Sekarang, negara ini terbagi menjadi 4 bagian. Wira menguasai salah satu bagian dan 3 bagian lainnya dikuasai oleh orang lain. Meskipun saat ini mereka belum mencampuri urusan satu sama lain, suatu saat nanti mungkin saja bisa terjadi peperangan. Ini hanya masalah waktu.Namun, hanya sedikit orang yang bisa mengenali senjata Wira. Hal ini membuktikan bahwa Thalia pasti berhubungan deng
"Kamu memang pantas mati," ucap Thalia dengan geram. Namun, dia menyerah karena melihat Wira tidak tampak seperti sedang bercanda. Setelah ragu-ragu sejenak, Thalia baru bertanya sembari mengernyit, "Kamu mau tahu rahasia apa dariku?"Wira menyeringai, lalu melipat kedua tangan di dada seraya berujar, "Sebenarnya bukan hal yang rumit. Aku cuma mau tahu lokasi Aliran Kegelapan. Kamu nggak perlu memberitahuku hal lain. Kalau kamu begitu memercayai mereka, seharusnya kamu juga percaya petinggi kalian bisa menyelesaikan krisis setelah kamu memberitahuku lokasi Aliran Kegelapan. Ini bukan masalah besar, 'kan?Ekspresi Thalia menjadi masam. Tidak disangka, Wira mengincar Aliran Kegelapan. Jika Wira mengetahui lokasi markas pusat mereka, dia pasti akan langsung menyerang Aliran Kegelapan. Ditambah lagi, beberapa waktu ini pengikut Aliran Kegelapan sering muncul di berbagai tempat.Selain itu, bukan hanya Wira yang merupakan ancaman bagi Aliran Kegelapan. Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan
Wira sendiri tidak berani melompat dari lantai 3. Dia terlalu meremehkan Thalia sehingga Thalia berhasil melarikan diri. Hal ini benar-benar sulit dipercaya!"Sepertinya aku harus cari cara lain," gumam Wira. Dia berniat turun ke lantai bawah. Lagi pula, sekarang Wira sudah mengingat paras Thalia. Setelah memberi tahu Biantara, mereka pasti bisa menemukan keberadaan Thalia. Wira tidak akan membiarkan Thalia kabur!Kemudian, Wira turun ke lantai bawah. Sementara itu, Thalia yang melompat dari lantai 3 sedang bersembunyi di sebuah gang. Untung saja, dia sudah mengganti pakaian biasa dan wajahnya ditutupi dengan kain. Tidak ada yang bisa mengenali Thalia sehingga kemunculannya tidak menimbulkan keributan apa pun.Thalia berbicara sendiri, "Wira, aku nggak akan melupakanmu. Tunggu saja pembalasanku. Suatu hari nanti, aku pasti akan mencarimu lagi dan membuatmu bersujud kepadaku. Biar kamu tahu apa akibatnya kalau menyinggungku."Setelah itu, Thalia terus menyusuri gang tersebut. Wira sanga
Zulfan yang diberi pelajaran oleh Wira tadi membawa sekelompok pengawal untuk mengepung Wira dan Biantara. Sementara itu, Biantara memandang Wira dengan ekspresi bingung. Seingatnya, dia tidak pernah melihat Zulfan. Kenapa Zulfan tiba-tiba mencari masalah dengan mereka? Apa Zulfan memang ingin melawan Wira?Namun, Wira baru sampai di Kota Limaran. Kenapa dia sudah mempunyai musuh? Wira tidak menjelaskan kepada Biantara. Dia menatap Zulfan sembari berujar dengan dingin, "Aku malas meladenimu. Cepat pergi! Kalau nggak, kamu tanggung sendiri akibatnya."Mendengar ucapan Wira, Zulfan sama sekali tidak takut. Dia malah tertawa, lalu menunjuk Wira sambil menggeleng dan membalas, "Kamu bodoh, ya? Beraninya kamu sok hebat di tempat ini! Aku ini anggota Keluarga Abizar! Selain 3 keluarga besar lainnya di Kota Limaran, pejabat tinggi sekalipun harus menghormatiku. Kamu pikir kamu siapa?"Ekspresi Biantara berubah drastis. Hampir tidak ada orang yang berani berbicara seperti itu kepada Wira. Zulf
Zulfan berjanji, "Asalkan kamu mau melepaskanku, aku akan memberimu semua uang ini. Anggap saja sebagai permohonan maafku."Wira mencibir, apa Zulfan mengira uang bisa menyelesaikan segalanya? Kemudian, Wira menendang pergelangan tangan Zulfan sehingga uang-uang itu bertebaran. Semua orang yang menonton keramaian segera maju untuk merebut uang itu. Suasananya sangat ramai! Zulfan merasa sakit hati karena uangnya diambil oleh orang-orang.Biantara bertanya seraya mengernyit, "Tuan, gimana dengan Zulfan?"Wira menyahut dengan dingin, "Bawa dia ke kediaman Keluarga Abizar. Aku mau lihat Aariz itu sehebat apa. Bisa-bisanya dia membiarkan anaknya bertindak semena-mena di Kota Limaran!"Jika Wira tidak datang ke Kota Limaran, dia tidak akan mengurus masalah seperti ini. Namun, sekarang Wira sudah datang ke Kota Limaran dan kota ini juga merupakan wilayah kekuasaannya. Tentu saja, Wira tidak akan melepaskan orang-orang yang bertindak semena-mena seperti Zulfan.Zulfan berkeringat dingin. Asal
"Siapa sebenarnya yang datang? Aku dengar orang itu bahkan memukul orang kita. Ternyata masih ada orang yang berani meremehkan Keluarga Abizar di Kota Limaran ini. Sungguh aneh!" Seiring dengan suara langkah kaki yang tergesa-gesa, seorang pria paruh baya tiba di aula dengan sekelompok orang di belakangnya yang pasti adalah para pengawal dari Keluarga Abizar. Sementara itu, pria yang berdiri di barisan paling depan adalah kepala Keluarga Abizar, Aariz.Ekspresi Aariz menjadi muram saat melihat tubuh Zulfan dan berkata dengan dingin, "Lihat dirimu yang babak belur ini, kamu pasti ditindas di luar sana lagi, 'kan? Tapi, kamu nggak bilang kamu adalah putraku ya? Sekarang ada orang yang berani menyentuhmu, berarti dia sudah menghina Keluarga Abizar!"Saat mengatakan beberapa kata itu, ekspresi Aariz menjadi sangat muram.Zulfan tanpa sadar menatap Wira yang berada di sampingnya, tetapi dia tetap tidak berani bernapas."Sepertinya kamu yang sudah memukulnya, 'kan?" kata Aariz dengan dingin