Waktu berlalu begitu cepat dan hari berikutnya tiba.Kini, Tianlan dan Hua Rong, beserta para warga Desa yang masih bersedia membantu Tianlan telah bersiap dengan peralatan di tangan mereka masing-masing.Beberapa diantara mereka membawa peralatan tukang, seperti palu, gergaji, paku dan cat.Tianlan kembali mengarahkan beberapa orang untuk mengurus bagian-bagian yang telah ia tentukan. Beberapa orang akan memperbaiki dinding-dinding bangunan yang sudah rusak, dan beberapa lainnya akan mengurus sisanya.Para warga terlihat sangat bersemangat, mereka mengerjakan semua yang diarahkan Tianlan dengan senang hati.Ditengah pekerjaan, mereka selingi dengan nyanyian-nyanyian untuk membakar semangat mereka.Tianlan juga tidak tinggal diam. Selain mengarahkan, Tianlan juga ikut membantu beberapa tugas yang dikiranya memerlukan sedikit bantuan darinya.Kini Tianlan telah selesai membantu yang lainnya. Ia dan Hua Rong saat ini sedang memeriksa sekitar Sekte.Banyak bangunan yang awalnya rusak par
Tak menunggu waktu lama, Tianlan langsung menyanggupi syarat yang terbilang sangat mudah tersebut. Ia mendudukkan dirinya di lantai untuk melihat pertunjukan yang akan Hua Rong bawakan.Hua Rong mengambil sebuah kuas dan tinta serta sebuah kertas yang ia temukan di dalam kuil ini.Persis seperti saat ia melakukan pertunjukan di Desa Zao hari itu, Hua Rong melukis terlebih dahulu di atas kertas sebelum kemudian lukisannya menjadi hidup seperti sihir dan melakukan tugasnya.Pada awalnya Hua Rong melemparkan kertas yang telah diisi dengan lukisannya ke atas.Sama seperti waktu itu, kertas itu tak segera jatuh ke tanah, melainkan masih tertahan di udara.Hua Rong kali ini tidak menari seperti saat di Desa Zao. Ia terlihat hanya menggerakkan kuas di tangannya, seolah melukis sesuatu.Tak lama, Hua Rong berhenti melukis. Matanya terpejam, sosoknya berdiri tegak dengan ciri khas seorang sarjana.Saat Hua Rong membuka matanya, sesosok pria berjubah emas yang sama persis dengan yang Tianlan li
"Tentu saja itu aku." "Tidak, itu aku." "Aku! Kau tidak cukup kuat untuk melampauiku." Terlihat 2 remaja tengah beradu argumen. Dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, sepertinya keduanya berasal dari Desa Zao. "Dengar! Aku yang akan menjadi murid pertama di Sekte ini," tegas salah satu di antara mereka. "Apa kau yakin? Melempar ketapel saja kau meleset, dilihat dari segi manapun, akulah yang lebih unggul daripada dirimu, jadi akulah yang akan menjadi murid pertama," sanggah remaja lainnya. Mereka masih saling beradu argumen sampai Tianlan datang dan menghentikan perdebatan mereka. "Semangat kalian sangat menggebu, itu bagus ... Tetapi, apakah kalian tidak pernah mendengar proses “Penyaringan”?" ucap Tianlan. Kedua pemuda itu tampak kebingungan, "Apa itu penyaringan?" "Tentu saja Seleksi," jawab Tianlan. "Tidak sembarangan orang bisa bergabung ke Sekte, hanya orang-orang berbakat dan memiliki keinginan yang kuatlah yang bisa bergabung." Lagipula, Sekte mana yang akan mener
Tianlan tercengang melihat jumlah peserta yang telah mendaftar. Sekitar 600 anak tertulis pada laporan yang diberikan Hua Rong. Sedikit curiga dalam benaknya bahwa data ini palsu."Apakah ada manipulasi data di sini?" tanya Tianlan tidak percaya. "Tidak, itu jumlah murni," jawab Hua Rong. Setelah membaca ulang data tersebut, Tianlan menyadari bahwa para peserta bukan hanya berasal dari Desa Zao. Banyak para peserta yang berasal dari kota-kota besar dan desa-desa tetangga. Tianlan menatap Hua Rong, "Hua Rong, seberapa terkenal diriku?" Hua Rong meletakkan siku kanannya di atas meja dan balas menatap Tianlan, "Seterkenal aku." "Sungguh?" Hua Rong mengangguk. Kabar bahwa seorang master muda yang jenius telah membangun kembali Sekte Awan Giok yang dulunya merupakan sekte besar itu menyebar sangat cepat. Apalagi banyak orang yang mengetahui bahwa tangan emas Hua Rong dan Tianlan berteman baik, jelas banyak orang akan tertarik. Cerita tentang kehebatan Hua Rong dan Tianlan menyebar
Dari 300 pendaftar, hanya 120 yang berhasil lulus. Pengurangan jumlahnya sangat signifikan, persaingan yang ketat membuat peserta yang tidak memiliki kualifikasi lulus jadi lebih kesulitan. Seleksi ketiga : Ini adalah seleksi terakhir yang akan dijalani oleh para peserta. Seleksi terakhir adalah bertahan hidup. Para peserta harus bisa bertahan hidup selama 7 hari 7 malam di dalam hutan Beast. Mereka hanya diperbolehkan untuk membawa senjata agar bisa membela diri. Masing-masing dari mereka diharuskan membawa alat untuk situasi gawat darurat berupa kembang api. Apabila ada yang ingin menyerah, mereka bisa menyalakan kembang api untuk memanggil bantuan. ••• "Dari semua seleksi yang telah dilaksanakan, ini adalah yang terberat. Masa depan Sekte bergantung pada mereka. Kehebatan dari sebuah Sekte terdapat pada murid-muridnya," Tianlan menghembuskan nafas panjang. "Tapi, apakah aku bisa menghidupkan lagi Sekte ini? Sebelumnya aku tidak pernah berkecimpung dalam dunia Sekte." Apalagi
Sekte Cermin Giok saat ini merupakan Sekte terbesar di seluruh Kekaisaran Tang. Banyak kultivator-kultivator hebat yang lahir dari Sekte ini. Bertahun-tahun, namanya tersohor di penjuru negeri.Bukan hanya namanya yang besar, jumlah muridnya pun tak main-main. Sekarang, Sekte tersebut telah dipenuhi oleh ribuan murid.Saat ini, di aula besar Sekte tersebut, Jiangwu dan Qixuan tampak berlutut menghadap seorang pria berjubah Taois. Mereka berdua menunduk di hadapan pria itu, seolah mereka sangat menghormati pria itu."Apa yang membuat guru memanggil kami ke sini?" tanya Jiangwu.Guhao, pendiri Sekte Cermin Giok, sekaligus guru yang membimbing Jiangwu dan Qixuan secara langsung, menatap kedua muridnya. Giok hijau yang menempel di dadanya bergerak pelan saat dia menegakkan tubuhnya."Berdirilah," perintahnya.Suaranya yang menggelegar di dalam aula, membuat kedua pemuda itu sadar bahwa perintahnya tidak bisa dibantah.Jiangwu dan Qixuan segera berdiri, bersama-sama mereka membungkuk, untu
"Apa yang barusan kau katakan? Ulangi sekali lagi." "Kaisar telah mengutus seseorang untuk mengirim undangan Konferensi Sekte kepada Sekte Awan Giok," jawab Beihong, murid terbaik di Sekte Teratai Biru. Mendengar itu, wajah Werui merah padam. Api kemarahan membara di dalam hati. Pemimpin Sekte Teratai Biru itu menggenggam erat gelas kaca di tangannya hingga gelas itu pecah dan melukai kulitnya. Darah merembes dari telapak tangannya, rasa sakit akibat sayatan beling itu tak mengurangi sedikit pun amarah di dalam hati. Berita bahwa Kaisar ingin mengundang Sekte Awan Giok dalam Konferensi besar itu begitu cepat tersebar hingga terdengar di telinganya. Membuat dirinya tidak tahan untuk tidak mengumpat. "Kenapa ... Kenapa! Kenapa Kaisar mengundang Sekte Awan Giok! Bahkan Sekte Teratai biru sudah berdiri puluhan tahun, tetapi Kaisar tidak pernah sekalipun mengundang kita!" amuk Werui. Matanya memerah karena marah. Ia tau persis bahwa Sekte Awan Giok masih sangat baru. Memang Sekte it
Werui mengamuk.Ledakan besar tiba-tiba terdengar dari dalam arena pertarungan. Semua orang tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana karena debu tebal yang berhamburan menutupi pandangan mereka.Sementara itu, Tianlan yang berada di dalam arena tiba-tiba diserang secara membabi buta oleh Werui."Iblis?" gumam Tianlan saat melihat tubuh Werui yang berbeda.Tubuh Werui bukan lagi tubuh manusia normal, ada banyak duri yang tumbuh dari dalam kulitnya. Warna kulitnya pun berubah biru.Karena itu, kekacauan pun tak terelakkan. Bukan hanya menyerang Tianlan, Werui juga menyerang orang lain yang berada di luar arena."Zhaoyang, Yuanji, Mei Mei, amankan murid-murid junior dan Jendral Mo Yin," perintah Tianlan."Baik Master." Ketiga orang yang diperintahkan Tianlan itu langsung melaksanakan tugasnya.Tianlan sendiri akan menahan Iblis ini agar tidak membuat kekacauan lebih parah lagi.Di tengah pertarungannya dengan Iblis itu, tak sengaja matanya bertatapan langsung dengan Hua Rong yan