Harjuna terkejut, saat ini begitu banyak tamu berada di rumahnya. Ia baru saja kembali melapor pada Brigjen Raditya, jadi ia memang baru pulang dari ibukota untuk berlibur selama 3 hari. Tapi melihat banyaknya tamu dirumah, membuat Harjuna sepertinya akan mengurungkan liburnya. Terlebih ketika ia melihat pak Bima dan ibu Sri memasuki halaman. Ternyata mereka semua datang dengan satu urusan yang sama, karena Rama dipenjara. "Lapor Sersan, aku adalah Pratu Samsul!! Hakim Ketua memintaku untuk memintamu menjadi saksi pada kasus Rama Adipati." jelas Pratu Samsul, Harjuna mengangguk paham. "Kapan kasusnya dibuka?""Besok Sersan!!""Baiklah, kau boleh pergi, aku akan menghadap besok!!" kata Harjuna. Pratu Samsul langsung menangkupkan tangan dan berlalu pergi. Kemudian ada prajurit suruhan pak Arya, karena mereka saling mengenal dengan pak Bima dan ibu Sri, mereka lalu menemui Harjuna bersama. "Siapa kau?" tanya Harjuna pada pengawal pak Arya. "Lapor Sersan, aku adalah pengawal pak Ar
"Ada mayat!! Ada mayat!!" Jami yang sedang mencari kerang dipinggiran pantai terkejut ketika melihat tubuh Prada Uji tergeletak di pinggir pantai tidak jauh darinya. Mendengar itu Baron dan Kemal Kepala Desa segera menghampirinya, mereka langsung menuju ke tempat yang Jami maksud. Benar saja, tubuh yang mereka kenal dari seragamnya adalah seorang prajurit perbatasan, tergeletak di pinggir pantai. "Bug!!" Baron langsung menggeplak pelan kepala Jami, "orang masih hidup kau teriaki mayat!!" katanya setelah memastikan napas dan detak jantung Prada Uji. "Hei, apa dia diserang kapal besar itu?"kapal itu yang dimaksud Jami adalah kapal bangsa Bar-Bar yang berada di laut yang biasa mereka jadikan tempat mencari ikan. "Kemungkinan besar iya, kita harus segera melaporkan masalah ini kembali!!" sahut Baron. "Setidaknya kita harus merawat prajurit ini terlebih dahulu..." kata Kemal, ia begitu miris melihat keadaan Prada Uji,"sepertinya ia berjuang keras untuk hidup, padahal kapal itu sangat
"Bawa Rama Adipati masuk ke ruang peradilan!!" Perintah Hakim Surya. Rama yang tadinya berada diluar peradilan dibawa masuk, tangan Rama dalam keadaan terikat. Ketika Rama masuk beberapa Wali Hakim memandang tidak suka padanya, kali ini Argumen dari Sersan Tio memenangkan hati mereka. "Rama Adipati, mengapa kau memiliki obat untuk menyembuhkan penyakit menular?" tanya Hakim Surya. Mendengar suara Hakim Surya yang terdengar akrab membuat Rama menoleh keatas, ia melihat pak tua yang biasa menghampirinya ternyata adalah Hakim Ketua. "Turunkan kepalamu, kau dilarang memandang Hakim!!" Tegur Hakim kedua, Hakim Herry. Rama kemudian menurunkan kepalanya, sepertinya Hakim Ketua yang membuat kasusnya dibuka. "Tuan, aku bisa meracik obat, jadi aku tidak mendapatkan obat itu dari siapapun!!" jelas Rama. "Benarkah, lalu bagaimana caramu meracik obat itu?!" Cerca Sersan Tio, ia tak percaya Rama bisa meracik obat itu, karena hanya mereka yang tau, obat itu hanya dimiliki oleh bangsa barat.
"Brakh!! Bukk!! Prang!!"Mayjen Jaka mengamuk, ia menghamburkan semua yang bisa ia jangkau, semua prajurit yang ada di ruangan hanya bisa diam menyaksikan Mayjen Jaka menghancurkan setiap barang, ia bahkan sudah memukuli Sersan Tio dan Reza Wiraguna saat melapor padanya. Jika saja tidak dihalangi, mungkin Sersan Tio dan Reza Wiraguna bisa mati. Bahkan kondisi Reza Wiraguna sangat parah, Sersan Tio masih mending karna ia sudah terbiasa dengan pukulan seperti itu. "Aku minta kalian untuk mengurus Rama dengan cepat, kenapa tidak dibunuh saja sekalian waktu kalian membawanya hah?!" Bentak Meyjen Jaka. "Tuan Besar, banyak orang yang melihat kami ketika membawanya!! Jelas orang akan curiga pada kita!" jelas Reza Wiraguna menahan sakit di sekujur tubuhnya. "Halah!! Kalian ini bisanya cuma alasan, tugas seperti ini saja kalian tidak bisa menyelesaikannya!!""Maafkan kami Tuan Besar!!" Sersan Tio dan Reza Wiraguna memilih untuk tidak mendebat Mayjen Jaka yang sedang emosi. Mayjen Jaka te
Rama datang dan melihat keadaan Prada Uji yang sudah sadar."Bagaimana keadaanmu?"tanya Rama, saat ia datang panas badan Prada Uji sudah turun, kata Kemal Kepala Desa ia memberikan obat penurun panas dari Rama pada Prada Uji. Itu tindakan yang sangat tepat. Prada Uji menatap Rama dan warga kampung nelayan, ia merasa sedih ketika teringat dengan keempat temannya yang tidak selamat. "Aku sudah merasa nyaman, Terima kasih!!" kata Prada Uji, ia bahkan menganggukkan kepala sebagai penghormatan kepada mereka yang merawatnya. "Kami sudah melaporkan masalahmu ini kepada prajurit perbatasan, mungkin malam ini atau besok pagi mereka akan datang." kata Kemal. "Apa yang kalian laporkan?" tanya Prada Uji dengan raut wajah khawatir. "Apa yang kau takutkan?" selidik Rama pada Prada Uji. Melihat raut wajah Prada Uji yang terlihat khawatir itu membuat Rama semakin yakin, ada yang tidak beres. "Kami hanya melaporkan soal kamu yang terluka, apakah ada hal lain yang tidak boleh kami laporkan?cerita
Rama sudah berada di dalam kapal, Rama bahkan memakai masker seperti ninja, Rama kemudian mengeluarkan gas tidur yang dibelinya dari onshop, Rama kemudian membuka gas tidur dan melemparkannya ke tengah awak kapal yang berkumpul. "Klak!buuusss...""Hei, apa itu?""Entahlah, benda itu tiba-tiba mengeluarkan asap!!""Dari mana asal benda itu? Mengapa bola itu mengeluarkan asap?"Melihat asap mengepul, dari bola gas tidur para awak kapal kebingungan dan malah mendekatinya. Ketika sudah menghirup gas tidur itu, satu persatu awak kapal pingsan dan tertidur. Setelah gas bola tidur sudah tidak mengeluarkan asap, Rama memilih salah satu awak kapal yang akan ia culik, Rama kemudian mengambil gas bola tidur itu dan membuangnya ke kotak pembuangan sampah pada sistem onshop seperti biasa. Rama mengikat awak kapal itu dan menurunkannya secara perlahan, Fatta kemudian menangkap awak kapal yang Rama turunkan. Setelah selesai menurunkan awak kapal yang ia culik, Rama kemudian turun secara perlahan.
Ini adalah hari ke 2,orang asing itu masih belum mau bicara. "Tuan Muda kita patahkan saja salah satu anggota tubuhnya, ia pasti mau bicara!!" kata Fatta memberikan saran, Rama malah kepikiran ide. Ia menjawab pertanyaan Fatta dengan bahasa Enggras. "Jangan kau patahkan salah satu anggota tubuhnya, kasian dia!! Tapi itu bisa kita gunakan jika dia memang masih tidak mau bicara!! Aku akan serahkan urusan itu padamu, saat ini sabar dulu oke!!"Fatta tidak paham dengan bahasa yang Rama pakai, tapi mendengar kata oke, Fatta menyahut, "Oke!!" Rama bahkan hampir tergelak melihat Fatta mengikuti perkataannya. Mendengar perbincangan itu membuat si orang asing ketakutan, ia sebenarnya sudah tidak dapat menahan lapar dan haus. Jika diperbolehkan memilih, ia lebih memilih dibunuh ketimbang disiksa dengan rasa lapar dan haus seperti ini. Tapi jika ditambah dengan mematahkan anggota tubuhnya, itu akan sangat menyiksa. Melihat perubahan ekspresi orang asing itu, Rama kembali mendekatinya dengan
Rama terkejut saat melihat Jaya datang bersama 16 pasukan terlatihnya. Mereka sampai sudah menjelang sore hari bersama Kemal. "Paman, bukankah aku hanya memberi pesan untuk membawa 6 orang pasukan saja?" tanya Rama pada Kemal, Kemal hanya menunduk dan melirik Jaya. Rama paham rupanya abangnya tersebut yang mengambil keputusan. "Hahaha, aku dengar kalian menemukan kapal musuh, jadi aku putuskan membawa semua orang kesini!!" jelas Jaya, ia bahkan menepuk-nepuk bahu Rama. Rama menggeleng maklum, setidaknya insting abangnya ini sangat berguna di saat seperti ini. Rama jadi kepikiran untuk menyerang kapal itu terlebih dahulu sebelum kapal bantuan musuh datang. "Baiklah, silahkan kalian beristirahat terlebih dahulu, nanti malam kita akan membicarakan ini!!" kata Rama, kemudian para pemuda yang terlatih itu beristirahat karena baru melakukan perjalanan jauh. "Bang, bagaimana dengan pembangunan di desa?" tanya Rama kemudian. "Maksudmu pembangunan bunker kita?" tanya Jaya memastikan, Rama