Bab 117Mobil hitam yang ditumpangi Azalea dan Ivander berhenti di depan rumah megah bak mention ini. "Abang gak mampir ya, sayang," ucap Ivander, ketika Azalea menapakkan kaki keluar dari mobil."Terserah," ucap Azalea berlari kecil memasuki rumah berpintu tinggi. Ivander hanya geleng-geleng, " Untung abang cinta kamu Lea, kalo pacar-pacar abang yang begitu langsung abang tinggal," ucap Ivander melihat kelakuan Azalea. ****"Assalamualaikum," ucap Azalea memasuki rumah. Langsung berlari menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar. "Lea!! Lea!!"Bahkan panggilan Mira dihiraukan gadis ber-netra biru ini. Langkahnya terus berjalan dengan tergesa. Mira menggelengkan kepala melihat putrinya. "Ada apa? Teriak-teriak," tanya Dad, tangannya penuh dengan lumpur. "Itu anak Ayah," hanya itu yang keluar dari mulut Mira, wanita setengah baya ini kembali ke dapur, berkutat dengan tepung dan telur. Dad menghampiri, "Sudah jadi kuenya?" tanya Dad. Tangannya terulur ingin mengambil kue kering d
Bab 118"Lea," Ivander menyebutkan nama Azalea. Ivander berbincang sesaat pada wanita yang berdiri di sebelah lelaki bule ini. Lalu menghampiri gadis yang sebentar lagi akan dia persunting. "Lea, Dad, Ibu. Tumben lagi ada acara apa?" tanya Ivander. "Gak ada acara cuma mau jalan-jalan, aja, ini mau makan dulu," jawab Mira. "Ohh ... Yuk abang juga belum makan, kita makan bareng," ucap Ivander dengan senyum menawan.Mira dan Dad sudah terlebih dulu masuk ke dalam restoran mencari bangku privat. "Bang, Abang kenapa tadi gak angkat telpon Lea? Lagi asik-asik ya? ama perempuan tadi?" tanya Azalea tatapannya penuh curiga. "Kamu telpon?" Ivan langsung mengambil gawai di kantong jasnya. Mencoba menghidupkan ponsel canggih itu. "Mati ponsel Abang. Tadi dimainin terus pas lagi anter kamu," ujar Ivan. Azalea mencebik meninggalkan Ivander menuju ketempat ayah dan ibunya berada. Ivander hanya geleng-geleng kepala, "untung menggemaskan," ujar Ivander, mengikuti langkah kaki Azalea. Makan
Bab 119"Lea," Ivander menyebutkan nama Azalea. lelaki bule ini berbincang sesaat pada wanita yang berdiri di sebelahnya. setelah berbincang sesaat si wanita pergi meninggalkan Ivander. Lalu lelaki bule ini menghampiri gadis yang sebentar lagi akan dia persunting. "Lea, Dad, Ibu. Tumben lagi ada acara apa?" tanya Ivander. "Gak ada acara cuma mau jalan-jalan, aja, tapi mau makan dulu," jawab Mira. "Ohh ... Yuk abang juga belum makan, kita makan bareng," ucap Ivander demgan senyum menawan.Mira dan Dad sudah terlebih dulu masuk ke dalam restoran mencari bangku privat. "Bang, Abang kenapa tadi gak angkat telpon Lea? Lagi asik-asik ya ama perempuan tadi?" tanya Azalea, tatapannya penuh curiga. "Kamu telpon?" Ivan langsung mengambil gawai di kantong jasnya. Mencoba menghidupkan ponsel canggih itu. "Mati ponsel Abang. Tadi dimainin terus pas lagi anter kamu," ujar Ivan. Azalea mencebik meninggalkan Ivander menuju ke tempat ayah dan ibunya berada. Ivander hanya geleng-geleng kepal
Seorang wanita tanpa Ivander sadari masuk ke dalam ruang kantor Ivander, hanya hak sepatu yang menimbulkan suara. Ivander mendongak melihat siapa gerangan yang menghampirinya. "Kamu!!" Ivander terbelalak mendapati seorang wanita sudah ada di hadapannya. Langsung menyerbu, duduk melingkarkan kaki di pangkuan lelaki bule ini. Dengan cepat si wanita mengungkung wajah Ivander dan mencium paksa lelaki bule ini dengan agresif. Bahkan Ivander yang bertubuh besar tak dapat mengelak. Tangan Ivander berusaha merengkuh pinggang ramping si wanita, berusaha mengangkat tubuh wanita ini dari pangkuannya. Tetapi kaki si wanita melingkar ketat di tubuh kekar Ivander. Si wanita melepaskan ciumanya, berusaha menghirup udara dalam, lalu dengan cepat kembali meraup paksa bibir lelaki bule ini. "Wait Carla, what's are you doing?" Ivander masih berusaha mengelak dari ciuman wanita bernama Carla. " I miss you, darling," Carla menatap mata Ivander sayu, terlihat jelas dia begitu merindukan kehangata
Bab 122Pengakuan Carla membuat Ivander terbelalak. Selama ini Ivander mengunjungi Carla tanpa menggunakan hati. Dia membutuhkan Carla hanya untuk melampiaskan. Ivander bukan tipe lelaki yang suka bergonta ganti wanita. Menurutnya Carla mampu mengimbangi di ranjang, karna itu dia selalu menggunakan jasa Carla. "Tapi Carla selama ini kita melakukan karna ...." Ivander tak melanjutkan ucapannya, dia khawatir akan melukai hati Carla. "Karna kau membayarku? Jadi selama ini kamu gak punya perasaan apapun pada ku?" tanya Carla penasaran. Jadi selama ini dia salah sangka. Carla pikir, Ivander menyukainya, karna hanya dia wanita yang selalu dicari lelaki bule ini jika Ivander datang ke klub seventeen. Hati Carla makin sakit saat kepala lelaki bule ini menggangguk. Carla duduk meraung. Menelungkupkan kepala di lantai. Dia menyadari mana mungkin ada lelaki yang dengan tulus mencintainya. Dan berniat membawanya pergi dari tempat terkutuk itu. Ivander merengkuh tubuh Carla, membawanya dud
Bab 123 Lelaki tampan ini berjalan dengan sedikit berlari, dia berhenti sejenak ketika sampai pada anak tangga teratas. "Lelah, Taun?" Suara Evellyn mendayu merdu di telinga lelaki gagah ini. Jari-jari lentik mengelus rahang kokoh Arkan. Netra lelaki tampan Ini menatap lekat wanita cantik dalam gendongannya. "Itung-itung melatih kekuatan otot, sebelum bekerja," ucap Arkan. Nafasnya memburu, entah lelah atau sangat bergairah. Beberapa pelayan hanya melirik melihat kemesraan pasangan bucin ini. Elvano terlihat sedang bermain bersama Baby sitternya. "Moga-moga cepet punya ade lagi ya, El," ucap Sri, mencium gemas Elvano. Pintu kamar utama sudah tertutup rapat, Arkan langsung membawa Evellyn ke dalam kamar mandi. "Sayang di balkon aja biar hangat," ucap Evellyn. Netra Arkan berbinar mendengar saran Istrinya. Tapi jangan di luar di sofa situ tarik ke sini. Evellyn menunjuk dengan jari, memerintah suaminya. Lelaki maskulin ini menaruh bobot tubuh istrinya di ranjang. Lalu menarik
Bab 1 : pertemuan. “Ada apa ini!!” Evellyn terburu turun dari mobilnya, menghampiri beberapa orang berbadan besar yang terlihat sangar sedang mengintimidasi ibunya di depan pintu rumah. Para pria berbadan besar dan berkulit hitam menoleh ke sumber suara. “Kami mencari keberadaan Pak Dani Sudrajat. Kami sudah mencari di kantornya, tapi nggak ketemu.”“Ayah saya sedang keluar kota, kalau beliau pulang, nanti saya sampaikan kalau kalian mencari, semua kewajiban akan kami selesaikan dengan segera,” ucap Evellyn tegas pada deptcolector. “Pak Dani Sudah menunggak kewajiban beberapa bulan, kalau nggak segera diselesaikan, segala agunan akan kami sita. Bahkan rumah ini pun sudah menjadi agunan. Kalian bersiaplah untuk segera mengosongkan rumah,” seru deptcolector berbicara dengan nada ketus tak ramah. Tanpa menunggu jawaban dari Evellyn, beberapa pria berperawakan seram itu meninggalkan kediamannya.“Apa yang terjadi Eve? Kenapa dengan perusahaan Ayah?” tanya Ibu meminta penjelasan kepad
Bab 2. Tanda tangan kontrak. “Hallo Nona.” Ervan mengulurkan tangan ingin menjabat tangan. Namun ditolak. Evellyn hanya menangkupkan tangan di dada dan menganggukkan kepala. Ervan tersenyum, masih ada cewe begini, di jaman yang sudah seperti ini pikirnya. Dia duduk menghadap Evellyn. “Nona silahkan pesan makanan yang kau suka. Sebelum kita memulai pembicaraan kita,” ucap Ervan ramah. “Maaf saya datang ke sini bukan untuk makan, jangan buang waktu saya. Karna beberapa hari ini jadwal saya padat,” ucap Evellyn tanpa ragu. “Upsss. Maaf Nona, baiklah, perkanalkan saya Ervan Attarazka.” Ervan mengutarakan maksud mengundang Evellyn. Dia siap membantu memulihkan perusahaan ayahnya. Asalkan Evellyn mau mengikuti apa keinginannya. “Tuan pernikahan itu sakral, tak bisa dibuat main-main, anda salah orang!” ucap Evelyn. Ia mengangkat tubuhnya, berniat pergi meninggalkan meja. “Tunggu Nona, saya hanya memberi panawaran sekali ini. Ingat ayah ibu dan adik-adik anda yang sedang membutuhkan