"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya.
Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki.
"Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini.
Drt! Drt!
Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya.
"Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya.
"Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Mama, Dapatkah aku berbicara dengan ayah?" tanya anak kecil itu dari balik ponselnya.
"Kornelius? Hallo?" tanya wanita itu.
"Mama, aku ingin berbicara dengan ayah?" ucap seorang anak kecil.
"Dimana Kornelius? Beri telepon ini kepadanya segera" perintah wanita itu dan Criss langsung mematikan panggilan masuk itu. Ia menghela nafas sejenak dan menatap ke arah Diki dan Daniel.
"Ada alasannya, ia memberikannya kepada kau, sebelum ia meninggal. Mungkin itu memiliki jawaban yang kita butuhkan." ujar Criss.
Criss mengalihkan pandangannya menuju jasad Kornelius. "Kami memiliki laptop Dissa, mari kita lacak dimana keberadaannya," ajak Daniel.
"Aku membutuhkanmu," ucap Daniel lagi berdiri di hadapan Diki.
Diki menoleh ke arah laptop yang terjatuh di atas lantai dan laptop itu terlihat di kelilingi oleh butiran debu bangunan kafe.
Mereka pun berjalan keluar dari tempat kafe dan mulai berjalan menuju helikopter.
***
Di sebuah ruangan bernuansa serba putih dibaluti dengan beberapa bunga indah yang di kelilinginya.
Disana, terlihat seorang wanita cantik sedang terbaring di atas kursi dengan kedua tangan diikat erat dan ia berpenampilan pengantin berbaju putih brokat. Dissa masih memejamkan kedua matanya, ia terbangun saya otaknya mulai bekerja terhadap virus mematikan.
Dissa membuka kedua bola matanya pelan-pelan untuk menyeimbangkan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Matanya yang terlihat berwarna biru tosca, hidung yang mancung serta bibir yang seksi membuatnya cantik natural.
Saat ia menggerakkan tubuhnya, ia merasakan t
kedua tangannya diikat erat dan membuat dirinya menggoyangkan tubuhnya untuk berusaha melepaskan ikatan borgor di kedua tangannya.
Hah!
Suara dari dalam kotak yang ditaruh di atas kursi pada meja tamu. Disana, terdapat banyak kotak di atas kursi yang bergerak dengan dihiasi suara yang menyeramkan. Dissa terlihat panik dengan keadaannya sekarang, apabila di tempat itu hanya dirinya seorang.
Cekrek!
Pintu pada layar bening itu terbuka, ia melihat seorang pria bertubuh kekar dengan mengenakan baju pria pengantin berwarna putih sedang berjalan ke arahnya.
Pria itu menghentikan langkah kakinya sejenak. "Aku berhasil membangunkan mereka untuk tetap hidup. Tetapi, aku belum tahu bagaimana menghentikan pembusukan itu," ucap Kenzo berdiri di depan Dissa.
"Prektekmu membuat hampir sempurna." sahut Dissa menatap wajah tampan Kenzo di hadapannya.
Kenzo melangkahkan kakinya menuju tempat duduk Dissa. "Menyapa tamuku. Keluargaku, ada beberapa teman-teman terdekatku," ucap Kenzo.
"Dissa Richard, Selamat datang. Namaku Kenzo Albert," lanjut Kenzo menatap Dissa yang jaraknya lebih dekat di depan meja.
"Aku mendengar bahwa kau dan temanmu telah menemukan obat untuk produkku." imbuh Kenzo seraya melepaskan borgor pada kedua tangan Dissa.
"Untuk seorang yang sangat muda, kau cukup pintar." Kenzo menaruh borgor itu di atas meja dan ia berdiri di sebelah Dissa.
"Aku menemukan penelitianku bukan hanya obat." sahut Dissa menatap tajam ke arah Kenzo.
"Apakah itu benar?" tanya Kenzo.
"Tolong beri tahu aku lagi," ucap Kenzo berdiri tepat di hadapan Dissa.
Dissa masih menatap wajah tampan Kenzo yang terlihat sedikit keribut karena termakan usia. Maklumlah, umur Kenzo Albert sudah memasuki 35 tahun. Sementara, Dissa masih berumur 25 tahun.
"Aku tahu, bagaimana virus mematikan itu diaktifkan." jelas Dissa di depan Kenzo.
"Virus hewan, Dissa. kau bisa menyebutnya virus-h." jawab Kenzo.
"B.O.V. Kau tahu siapa yang menyerang? Itu membuat senjata jauh lebih menarik. Pasti sulit, memberikan mereka bergerak. Tapi aku tahu, bagaimana kau membawanya bersama. ada 3 model virus: pertama yaitu melakukan menginfeksi. kedua, menjadi pemicu. Ketiga, menempatkanmu untuk mampu memilih korbanmu." ucap Dissa menatap fokus ke arah Kenzo.
Virus Mematikan
Berhasil Dimatikan
"Virus jenis penonaktifan, vaksin." ucap Dissa lagi.
***
Sementara di tempat lain, Criss dan Daniel menatap fokus pada layar laptop Dissa.
"Dapatkan peta lagi," perintah Criss. Daniel mengklik pada tombol merah dan menunjukkan peta lokasi yang sedang mereka selidiki.
"Dia pasti berpikir bahwa wabah ini dirangkai. Soalnya, mereka berkumpul sekitar taman itu." jelas Daniel menatap fokus pada layar laptop.
"Jika benar apa katanya dapat menidurkan orang-orang untuk selamanya? Maka berapa banyak orang yang terinfeksi." tanya Criss menoleh ke arah Daniel sejenak dan menatap pada layar laptop lagi.
***
"Kau mencampurkan virus itu ke dalam minuman," sahut Dissa.
"Aku terkesan, Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Kenzo berdiri di hadapan Dissa.
"Aku melihat tinggi konsentrasi pada penelitian Jesika pada merek minuman X. Itu merupakan sumber air minum dari minum botol X. Tapi itu tidak direncanakan olehmu, itu terjadi secara kebetulan." ucap Dissa melipatkan kedua tangannya di atas dadanya.
"Di bawah kondisi khusus, virus-h dapat dirilis tanpa memicu virus. Dapat menyebar virus rilis ini dijamin melalui udara. Bentuk gas, setiap dari mereka memiliki virus baik ada kekuasaan maupun tidak. Mereka bisa diaktifkan dengan sendirinya. Tapi ketika bergabung, mereka menjadi efektif, senjata biologis terkendali." lanjut Dissa menjelaskan panjang kali lebar di depan Kenzo.
"Indah sekali, Dissa. Aku tidak heran, kau dan teman-temanmu selamat dari virus di kota itu." sahut Kenzo.
***
"Jika pemicunya adalah udara, sulit untuk mengontrol siapa yang mendapatkannya." imbuh Diki.
"Jadi, Kenzo karena itu harus menggunakan bentuk vaksin." jawab Criss.
"Untuk memeriksa dia dari wabah yang menyebar, Pertama, Dia vaksinasi orang, dia tidak akan menginfeksi. Jadi, senjata lebih akurat. Apakah kau mengerti?" ucap Daniel.
***
Kenzo berjalan menuju tempat kursi di sebelah Dissa dan mendudukan dirinya. "Kau telah melakukan pekerjaan rumah mereka pada virus A. Apa yang terjadi sekarang?" tanya Kenzo menoleh sekilas ke arah Dissa.
Dissa menoleh ke arah Kenzo. "Tidak sulit bagiku untuk menciptakan obat uji. Sekarang aku tahu bahwa ia bekerja dengan baik. Tim ku memiliki penelitianmu dan darahku. Kau "Produk", seperti yang kau sebut itu akan segera usang," jelas Dissa panjang lebar.
Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya. "Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa. *** "Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya. "Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki. Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut. *** "Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun
Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya."Keadaan dunia akan berubah dengan semestinya, sebentar lagi rencanaku akan berhasil. Sayangku, kau disana pasti akan bahagia. Lihatlah, aku bisa membalaskan dendam lama yang hampir fana." gumam Kenzo dengan senyuman miringnya. Setelah puas, melihat kekacauan yang terjadi di kotanya. Kenzo melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kamar apartemennya. Saat ini, ia tinggal di Apartemen di ujung kota U dan apartemennya paling tinggi dan menjulang dengan tingkatan lantai 30. Kenzo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menduduki diri di pinggir tempat tidur dan diambilnya sebuah bingkai foto yang tertata rapi di atas meja sebelah tempat tidurnya. Kenzo menatap sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan dirinya bersama sang istri tercintanya. "Sayang, aku merindukanmu," gumam Kenzo dengan menitikkan buliran kristal yang membahasi wajah tampannya. "Andai waktu itu tidak terjadi, kita pasti hid
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih yang saling mencintai walaupun salah satu keluarga besar dari mempelai wanita tidak merestui hubungan mereka tetapi mereka tetap melaksanakan janji suci di hari pernikahan ini. Di sebuah taman yang letaknya di pinggir pantai, disana, terlihat beberapa tenda dan dekor bunga mawar putih yang sangat indah bergaya pesta outdoor. Semua orang berdatangan dalam menyambut pesta ikatan janji suci dari kedua insan yang dimabuk cinta. Ayah Kenzo dan Yanti yang merupakan adik kandung Kenzo pun datang dalam menyaksikan acara pernikahannya. Teman-teman dekat Kenzo datang dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Setelah mengucapkan ijab kabulnya dan dinyatakan sah menjadi sepasang suami-istri. Di acara terakhir, saling memasangkan cincin pernikahan. Semua orang yang berada memberikan tepuk tangan yang sangat meriah kepada mereka. Kenzo berdiri dari duduknya dan memberikan isyarat agar tetap tenang. K
Dissa yang masih duduk di atas lantai mendengar semua ucapan dari Kenzo. Ia terus menatap punggung belakang pria yang sedang menelpon seseorang. "Kau merencanakan serangan lain?" tanya Dissa dan Kenzo membalikkan badannya ke arah Dissa. "Aku merencanakan masa depan kita. Waktu kita di mulai dari sekarang." jawab Kenzo berjalan menuju mendekati Dissa. "Kita?" tanya Dissa lagi. "Iya, seiring dengan sisa temanku dan memasuki kehidupan baru kami bersama-sama." jawab Kenzo mengalihkan pandangannya menuju sebuah tampilan foto dirinya bersama istrinya dan seorang laki-laki tua dan wanita muda di sebelah istrinya. *** Di sebuah tempat yang berbeda, terlihatseorang wanita berpakaian seksi sedang mengetik dan di sebelahnya terlihat seorang pria dengan tangan di borgol bersamanya. "Sudah waktunya, Ayah." ucap seorang wanita bernama Yanti menoleh ke arah ayahnya. Pria yang sedang berdiri itu mengangguk dan Yanti berjalan mendek
Drt! Drt! Dissa mengalihkan pandangannya menuju sumber suara panggilan masuk dari ponselnya. Ia segera mengambil ponsel dari tasnya yang terletak di atas meja kerja Kenzo. Baru saja, Dissa melangkahkan kakinya menuju meja kerja Kenzo tetapi ia kalah cepat dengan dirinya. Kenzo berhasil lebih dulu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan masuk dari ponsel Dissa. "Hallo Dissa! Kau tenanglah disana, aku akan segera menyelamatkanmu," ucap Daniel dari balik ponselnya. "Kau tak akan bisa menyelamatkannya, sebentar lagi, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya, hahaha..." sahut Kenzo melalui panggilan di ponsel Dissa. "Jangan sentuh istriku! Atau akan aku bunuh kau menggunakan tanganku!" ancam Daniel."Hahaha... Kau lucu sekali," ucap Kenzo dari panggilan masuk di ponsel. "Kau!" bentak Daniel. "Tidak perlu mencarinya lagi, cepat atau lambat Dissa akan menjadi milikku. Lepaskan dia dan biarkan aku yang memilikinya," sahut Kenzo me
"Kalian sudah siap?" tanya Criss yang berdiri di hadapan Daniel, Diki, Budi, Jesika, Nick. "Kami semua siap," ucap mereka serempak. "Baiklah, sebaiknya kita membagi dua tim. Diki, Daniel dan Budi menggunakan mobil TNI.Sementara Aku, Jesika dan Nick kalian tetap menggunakan mobil Rumah sakit dan kalian tetap bawa senjata api beserta pelurunya. Dunia sedang tidak baik-baik saja dan di pusat kota, sebagian warga telah berubah menjadi mayat hidup. Berhati-hatilah dan tetap protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan hand-sanitizer untuk mencegah virus itu menempel di permukaan kulit kita." jelas Criss berdiri di depan mereka yang berdiri satu barisan. "Baiklah, sebelum memulai pembukaan rencana kita. Ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu, berdoa mulai," ucap Criss memimpin berdoa menurut kepercayaan masing-masing. "Berdoa selesai," lanjut Criss dan mereka membubarkan diri untuk mempersiapkan pergi menuju titik lokasi tempat mension Kenzo. Mobil ya
"Ada apa," ucap mereka secara bersamaan. "Ayo cepatlah buka gerbang itu, jika tidak terbuka maka kita akan menjadi santapan makanan oleh mayat hidup itu," ucap Daniel seraya mengarahkan jari manisnya menuju beberapa orang yang berjalan menuju mereka. Diki dan Budi mengikuti arah jari Daniel dan mereka terkejut karena ada beberapa mayat hidup yang ingin menjadikan mereka sebagai makanannya. "Ini pasti ulah Kenzo!" ucap Diki dengan mengepalkan kedua tangannya. "Kenzo, aku pastikan akan menangkapmu!" lanjut Diki dan mereka mulai mengambil senjata api dari saku celananya. *** Di depan gerbang Mension mewah milik Kenzo, terdengar beberapa kegaduhan dari depan gerbang. Kedua satpam yang sedang duduk di pos keamanan Mension Kenzo. Sebenarnya, mereka mengetahui ada beberapa perkelahian antara musuh Kenzo dengan mayat hidup yang dijadikan Kenzo sebagai senjata biologisnya. Namun, karena mereka diutus untuk tetap mengabaikan saja hal itu dan dem
Cekrek!Suara pintu terbuka dan disana terlihat seorang wanita cantik yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur. Wanita itu adalah Dissa Richard. Dengan kecantikan yang menyerupai panutan hati Kenzo Albert membuat hidup Kenzo lebih berarti. Kenzo tersenyum tulus menatap ke arah Dissa yang masih setia menutup kedua bola matanya di atas tempat tidur. Tadi, sebelum Kenzo datang kesini. Ia menyuruh maid yang bertugas mengantarkan makanan untuk terlebih dahulu memasukkan sebuah obat tidur agar Dissa tidak bisa kabur dari mensionnya. Kenzo masuk ke dalam kamar bernuansa gold dan ia menutup pintu kamar dengan sangat pelan. Kenzo melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Dissa. Setelah sampai di depan Dissa, Kenzo menatap penuh cinta dan ia berpikir sejenak apa yang akan dilakukannya terhadap Dissa itu benar atau tidak. Kenzo mengambil sebuah alat suntik yang berada di kantong belakang celananya. Sebenarnya, ia ragu-ragu untuk menyuntikkan obat yang mengandu