Share

Part 8 Bertemu Kenzo

"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya.

Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki.

"Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini.

Drt! Drt!

Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya.

"Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya.

"Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Mama, Dapatkah aku berbicara dengan ayah?" tanya anak kecil itu dari balik ponselnya.

"Kornelius? Hallo?" tanya wanita itu.

"Mama, aku ingin berbicara dengan ayah?" ucap seorang anak kecil.

"Dimana Kornelius? Beri telepon ini kepadanya segera" perintah wanita itu dan Criss langsung mematikan panggilan masuk itu. Ia menghela nafas sejenak dan menatap ke arah Diki dan Daniel.

"Ada alasannya, ia memberikannya kepada kau, sebelum ia meninggal. Mungkin itu memiliki jawaban yang kita butuhkan." ujar Criss.

Criss mengalihkan pandangannya menuju jasad Kornelius. "Kami memiliki laptop Dissa, mari kita lacak dimana keberadaannya," ajak Daniel.

"Aku membutuhkanmu," ucap Daniel lagi berdiri di hadapan Diki.

Diki menoleh ke arah laptop yang terjatuh di atas lantai dan laptop itu terlihat di kelilingi oleh butiran debu bangunan kafe.

Mereka pun berjalan keluar dari tempat kafe dan mulai berjalan menuju helikopter.

***

Di sebuah ruangan bernuansa serba putih dibaluti dengan beberapa bunga indah yang di kelilinginya.

Disana, terlihat seorang wanita cantik sedang terbaring di atas kursi dengan kedua tangan diikat erat dan ia berpenampilan pengantin berbaju putih brokat. Dissa masih memejamkan kedua matanya, ia terbangun saya otaknya mulai bekerja terhadap virus mematikan.

Dissa membuka kedua bola matanya pelan-pelan untuk menyeimbangkan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Matanya yang terlihat berwarna biru tosca, hidung yang mancung serta bibir yang seksi membuatnya cantik natural.

Saat ia menggerakkan tubuhnya, ia merasakan t

kedua tangannya diikat erat dan membuat dirinya menggoyangkan tubuhnya untuk berusaha melepaskan ikatan borgor di kedua tangannya.

Hah!

Suara dari dalam kotak yang ditaruh di atas kursi pada meja tamu. Disana, terdapat banyak kotak di atas kursi yang bergerak dengan dihiasi suara yang menyeramkan. Dissa terlihat panik dengan keadaannya sekarang, apabila di tempat itu hanya dirinya seorang.

Cekrek!

Pintu pada layar bening itu terbuka, ia melihat seorang pria bertubuh kekar dengan mengenakan baju pria pengantin berwarna putih sedang berjalan ke arahnya.

Pria itu menghentikan langkah kakinya sejenak. "Aku berhasil membangunkan mereka untuk tetap hidup. Tetapi, aku belum tahu bagaimana menghentikan pembusukan itu," ucap Kenzo berdiri di depan Dissa.

"Prektekmu membuat hampir sempurna." sahut Dissa menatap wajah tampan Kenzo di hadapannya.

Kenzo melangkahkan kakinya menuju tempat duduk Dissa. "Menyapa tamuku. Keluargaku, ada beberapa teman-teman terdekatku," ucap Kenzo.

"Dissa Richard, Selamat datang. Namaku Kenzo Albert," lanjut Kenzo menatap Dissa yang jaraknya lebih dekat di depan meja.

"Aku mendengar bahwa kau dan temanmu telah menemukan obat untuk produkku." imbuh Kenzo seraya melepaskan borgor pada kedua tangan Dissa.

"Untuk seorang yang sangat muda, kau cukup pintar." Kenzo menaruh borgor itu di atas meja dan ia berdiri di sebelah Dissa.

"Aku menemukan penelitianku bukan hanya obat." sahut Dissa menatap tajam ke arah Kenzo.

"Apakah itu benar?" tanya Kenzo.

"Tolong beri tahu aku lagi," ucap Kenzo berdiri tepat di hadapan Dissa.

Dissa masih menatap wajah tampan Kenzo yang terlihat sedikit keribut karena termakan usia. Maklumlah, umur Kenzo Albert sudah memasuki 35 tahun. Sementara, Dissa masih berumur 25 tahun.

"Aku tahu, bagaimana virus mematikan itu diaktifkan." jelas Dissa di depan Kenzo.

"Virus hewan, Dissa. kau bisa menyebutnya virus-h." jawab Kenzo.

"B.O.V. Kau tahu siapa yang menyerang? Itu membuat senjata jauh lebih menarik. Pasti sulit, memberikan mereka bergerak. Tapi aku tahu, bagaimana kau membawanya bersama. ada 3 model virus: pertama yaitu melakukan menginfeksi. kedua, menjadi pemicu. Ketiga, menempatkanmu untuk mampu memilih korbanmu." ucap Dissa menatap fokus ke arah Kenzo.

Virus Mematikan

Berhasil Dimatikan

"Virus jenis penonaktifan, vaksin." ucap Dissa lagi.

***

Sementara di tempat lain, Criss dan Daniel menatap fokus pada layar laptop Dissa.

"Dapatkan peta lagi," perintah Criss. Daniel mengklik pada tombol merah dan menunjukkan peta lokasi yang sedang mereka selidiki.

"Dia pasti berpikir bahwa wabah ini dirangkai. Soalnya, mereka berkumpul sekitar taman itu." jelas Daniel menatap fokus pada layar laptop.

"Jika benar apa katanya dapat menidurkan orang-orang untuk selamanya? Maka berapa banyak orang yang terinfeksi." tanya Criss menoleh ke arah Daniel sejenak dan menatap pada layar laptop lagi.

***

"Kau mencampurkan virus itu ke dalam minuman," sahut Dissa.

"Aku terkesan, Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Kenzo berdiri di hadapan Dissa.

"Aku melihat tinggi konsentrasi pada penelitian Jesika pada merek minuman X. Itu merupakan sumber air minum dari minum botol X. Tapi itu tidak direncanakan olehmu, itu terjadi secara kebetulan." ucap Dissa melipatkan kedua tangannya di atas dadanya.

"Di bawah kondisi khusus, virus-h dapat dirilis tanpa memicu virus. Dapat menyebar virus rilis ini dijamin melalui udara. Bentuk gas, setiap dari mereka memiliki virus baik ada kekuasaan maupun tidak. Mereka bisa diaktifkan dengan sendirinya. Tapi ketika bergabung, mereka menjadi efektif, senjata biologis terkendali." lanjut Dissa menjelaskan panjang kali lebar di depan Kenzo.

"Indah sekali, Dissa. Aku tidak heran, kau dan teman-temanmu selamat dari virus di kota itu." sahut Kenzo.

***

"Jika pemicunya adalah udara, sulit untuk mengontrol siapa yang mendapatkannya." imbuh Diki.

"Jadi, Kenzo karena itu harus menggunakan bentuk vaksin." jawab Criss.

"Untuk memeriksa dia dari wabah yang menyebar, Pertama, Dia vaksinasi orang, dia tidak akan menginfeksi. Jadi, senjata lebih akurat. Apakah kau mengerti?" ucap Daniel.

***

Kenzo berjalan menuju tempat kursi di sebelah Dissa dan mendudukan dirinya. "Kau telah melakukan pekerjaan rumah mereka pada virus A. Apa yang terjadi sekarang?" tanya Kenzo menoleh sekilas ke arah Dissa.

Dissa menoleh ke arah Kenzo. "Tidak sulit bagiku untuk menciptakan obat uji. Sekarang aku tahu bahwa ia bekerja dengan baik. Tim ku memiliki penelitianmu dan darahku. Kau "Produk", seperti yang kau sebut itu akan segera usang," jelas Dissa panjang lebar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status