Rika berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Ricky lalu berkata, “Aku nggak perlu apa pun. Jadi, kamu nggak perlu kasih aku hadiah.”Hadiah yang diberikan Ricky adalah hadiah-hadiah yang diinginkan oleh para gadis. Namun, Rika tidak menyukai semua itu, sekalipun dia adalah seorang gadis.“Aku nggak akan memberikanmu hadiah apa pun, atau mungkin kamu saja yang memberikanku hadiah. Rika, aku jarang sekali menerima hadiah darimu,” balas Ricky penuh percaya diri. Kemudian dia berkata kembali sambil mengejar Rika, “Aku akan menyukai semua hadiah yang kamu berikan padaku. Apa pun itu, aku akan menyukainya.”Namun, Rika tidak ingin memedulikan Ricky. Jadi, dia terus saja berjalan tanpa menghiraukan laki-laki cerewet yang terus mengikutinya itu. “Mereka kelihatan penuh semangat, ya,” ujar Olivia sambil memperhatikan pasangan itu dari gazebo bersama Stefan. “Ricky itu cerewet, sedangkan Riko pendiam. Mereka saling melengkapi kekurangan masing-masing ketika mereka bersama.”Nenek memilih
“Sekarang sudah jam 8, tapi Kak Tiara belum turun untuk sarapan. Makanya, aku ke atas untuk melihat keadaan Kakak. Apa Kakak baik-baik saja?” tanya Amelia setelah Tiara membuka pintu kamarnya. Tiara memegangi perut buncitnya lalu berkata, “Aku baik-baik saja, kok. Aku cuma lelah karena kurang tidur beberapa malam terakhir. Makanya, aku memilih untuk tetap beristirahat di tempat tidur. Aku sudah bangun ketika Aksa bangun, tapi aku nggak mau bangun dari tempat tidur. Kamu belum berangkat kerja?”“Aku akan berangkat sebentar lagi. Lagi pula, nggak ada urusan penting di kantor, jadi aku juga lebih sering pergi ke toko buku untuk melihat-lihat dan mengobrol dengan Junia setelah aku selesai memeriksa keadaan kantor. Olivia masih berada dalam masa bulan madu, jadi dia nggak akan bekerja di bulan ini,” jawab Amelia. Olivia dan Stefan memutuskan untuk tidak pergi bekerja setelah mereka melaksanakan resepsi pernikahan mereka, sekalipun mereka tidak pergi berbulan madu. Mereka berdua akan tingg
Tiara kembali mengerutkan keningnya lalu dia memeluk perutnya seraya berkata, “Amelia, sepertinya aku harus melahirkan lebih awal. Rasa sakitnya semakin jelas.”“Ayo, kita harus segera ke rumah sakit. Aku akan membawamu ke sana,” balas Amelia semakin panik. Ketika Amelia hendak membantu Tiara berdiri tiba-tiba saja Tiara berkata, “Kamu siapkan dulu perlengkapan melahirkanku yang ada di lemari. Selain itu, tolong ambilkan berkas rekam kehamilanku yang ada di laci lemari.”“Oke, Kakak duduk saja dulu. Aku akan menyiapkan semuanya. Kakak tenang, ya. Jangan panik, aku akan mengurusnya dengan cepat,” ujar Amelia berusaha menenangkan Tiara. Amelia dengan cepat mengambil barang-barang yang diminta kakaknya. Kemudian dia bergegas ke lantai bawah tanpa berkata apa-apa lagi kepada Tiara. Tiara terus menunggu adik iparnya membereskan barang-barang yang diperlukannya untuk persalinan. Namun, dia tidak menyangka kalau Amelia akan langsung berlari ke lantai bawah tanpa membawanya setelah dia sele
“Mama!”Amelia menekan jendela mobilnya lalu berkata kepada orang tuanya yang berusaha menghentikan mobilnya, “Kak Tiara mau melahirkan. Dia bilang kalau perutnya sakit, jadi kita harus segera ke rumah sakit.”“Siapa yang mau kamu bawa ke rumah sakit?” tanya Yuna kepada putrinya. “Kak Tiara, kakak iparku mau melahirkan,” jawab Amelia dengan wajah panik. “Di mana kakak iparmu itu?” tanya Yuna lagi. Amelia menoleh ke kursi belakang dan tidak menemukan keberadaan kakak iparnya. Dia hanya melihat ada tas keperluan melahirkan Tiara di kursi belakang. Dia membeku sejenak lalu dengan cepat dia kembali berkata kepada Jonas, “Jonas, cepat putar balik. Kak Tiara masih ada di rumah.”Jonas langsung terdiam setelah menyadari kebodohannya dan Amelia. Yuna justru tidak bisa menahan tawanya. Dia tidak menyangka ternyata kejadian seperti ini bukan terjadi kepada putranya, melainkan terjadi kepada putrinya. Wajah Amelia memerah lalu dia pun berkata, “Kak Tiara memintaku untuk mengambil barang-bara
Amelia juga ikut tertawa lalu dia berkata, “Kak Tiara, jangan menertawakanku terus, dong. Tadi itu, aku benar-benar panik. Aku yakin, kakakku pasti akan lebih panik dariku kalau saja dia ada di posisiku.”“Oke, aku akan berhenti tertawa. Aku cuma merasa rasa sakitku sedikit memudar ketika tertawa,” balas Tiara. “Kalau begitu, Kakak tertawa saja lagi kalau memang itu bisa membuat perutmu nggak terlalu sakit. Lagi pula, aku sudah kebal dengan tertawaan orang-orang padaku,” ujar Amelia sambil tersenyum. Tiara kembali tertawa sambil memeluk perutnya lalu tiba-tiba saja dia kembali mengerutkan kening seraya berkata, “Sekarang, perutku terasa lebih sakit. Sakitnya lebih intensif dari sebelumnya.”“Kalau begitu, sekarang kita harus pergi ke rumah sakit,” ujar Yuna cepat. Walaupun ini adalah kehamilan pertama Tiara, mungkin saja proses melahirkannya cukup cepat. Karena ada juga beberapa orang yang melahirkan hanya dalam waktu beberapa jam setelah mengalami kontraksi pertama. Bisa saja, Tiar
“Mama akan menelepon ibumu dan memberitahukan tentang keadaanmu sekarang,” ujar Yuna. Tiara belum sempat menelepon orang tuanya untuk memberitahukan proses melahirkannya yang sudah dekat. Namun, Yuna tahu kalau seorang perempuan pasti membutuhkan ibu kandungnya dalam proses persalinan. Oleh karena itu, dia berinisiatif menelepon ibu Tiara agar keluarga Tiara bisa datang dan menemaninya. Tidak lama kemudian, keluarga Sanjaya dan keluarga dari Tiara datang ke rumah sakit dan berkumpul di depan ruang bersalin sambil menunggu Tiara dengan wajah cemas. Seperti dugaan Yuna sebelumnya, Tiara langsung dilarikan ke ruang bersalin setelah mereka tiba di rumah sakit. Amelia memberitahukan ke teman-teman dan kerabatnya tentang persalinan Tiara. Olivia dan Odelina langsung bergegas ke rumah sakit setelah mengetahui berita ini. Stefan turut menemani Olivia bersama Nenek ke rumah sakit. Odelina tiba lebih dulu daripada Olivia. Dia bergegas menghampiri Yuna setelah melihat kerumunan orang di depan
Pintu ruang bersalin tiba-tiba terbuka. Orang-orang yang sedang menunggu Tiara langsung berkerumun di depan pintu ruang bersalin. Seorang perawat keluar sambil menggendong seorang bayi lalu bertanya, “Apa di sini ada anggota keluarga Bu Tiara?”“Saya suaminya. Suster, bagaimana keadaan istri saya? Apa saya bisa masuk ke dalam untuk menemuinya? Kira-kira, kapan dia bisa keluar dari ruang bersalin?” tanya Aksa cemas. Setiap kata yang dilontarkannya tidak pernah melewatkan istri yang sangat dicintainya itu. Dua tetua tiba-tiba saja menerobos Odelina dan membuatnya harus berdiri di barisan belakang. Namun, Odelina merasa bahagia ketika mendengar perkataan Aksa. Hal ini menandakan kalau Tiara sudah menikah dengan laki-laki yang tepat. Seorang laki-laki yang sangat peduli terhadap Tiara. Si perawat langsung tersenyum lalu berkata, “Keadaan istri Bapak baik. Dia berhasil melahirkan seorang putra untuk Bapak. Ibu dan bayinya selamat. Berat bayinya 3 kg. Istri Bapak akan segera keluar dan b
Untung saja, Tiara tidak membuat suaminya menunggu terlalu lama. Jika tidak, mungkin Aksa bisa diusir oleh dokter dan suster yang bertugas. “Sayang,” panggil Aksa ketika melihat istrinya didorong keluar dari ruang bersalin.Rambut Tiara tampak berantakan sambil terus menggigit bibirnya. Untung saja, suasana hatinya sedang bahagia jadi wajahnya tetap tampak berseri.Dia langsung berkata ketika melihat suaminya, “Aksa, anak kita laki-laki. Mereka bilang bayi itu mirip denganku.”Ibu Tiara langsung berkata, “Anak laki-laki memang biasanya mirip dengan ibunya. Bayimu juga sangat sehat.”Aksa membungkuk lalu mencium kening istrinya dan berkata dengan penuh ketulusan, “Sayang, terima kasih atas kerja kerasmu. Kita nggak perlu lagi punya anak, cukup satu saja.”Keluarga dari pihak Tiara berharap Tiara akan melahirkan anak laki-laki. Bagaimanapun juga, keluarga Sanjaya memiliki bisnis yang sangat maju. Selain itu, Aksa juga tidak ingin memiliki anak lagi. Jadi, keluarga Tiara ingin agar Tiara