Share

Pernikahan Dini
Pernikahan Dini
Penulis: Iekyu

Tom dan Jerry

"Heh, Roro Jonggrang! Loe kagak salah abis ujan malah jajan es?!" Jodi berdecak dengan pilihan jajanan Rara.

"Sirik aja loe! Itu banyak juga yang pada jajan kagak ada yang loe protes!" sembur Rara tak terima saran Jodi.

"Emang percuma gue ngomong sama loe." Jodi kesal dan berlalu meninggalkan Rara.

Dua orang anak remaja itu, tidak pernah akur saat bertemu. Selalu saja ada perdebatan di antara mereka. Bahkan hal kecil, bisa mengakibatkan mereka bertengkar atau berselisih, seperti saat ini.

Jodi menegur Rara saat gadis itu membeli es saat langit tengah mendung dan gelap, lebih tepatnya tadi pagi hujan turun cukup deras, untung saja satu jam lalu telah berhenti membuat aktifitas siswa tidak terganggu. 

Begitu banyak yang mengantri untuk membeli es, mengingat saat ini adalah  waktu istirahat membuat semua siswa memilih segera masuk ke dalam kantin dan membelanjakan seluruh uang jajan mereka, termasuk Rara, sejak tadi pagi ia mengikuti 2 mata pelajaran yang menguras waktu serta pikiran. 

Hal itu pula yang dilakukan oleh Rara yang sejak 5 menit lalu mengantri jajan es bubur sum-sum di gerobak Mang Acep.

Entah mengapa Jodi tergelitik untuk mencegah Rara ikutan mengantri membeli es bubur sum-sum yang ia tahu salah satu jajanan kesukaan Rara. Ada sedikit kekhawatiran dalam pikiran Jodi kalau Rara akan sakit kalau membeli es dalam kondisi dingin seperti ini. Ah, kenapa juga gue mikirin si Roro Jonggrang? batin Jodi mempertanyakan sikapnya sendiri.

"Rara jajan apaan?" sapa Riko dengan senyuman nya yang luar biasa manis dan  bikin klepek-klepek hati Rara. Semoga saja setelah ini Rara tidak terkena diabetes.

"Eh ini... es bubur sum-sum." Rara mendadak memakan jajanannya dengan perlahan. Siapa juga yang tidak merasa canggung mendapatkan perhatian dari sang ketua kelas baik hati, tidak sombong dan rajin menabung seperti Riko?

"Enak tuh kayaknya," goda Riko memperhatikan jajanan milik Rara sekaligus menyadarkan Rara dari lamunannya.

"Kamu mau nyobain?" tanya Rara, bermaksud basa-basi menawarkan dan tanpa sadar ia telah menyendok untuk dirinya dan tanpa di sangka Riko langsung melahap isi sendok dari tangan Rara.

Tindakan manis Riko sontak tanpa dia sadar membuat Rara bersemu kemerahan wajahnya. Menyadari perubahan pipi merona Rara justru membuat Riko menjadi gemas.

"Riko! Loe enggak ngeri rabies makan bekas sendok nya si Roro Jonggrang?!" pekik Jodi yang tiba-tiba muncul dari depan pintu kelas.

"Loe tuh ngapa ngefans banget sama gue ampe apa aja yang gue lakuin di komentarin?" ujar Rara ketus, sambil melengos.

"Aku belum pernah makan jajanan yang Rara makan," aku Riko yang memang tidak pernah memakan bubur sumsum sebelumnya.

"Horang kaya mana kenal jajanan rakyat jelata," ledek Jodi.

Riko memang berasal dari keluarga kaya dan itu terlihat dari semua barang branded yang ia kenakan. Dulu ketika mereka masih SD dan Riko sebagai siswa baru, awal kehadirannya banyak menimbulkan pertanyaan mengapa ia memilih sekolah di tempat biasa seperti mereka, tapi Riko hanya bilang kalau ia lebih nyaman berteman dengan mereka.

"Mau lagi boleh gak?" Riko tergiur untuk kembali memakan jajanan yang sedang di makan Rara.

"Emang gak apa-apa makan bekas aku?" Rara berkata lirih.

"Ciyeee aku, si Roro Jonggrang ketularan ber aku-kamu... Mau di bawa kemana hubungan kita jika kau terus menunda-nunda..." sindir Jodi sambil bernyanyi tidak jelas yang sebenarnya ungkapan kekecewaannya terhadap Yola karena tidak pernah bisa mesra seperti pasangan di depannya kini.

"Berisik!" Rara melempar Jodi dengan penghapus papan tulis yang kebetulan dekat dengannya.

"Tuh Riko... Lihat kelakuan aslinya, bahaya kalau loe nekat mau sama nih bocah." Jodi semakin terbakar menggoda Rara.

"Jodi kenapa sih ganggu Rara terus?" Yola menyela ucapan Jodi.

"Eh, ada Yola, " Jodi langsung salah tingkah.

"Biarin aja sih double R suap-suapan," Yola melirik ke arah Rara dan Riko.

"Widih iya double R keren juga istilahnya," Jodi cengengesan.

"Yola!  kirain mau belain eh ikutan ngeledekin kayak si Jodi," sungut Rara melengos sambil melipat kedua tangannya.

"Udah biarin aja. Eh, ada sisa jajanan tuh di bibir kamu." Riko menenangkan Rara dengan mengalihkan pembicaraan.

"Yasalam, ini sekolah woiii... ngontrak udah yang laen," seloroh Jodi yang meradang karena tidak bisa mesra seperti double R bersama Yola yang cenderung mengindari dirinya semenjak ia memberikan coklat brown queen.

***

Mendung yang menggelayut di kampung Pekapuran tidak menghalangi rencana para warga yang sedang melaksanakan kerja bakti. Warga begitu antusias bahu membahu membersihkan lingkungan mereka demi menyambut perayaan rutin tahunan, tujuh belasan.

"Pak, maaf itu truk nyang angkut semen dan pasir udah datang di depan gang swadaya," Dali memberitahu Pak Joko selaku RT di kampung cinta damai.

"Wah, sudah datang toh? Terimakasih ya Pak Rojak sudah menjadi donatur yang menyumbangkan bahan untuk perbaikan jalan gang kita ini," ucap Pak Joko kepada Pak Rojak yang berada di sebelahnya.

"Ah santai aje, kebetulan stok di material lagi banyak jadi bisa di bawa kemari sedikit lebih." Rojak sang juragan material bangunan merendah.

"Ssstt... kita beruntung ya kampung ini ada Pak Rojak dan Pak Sabeni yang royal," puji Pak Sugeng sambil berbisik ke arah temannya yang berada agak jauh dari Rojak dan Pak RT. Ya, jika Rojak sang juragan toko material bangunan, maka Sabeni sang juragan restoran Saung Hijau juga selalu menyumbangkan makanan bagi para warga yang mengikuti kegiatan kerja bakti.

"Iya ya kira-kira menu makanan dari restoran Pak Sabeni sekarang apa ya?" seloroh Pak Ojan seraya membayangkan santapan lezat di benaknya.

Menjelang sore datanglah mobil catering bertuliskan Saung Hijau dari restoran milik Sabeni sang juragan restoran di kampung Pekapuran terlihat berjalan ke arah tempat para warga yang sedang melaksanakan  kerja bakti.

"Woi, Beni alias Sabeni, sibuk amat loe ye ampe kagak sempet setor muka kemari," sapa Rojak yang sedang duduk istirahat di poskamling bersama beberapa warga yang sedang rehat sebentar.

"Iya nih Jak, Alhamdulillah lagi banyak orderan hajatan." Sabeni menghampiri Rojak dan para bapak yang sedang kerja bakti.

"Gimana kabar calon mantu gue?" tanya Rojak setelah jarak duduk mereka berdekatan.

"Yasalam, anak gue masih sekolah udah gak sabar banget loe mau jadiin mantu," seloroh Sabeni sambil tergelak tawa renyah. Perut buncitnya pun terlihat bergoyang mengikuti deburan ombak perut Sabeni, bak penyanyi dangdut yang sedang berjoget.

"Pegimana ya anak loe dari bini loe masih bunting kan emang udah di minta sama enyak gue jadi calon cucu nya entar." Rojak mengenang permintaan almarhumah Enyak Ida yang sudah meninggal tiga tahun silam.

Ucapan Rojak seketika mengingatkan Sabeni akan semua hutang budi dirinya kepada Rojak dan istrinya. Sosok disampingnya kini di masa lalu telah mengulurkan tangannya memberikan bantuan modal saat usahanya hampir bangkrut. Tidak hanya itu saja, ketika Halimah, istrinya yang menderita eklampsia pasca melahirkan langsung koma akhirnya membuat putrinya sempat di asuh oleh Rodiah, istri Rojak.

"Siapa yang dijodohin? Anaknya bang Rojak sama bang Beni bukannya ribut mulu kalau ketemu?" protes Sueb, kang cilor keliling.

"Biasa itu mah... FTV juga gak bakalan rame kalau pemainnya kagak berantem entar ujung-ujungnya juga demen terus kawin." Rojak membela anak dan calon mantu ciliknya.

"Hahaha... Betul loe Sueb, gue juga ampe pusing tu anak gue tiada hari tanpa ngomongin anaknya si Rojak," curhat Sabeni mengenai kelakuan anaknya

"Kagak apa-apa itu namanya anak gue udah nyantol di hati anak loe. Hahaha." sahut Rojak asal diiringi tawa bahagia.

"Nyantol sebagai apa nih? Semoga nanti mereka bisa akur ye... kagak bisa bayangin gue kalau tu anak dua ribut ampe tua kayak gitu. Ckckck." Sabeni menimpali.

"Loe jangan mikir kayak gitu dong Beni..." Rojak tidak sepemikiran dengan Sabeni.

"Pokoknya prinsip gue mah asal anak gue demen sama anak loe ya kita kawinin mereka entar lulus sekolah." Sabeni mencoba memberi pengertian kepada Rojak.

"Bujug buneng... mau ngawinin bocah, entar ngapa tunggu mereka lulus sekolah...  udah kebelet mau dikawinin aje," ceplos Sueb yang terkenal sebagai makhluk paling kepo di antara mereka semuanya.

"Et deh Sueb! loe main nyamber aje kayak geledek! kagak rela gue juga bocah masih pake seragam sekolah langsung dikawinin! maksudnya tuh entar lulus sekolah SMA!" gertak Rojak sambil memukul bahu Sueb dengan peci kesayangannya.

"Oohh syukur deh kalau gitu," kali ini Pak Joko yang menimpali.

"Iya, entar anaknya Pak Rojak warisin usaha material nya terus anaknya Pak Sabeni warisin usaha restoran nya, gitu?" Sugeng ikutan menanggapi.

"Serasa orang gedean ye pernikahan bisnis." Dali berseloroh.

Celotehan para warga yang menanggapi perjodohan anak Rojak dan Sabeni membuat mereka menyesal membahas hal tersebut di depan banyak orang yang pasti memiliki berbagai pemikiran berbeda.

Parah nya, mereka tidak menyadari kalau percakapan mereka di dengar oleh kedua orang yang menjadi bahan pembicaraan mereka. Rara dan Jodi yang niatnya ingin meminta maaf kepada babehnya karena pulang terlambat lantaran baru saja selesai mengerjakan tugas Prakarya bersama kelompoknya, kini hanya saling memandang penuh kebencian mendengar rencana perjodohan mereka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
sagitarius0115
baguez bingitz
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status