Brian menatap kekasihnya penuh rindu ia tidak pernah peduli apakah di hati Hanie masih ada cinta, jika masih ia akan mengikisnya dengan cintanya, andaipun Hanie menganggapnya sebagai kebutuhan hasratnya Brian tidak peduli yang ia tahu saat ini bersama dengan kekasih hatinya.Tanpa melepas tautannya ia berbisik, "Aku ingin mengurungmu di sini, jika kau bersedia kuculik maka saat ini aku ingin membawamu lari dari ayah dan suamimu.""Hem, jawab Hanie dengan tubuh yang tidak bisa tenang. "Kau ingin lagi sayang?" tanya Brian dan Hanie mengangguk.Kembali Brian memberikan kehangatan yang semakin lama semakin panas des4h4n dan deruhan napas saling bersautan, Mereka mereguk puncak kenikmatan dan kepuasan yang tidak pernah ada habisnya, hubungan yang tersembunyi membuat gairah cinta mereka berkobar dan terus menyala.Brian ingin Hanie mempunyai rasa ketergantungan pada dirinya dan akan mencarinya seperti saat wanita itu mengejar Manan.Sementara itu, di rumah Manan Safia menatap pria sambil me
Satu jam lamanya safia berada di ruang kerja Manan ia pun berjalan dengan langkah tertatih wajah pucat pasih menahan rasa malu dan marah tetapi ia hanya bisa menahannya dan tidak bisa berbuat apa-apa.Ia berjalan menuju kamar Manan dan langsung ke kamar mandi, ia berendam air hangat, rasanya ia ingin menenggelamkan tubuh ke dalam air dan berharap berakhir di dunia dan menemui sang kakak, anak dan suami.perlakuan Manan membuatnya shock, sungguh ia merasa tidak sanggup meneruskan rumah tangga di mana Manan benar-benar tidak bisa menghargai dirinya sebagai seorang istri.Ia menangis dalam diam. 'Bolehkah aku memikirkan diriku sendiri, aku lelah sangat lelah ya Robb, jemputlah aku. Aku tidak mau hidup lagi,' gumamnya dalam hati dan Safia benar-benar menenggelamkan diri di air yang terisi penuh di bathup.Manan merasa gelisah, ia tahu kali ini benar-benar sangat keterlaluan ia pun keluar dari ruangan kerjanya ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Safia.Dengan langkah cepat ia berjalan di k
Manan berjalan menghampiri Safiah. "Dia lapar, tolong beri ASI!" pinta Manan Safia mengusap air matanya dan bangun dari pembaringan ia duduk di atas ranjang lalu meminta Manan untuk memberikan Amar padanya.Manan pun memberikan Amar yang sedang menangis ke gendongan Safia. "Pergilah! aku mau menyusuinya," ucap Safia."Aku suamimu Safia, aku berhak melihat apa pun yang ada di tubuhmu!" tekan Manan dengan suara tertahan, ia sangat geram selalu saja Safia menganggapnya orang lain apa pun bentuk rasa hatinya Safia istrinya. Dia miliknya dan tidak suka Wanita itu mengusirnya saat dia ingin menikmati keindahan tubuhnya. "Kau tahu aku malu," jawab Safia."Berapa kali aku harus menel4j4ngimu agar kau tidak merasa malu. Sekali lagi kutekankan padamu, Kau istriku, Safia!" tandas Manan.Beberapa menit kemudian Safia belum juga membuka bajunya ia menimang Amar agar tidak menangis"Safia! Kau buka atau aku yang buka?" tekan Manan.Safia melebarkan matanya dan menatap lelaki itu dengan tajam lalu
Disebuah kamar Hotel dua insan yang melepas rindu itu sudah selesai menyalurkan hasratnya, Brian yang terlebih dahulu membersihkan tubuhnya itu, menatap Hanie yang tengah berpakaian sambil duduk bersandar di sofa, rasanya tidak rela hanya beberapa jam saja bersama wanita itu, dia ingin menghabiskan malam hingga menjelang pagi, sayangnya itu tidak akan terwujud."Kenapa memandangku begitu, tolong bantu keringkan rambutku! aku tidak mungkin pulang dengan rambut basah seperti ini, alat pengeringnya ada di tasku," pinta Hanie.Brian meraih tas Hanie yang ada di atas sofa dan membukanya lalu ia mengeluarkan alat pengering rambut dan beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Hanie yang duduk di depan meja rias lalu Ia menyentuh rambut indah itu."Andai dulu kau aku bertanggung jawab atas kehamilan, Han, mungkin kita tidak akan melakukan hubungan terlarang ini," ucap Brian sambil mengeringkan rambut kekasihnya itu."Kau tahu aku marah padamu, aku memintamu menjebak Manan tetap
Mobil Hanie sudah masuk ke dalam pintu gerbang rumah dan berhenti di pelataran depan rumah yang sangat luas itu. Wanita itu keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumah dan lampu sudah dimatikan karena jam sudah menunjukkan pukul 22.00Ia berjalan pelan-pelan, agar tidak membangunkan penghuni rumah yang sepertinya sudah tidur. Namun, tiba-tiba saja lampu menyalah amat terang dan dua lelaki duduk di sofa menyambut ke pulangnya dengan tatapan tajam dan penuh pertanyaan."Dari mana kamu?" tanya sang ayah"Biasa Ayah aku nongkrong dengan teman-temanku. Bukankah aku esok akan kembali ke Amerika," ucap Hanie menoleh sebentar lalu ia pun kembali melangkah menuju kamarnya.Saat Subagio ingin menegur kembali Hanie Arkan mencegah lelaki paruh baya itu. Karena sudah larut malam dan tidak ingin terjadi keributan."Biar aku saja, Pa," ucap Akran bangun dari duduknya dan berjalan menaiki tangga menuju lantai atas menuju kamarnya.Ia pun menyusul Hanie yang masuk kedalam kamar diraih tang
Beberapa detik kemudian ia tersadar dari kebekuannya itu. Lalu berteriak kencang, "Nona Rihana apa yang terjadi?!" Wanita itu dalam keadaan mengenaskan dan setengah telanj4ng bagian bawah tubuhnya sudah tidak berbusana dan terdapat sisa cairan kental di bagian lipatan pahanya."Tolong aku mereka meperkos4ku," ucapnya lirih.Subagio membuka jasnya dan menutupkan ke area tubuh bagian bawah tubuh Rihana dan menggendongnya serta membawanya ke mobil dan membaringkan di bangku tengah. lalu ia masuk ke dalam dan duduk di belakang kemudi.Ia mengemudikan dengan kecepatan sedang dan persaannya tidak menentu. 'Bagaimana ini apa yang akan kukatakan pada tuan,' pikirnyaSubagio pun sampai di rumah besar itu dan berhenti tepat di depan rumah itu, ia pun turun dari mobil berjalan dan membuka pintu tengah lalu menggendong wanita dan masuk kedalam.Tuan Arga yang menunggu putri dengan gelisah menyongsongnya dan terkejut melihat keadaan Rihana. "Apa yang terjadi?""Biar saya bawa ke kamarnya dulu, Tu
Manan Masuk Kedalam kamar dengan membawa secangkir kopi yang di letakkan di atas meja di depan sofa. ia melihat putranya sudah tertidur lelap dan Safia masih menggendongnya. Manan menghampiri Safia. "Sini aku tidurkan dia di boxnya." Manan mengambil alih Amar lalu menggendongnya dan menaruhnya dalam box. Kemudian dia menoleh pada wanita yang sekarang menjadi istrinya. "Apa kau bisa jalan? Kemarilah aku ingin bicara!" perintah Manan."Kau ingin bicara apalagi, semua pembicaraan akan terasa tetap sama, kau tetap menganggapku sama dan tidak berubah," jawab Safia membuat Manan menjadi gusar."Kenapa kau selalu saja membantahku? tidak bisa kah sedikit kau menurut padaku?" tanya Manan pada Safia.Safia menghelah nafasnya ia pun berinsut dan turun dari ranjang yang dia duduki lalu berjalan perlahan menuju sofa dan duduk di sana."apa sebenarnya yang ingin Mad Manan bicarakan denganku?" tanya Safia."aku tahu kita menikah bukan berdasarkan rasa cinta tetapi kita tidak bisa seperti tikus dan
Safia terdiam, ia tidak tahu harus menerima tawaran dari Manan ataukah tidak baginya sama saja ia hanya sebagai alat pelampiasan hasrat Manan. Berapa tahun ia akan hidup dengan seseorang pria yang memuja wanita lain dan wanita itu adalah kakaknya yang telah tiada dan setiap Manan menginginkannya yang di inginkan bukanlah dirinya tetapi Menginginkan bercinta dengan sang kakak lewat tubuhnya.Hati serasa sangat perih jika ia mengingat dirinya hanya sebagai pengganti dari figur sang kakak, sampai kapan ini semua terjadi Safia bahkan tak mampu membayangkannya atau pun memikirkannya."Safia apa kau mendengarkanku?" tanya Manan"Lalu untuk apa kita menjalani ini semua, kalau pada akhirnya kau tidak berusaha menjadikan pernikahan kita layaknya sebuah pernikahan yang sesungguhnya. Pada akhirnya kau juga melepaskanku dan tidak berusaha untuk mencintaiku," ucapnya lirih."Apa kau berharap aku mencintaimu dan apakah cintamu pada Akran sudah luntur,