Share

Kenangan Masa Lalu

Ancamannya ternyata berhasil karena Radit terlihat panik. Ia menyeringai puas melihat raut wajah Radit yang terlihat ketakutan itu.



"Sekarang kamu jelasin, Mas. Siapa perempuan itu? Apa bener kamu ada hubungan sama dia? Hubungan apa Mas?" cecar Laras lagi pada Radit.



"Iya. Aku emang punya hubungan sama dia, puas kamu!" sentak Radit.



Laras terdiam, jadi apa yang ia pikirkan ternyata benar? Radit sudah mengkhianati dirinya.



"Tapi kenapa, Mas? Sejak kapan kamu selingkuh dari aku!" Laras menangis sambil memukul-mukul lengan Radit pelan namun Radit sama sekali tak bergeming.



"Kamu nggak perlu tau!" Radit pergi dari sana, ia pergi entah ke mana.



Laras hanya bisa menangis sejadi-jadinya, hatinya semakin terasa sakit.

Melihat itu, Aryo menjadi tak tega.

"Kondisi kamu kacau mendingan kamu ikut saya ke rumah, biar kamu bisa menenangkan diri kamu," ajaknya.

Laras sontak menoleh ke arah Aryo lalu ia menghela napas.

"Nggak usah, Pak. Terima kasih tapi saya mendingan di rumah saya sendiri aja," tolak Laras pelan.

Aryo terdiam sejenak namun akhirnya ia mengangguk, ia paham dengan kondisi Laras.

"Ok. Kalau gitu kamu masuk tapi saya janji saya akan tetap jaga di sini. Saya nggak mau orang itu datengin kamu takutnya dia bisa berbuat kasar nantinya."

Laras mengangguk setuju, ucapan Aryo ada benarnya juga menurutnya. Setelah pertengkaran mereka bukan tak mungkin jika Radit akan pulang dan melukai fisiknya. Karena ia yang paling tahu bagaimana perlakuan suaminya itu kepadanya selama ini.

"Ok. Kalau gitu saya permisi dulu, Pak. Maaf udah ngerepotin Bapak."

"Nggak lah, mana ada saya repot justru saya malah khawatir sama keadaan kamu."

Laras tak ingin berlama-lama bersama Aryo, ia pun masuk ke rumahnya. Ia masuk ke dalam kamarnya dan naik ke tempat tidurnya. Air matanya langsung menetes, ia pun menangis sejadi-jadinya sambil tengkurap.

Betapa ucapan Radit sungguh menusuk hatinya, sungguh menyakitkan hatinya. Suaminya itu akhirnya berterus terang jika ia memang sudah punya wanita lain. Ternyata sudah ada wanita lain di hati suaminya itu.

Laras kembali teringat masa lalunya dengan Radit.

Flashback

Saat itu sore, terlihat Laras yang tengah duduk di taman sendirian. Ia sibuk dengan ponselnya, sepertinya ia sedang membalas pesan dari seseorang. Wajahnya yang cantik terlihat semakin cantik saat ia tersenyum. Ya, mungkin seseorang itu adalah orang yang sangat spesial di hatinya maka dari itulah ia terlihat sangat bahagia.

"Hai, Sayang! Maaf ya aku lama soalnya macet di jalan," kata Radit yang baru saja datang. Ya, ternyata Laras sedang menunggu Radit, mereka janjian di taman.

Laras tersenyum manis melihat pria itu. "Nggak apa-apa kok, Mas. Aku aja baru sampai kok, aku kan baru pulang dari kantor," dustanya. Padahal ia sudah cukup lama berada di sana menunggu Radit.

Radit tersenyum lalu ia pun duduk di bangku di samping Laras. Ia menyerahkan sekuntum mawar merah kepada Laras dan Laras langsung menerimanya dengan hati yang amat gembira.

"Mawar ini aku kasih buat kamu biar hati kamu tambah berbunga-bunga karena liat aku," rayu Radit.

"Bisa aja kamu, Mas. Makasih ya bunganya emang cantik banget nih."

"Jauh lebih cantikan kamu lah, Sayang," goda Radit lagi sambil mengelus rambut panjang Laras yang tergerai indah.

"Rambut kamu bagus banget jangan kamu potong ya," pinta Radit.

Laras mengangguk. "Iya deh, biar kamu seneng liat rambut aku."

"Bukan cuman liat aku pengennya tuh bisa ngelus rambut kamu terus. Aku kan maunya liat kamu terus tiap hari dari aku bangun tidur sampai aku tidur lagi."

Kini, Laras terdiam mendengar perkataan dari Radit tersebut.

Bila Radit mengatakan hal seperti itu bukankah itu terdengar seperti lamaran?

Apa Radit ingin menikah dengannya?

Wajahnya menjadi bersemu merah hanya karena pemikirannya tersebut.

Di sisi lain, Radit tersenyum. Rupanya, dia paham dengan gelagat Laras yang tersipu malu tersebut.

Jadi, dipegangnya tangan Laras dan ditatapnya wajah cantiknya itu.

"Iya, Sayang. Aku mau kita nikah secepatnya, aku nggak mau wanita secantik kamu ini yang sangat berharga diambil orang lain. Aku nggak bisa bayangin hidupku bakalan hancur kalau liat kamu nikahnya sama laki-laki lain," kata Radit menatap tepat di mata indah Laras.

"Gimana, Sayang? Kamu bersedia kan jadi istri aku? Kamu bersedia kan jadi Nyonya Radit?" tanya Radit lagi.

Hal ini jelas semakin membuat Laras gugup. Dengan mengangguk pelan dan malu-malu, ia pun berkata, "Iya, Mas. Aku mau jadi istri kamu."

Mereka pun menikah secara sederhana hanya dihadiri oleh orang terdekat dari pihak Laras yaitu teman kantor Laras. Entahlah mengapa keluarga dari pihak Radit tak ada satupun yang bisa hadir. Radit hanya mengatakan jika semua keluarganya tak bisa hadir di pernikahan mereka karena mereka berada di luar negeri. Laras percaya dengan ucapan suaminya itu.

Satu minggu menikah, sikap jahat Radit perlahan mulai terlihat. Laras sampai terkejut jika Radit yang selama ini ia kenal baik ternyata kejam. Bahkan suaminya itu tega berkata kasar padanya hanya kerena masalah sepele. Yaitu Laras bangun kesiangan namun itu pun hanya sekali karena biasanya Laras orangnya rajin bangun pagi. Radit juga mulai main tangan pada Laras hingga Laras menangis kesakitan namun Radit tak peduli.

Namun meski begitu Laras masih memaklumi sikap Radit tersebut karena mungkin suaminya seperti itu karena bosan menganggur. Ia masih berharap jika suatu saat suaminya itu akan berubah baik lagi padanya seperti yang ia kenal dulu.

Laras langsung mengusap air matanya itu, ia bangun dari tengkurapnya.

"Aku nggak bisa begini terus, aku harus cari tau apa bener Mas Radit punya selingkuhan," ucap Laras.

Maka Laras pun keluar dari kontrakannya, ia melihat mobil Aryo yang ternyata masih berada di sana. Rupanya pria yang baru ia kenal itu menepati janjinya sendiri. Ia melihat pria itu duduk di kursi kemudi.

"Laras?" gumam Aryo. Ia pun keluar dari mobilnya itu dan menghampiri Laras.

"Kamu mau pergi ke mana?" tanya Aryo.

"Saya mau cari tau di mana Mas Radit sekarang karena saya nggak percaya sama omongan dia yang bilang kalau dia ada selingkuhan."

"Tapi kamu mau nyari dia di mana? Emangnya kamu tau dia perginya ke mana?"

"Saya nggak tau, Pak. Tapi saya tetep mau nyari dia, dia masih suami saya!"

"Ok. Ya udah kalau gitu kamu masuk ke mobil saya biar saya anterin kamu nyari orang itu."

Laras setuju, ia masuk ke mobil diikuti oleh Aryo. Mobil itu menyusuri jalanan dan tak lama kemudian Laras melihat Radit yang duduk di pinggir jalan dengan seorang wanita. Ia pun turun dari mobil dan langsung menghampiri mereka berdua. Tentu saja kedatangannya membuat si wanita terkejut sedangkan Radit terlihat sangat panik.

"Oh ternyata kamu di sini, Mas? Kenapa kamu tega banget sama aku?" kata Laras sambil menangis.

"Apa-apaan sih kamu ini!" seru wanita berambut pendek itu kesal.

Radit hanya diam saja tak bisa berkutik, ia bahkan menunduk tak berdaya.

"Kamu yang apa-apaan dasar kamu pelakor murahan beraninya kamu deketin suami saya!" teriak Laras yang murka.

Namun wanita itu tak terlihat takut. "Apa? Kamu ngatain saya pelakor?" katanya lalu ia tertawa mengejek.

Dengan berani, ia kembali berkata, "Justru kamu itu yang pelakor murahan Laras!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status