Pernikahan KeduaPenolakan RiriBab 15Ibu menganga, mungkin antara percaya atau tidak. Aku sendiri pun sulit untuk percaya, karena selama hidup bersamaku Riri selalu tampil sederhana."Tama, kenapa diam saja?" Apa maksud ibu bilang aku diam, bukannya ibu yang nggak bersuara dari tadi."Kenapa sih, Kalian, pagi-pagi sudah membahas Riri, dari tadi Riri Riri aja yang terdengar, emang kenapa sama si kampungan itu?" Mita baru saja keluar dari kamarnya menghampiri kami."Diam, Kamu nggak usah ikut-ikutan, biar Ibu sama Tama yang mengurus masalah Riri," ucap ibu ketus."Riri Riri lagi, nggak ada yang lain apa yang mau dibahas?" Duh, si Mita makin resek ini segitu bencinya dia sama Riri."Tama, ayo kita jemput dia sekarang, mumpung hari libur ini." Aku terkejut atas ajakan ibu. Secepat itu dia berubah pikiran. Sebenarnya aku setuju sih, tapi apa iya Riri mau, tadi malam saja dia tak mau bertemu aku. Dengan adanya ibu semoga saja dia mau kembali padaku."Jadi gimana dengan Nirmala, Bu?" tan
Pernikahan Kedua Bab 16Kemarahan Ayah NirmalaPov RiriHeran dengan Mas Tama dan Ibunya, apa mereka tak malu meminta rujuk padaku? Aneh sekali, bahkan dia tak peduli pada Nirmala yang sudah hamil. Dasar! Manusia tamak."Papa senang, Kamu menolaknya. Laki-laki seperti itu tak baik dijadikan suami. Papa tau, mereka itu kesini karena sudah tau kalau Kamu itu anak papa." Benar memang, tak salah lagi apa yang di katakan papa barusan."Sudah menghamili anak orang kok, bisa-bisanya minta rujuk lagi sama, Kamu." Mama ikut menimpali.Tak ada lagi alasan untukku kembali pada Mas Tama. Saatnya aku memikirkan masa depanku sendiri. Surat putusan cerai sudah keluar, tinggal menunggu masa iddah saja. Mas Tama tak hadir di pengadilan, ia hanya mewakilkan pada pengacaranya. Aku langsung ke kantor, kulihat Nirmala sedang Melamun, Risti hari ini izin tidak masuk. Tak ada semangat di wajah cantiknya, Ia tampak lesu dan sedih."Nirmala, Kamu sakit?" Ia langsung menoleh padaku, lalu menggeleng. "K
Pernikahan KeduaDi PenjaraBab 17Pov TamaSialan!Nirmala kenapa secepat ini berubah? Dia menolakku. Awas saja Kamu Nirmala, tak akan ada laki-laki yang sudi menerima wanita rusak sepertimu."Nggak perlu kesal begitu, Tam. Masih banyak wanita diluar sana yang lebih dari dia. Yang terpenting uang kita sudah balik. Ibu justru bersyukur, Tam. Melihat ayahnya sombong sekali, anak sudah rusak kok nggak di izinin nikah." Ibu benar, ayah Nirmala itu yang bodoh."Iya, Bu. Toh kita nggak rugi juga kan?" Aku menimpali. Ibu mengangguk."Sekarang, fokus Kamu untuk Riri saja, pikirkan caranya biar dia balikan sama Kamu.""Ah iya, hampir saja aku lupa, Bu." Aku tersenyum penuh arti. "Kamu kok senyum-senyum sih, abis kesambet apa?" Ibu menatapku heran."Aku sudah punya cara untuk mendapatkan Riri, Bu. Do'akan saja aku berhasil." Doa ibu biasanya pasti mustajab. Lihat saja Nirmala pasti menyesal sudah melepaskan aku. "Pasti, Ibu selalu mendoakan anak-anak ibu." Ibu mengelus kepalaku.Besok aku
Pernikahan Kedua Bab 18Cari KerjaPov AuthorSudah dua hari sejak kejadian itu, Riri tidak masuk ke kantor. Sungguh ia tak menyangka Tama tega melakukan hal sekeji itu. Segitu gilanya mantan suaminya itu pada hartanya. Tama pikir Riri tidak tahu motif yang sebenarnya. Tanpa memikirkan keadaan Nirmala pula. Ceklek"Mama!" sebut Riri. Mamanya datang kekamar melihat keadaannya. "Memarnya sudah hilang?" Sang mama duduk disamping Riri. "Mulai Samar, Ma," jawab Riri. "Syukurlah, Tama memang keterlaluan, bisa-bisanya dia berbuat begitu padamu." Mama masih tampak geram mengingat cerita papa tempo hari padanya. "Riri juga nggak nyangka, karena harta ia nekat menyakiti Riri. Padahal calon istrinya sedang hamil, Ma." Riri pun masih tak habis pikir dengan kelakuan Tama. "Sudahlah, yang terpenting, kalian sudah cerai sekarang." Aku mengangguk. "Boleh mama bicara?" Riri menatap mamanya. Kalau sudah bertanya pasti ini hal yang sensitif. Riri mengangguk siap mendengarkan apa yang akan di
Pernikahan KeduaMenjenguk GilangBab 19Pagi ini Riri akan ke kantor, bersama Papanya. Sudah hampir satu bulan ia berdiam diri dirumah.Selama itu pula ia tak pernah melihat Gilang. Mungkinkah pria itu menyerah karena memang Riri belum memberikan kepastian apapun."Selamat pagi Bu Riri!" sambut Nirmala dan Risti. Mereka kompak berdiri, Risti memegang buket bunga lalu Nirmala membawa kue.Riri tersenyum. "Aduh, kok pake kue segala, nggak ulang tahun loh saya," canda Riri. Hatinya menghangat mendapat sambutan dari bawahannya yang baik. "Untuk menyambut ibu, dan sekaligus merayakan pemindahan kami, Bu." Risti memberikan buketnya pada Riri. Di ikuti Nirmala yang meletakkan kue di atas meja."Oh, ya, Kalian sudah resmi jadi karyawan di kantor pusat?" Riri ikut senang mendengarnya. Keduanya mengangguk senang."Bu! Kami turut prihatin ya, kami udah dengar kejadian yang menimpa ibu," ucap Risti.Riri terdiam, ia menatap ke arah sofa dimana Tama yang ingin melecehkannya waktu itu"Bu Riri,
Pernikahan KeduaTama Tak Tahu MaluBab 20Sudah sebulan Tama kesana kemari mencari pekerjaan, namun tak ada yang menerima. Banyak pekerjaan yang tidak memakai ijazah, tapi Tama enggan mengerjakannya.Serasa turun harga dirinya harus bekerja di luaran, bukan di gedung-gedung bertingkat.Tama sengaja keluar pagi-pagi. Dirumah hanya disuguhi ceramah ibunya, yang membuatnya semakin suntuk.Keluarga mereka semakin berantakan, Mita sekarang lebih banyak mengurung diri setelah aktivitasnya diluar. Rumah itu jarang terisi karena kerap di datangi oleh debt colektor.Pihak bank sudah tak bisa lagi memberikan tenggang waktu. Berulang kali Tama menyuruh ibunya menjual mobilnya untuk menutupi angsuran bank. Ibunya selalu menolak dan menyuruh mobil Tama yang harus dijual. Kini Tama baru paham, ibunya tak sebaik yang ia pikirkan. Tama mengingat Riri yang selalu di jelek-jelekan ibunya. Ternyata semua berbanding terbalik.Menyesal pun percuma, andai dia lebih bisa memahami Riri dulu tentu mereka m
Pernikahan KeduaMengikuti MitaBab 21Sepulang dari kantor Riri mampir di super market membeli beberapa kebutuhannya. Riri memasukkan dua kantong blanjaan di bangku belakang.Riri melajukan mobilnya, terbersit ingin menjenguk Gilang, tapi ada rasa sungkan dihati. Riri membelokan mobilnya, ingin melihat keramaian taman kota. Rasanya sudah lama tak melewati jalan itu.Riri mampir di pedagang makanan yang berjejer di pinggiran taman. Dulu dia sering jajan kesitu bersama Tama. Riri rindu makanan-makanan yang ada disana.Kerak telor, cilok, dan makanan lain nya. Setelah merasa kenyang Riri memutuskan untuk pulang. Waktu maghrib begini jalanan lumayan macet. Riri mengambil jalan alternatif, jalan yang tidak terlalu sering dilewati orang, karena lokasinya.Banyak toko-toko berjejer, tapi kosong. Hari yang hampir gelap membuat Riri sedikit takut, ia melaju dengan kecepatan tinggi.Sekilas ada yang melintas. Riri menoleh kesamping. Seorang wanita diseret paksa oleh dua orang pria berjaket ku
Pernikahan KeduaTertangkapBab 22Kini Riri di ikat sama dengan Mita, mulutnya disumpal dengan lakban hitam, karena Riri selalu memaki mereka. Mita sudah tak berdaya habis dipukul oleh mereka, karena meminta agar Riri di lepaskan.Para preman itu menyeringai puas. Sebentar lagi Bos Bondan akan datang. Uang mereka akan bertambah, sembari menunggu mereka minum dan merokok sambil menjaga dua wanita yang menjadi tawanan mereka.Bondan datang dengan seorang teman nya. Ia langsung memperhatikan Riri dengan seksama. Karena minimnya cahaya dia tak mengenali wajah itu."Bagaimana, Bos? Apa Bos suka?" teman Jarot menaik turunkan alisnya dengan senyum terkembang di bibirnya."Ya ya ya, tak rugi aku mempekerjakan kalian. Berikan uang mereka!" perintah Bondan pada asistennya.Asisten itu segera merogoh sakunya, uang dua gepok masing-masing sepuluh juta kini sudah berpindah tangan pada Jarot dan temannya."Terimakasih, Bos!" ucap mereka bersamaan."Cari sebanyak-banyaknya, maka bonus kalian akan