Pernikahan KeduaBab 11 PembuktianPov TamaAku sudah rapi dengan pakaian kerjaku, pagi ini akan kutanyakan uang itu pada ibu.Kulihat ibu duduk sendiri di meja makan, pasti Si Mita belum bangun. Baguslah, biar ini jadi urusanku sama ibu saja. "Bu, dimana uang yang ibu ambil itu?" Aku tak ingin mengulur waktu, karena aku sudah merasa was-was kedepannya nanti. Apalagi ini memakan waktu sepuluh tahun, belum tau lagi nasibku gimana. Bisa jadi kapan saja aku dipecat dari kantor."Sudah ibu buat seserahan untuk Nirmala," jawab ibu. Ia tetap melanjutkan sarapannya. Sedangkan aku, sama sekali tak berselera."Untuk Nirmala tidak sampai separuh dari yang yang ibu ambil, sisanya lebih banyak loh, Bu.""Uangnya ibu masukin tabungan ibu, Tam, biar aman." Ibu tersenyum menatapku."Kenapa ambil terlalu banyak, Bu. Bulananya sangat membebaniku, Bu." Jujur saja kukatakan keresahan hatiku."Kamu keberatan?""Ya iyalah, Bu. Ibu kan tau gajiku lima belas juta sebulan, untuk bayar bulanannya saja sud
Pernikahan KeduaSetelah Tahu StatuskuBab 12 Pov Riri"Mas Tama!" Sapaku, ia baru saja muncul di pintu ruanganku, ada apa dia kesini? Dia masih mematung urung untuk masuk, memperhatikanku lekat. "Silahkan masuk, ada perlu apa?" tanyaku untuk mengalihkan tatapannya. Tatapan yang dulu mungkin kusukai, tapi tidak untuk sekarang. Ini di kantor, aku harus profesional dong, lagi pula mungkin ada masalah kantor yang ingin dia sampaikan atau masalah terkait dengan Nirmala. "Mas Tama!" tegurku lagi. Sungguh akupun tidak nyaman ditatap terus dari tadi."Emmm e e i iya...." jawabnya gugup. Dia kemudian melangkah mendekat ke mejaku. "Ada perlu apa?" ku ulang lagi pertanyaan yang sama. "Riri, jadi benar Kau anak Pak Danu Subrata?" tanyanya kemudian tanpa duduk. Oh, jadi ini tujuannya. Pasti ia sudah dengar omongan orang dikantor ini. Untuk apa lagi kututupi statusku sebagai putri pemilik perusahaan ini. "Riri, jawab pertanyaanku!" ia tampak tak sabaran, sedikit kesal mungkin menunggu
Pernikahan Kedua Kedatangan TamaBab 13Aku bersikap cuek, kami tetap asyik menikmati hidangan yang disuguhkan pelayan.Dia duduk tepat disamping Nirmala. Nirmala tampak mengambilkan nasi pada Mas Tama, namun tunangannya itu tetap curi-curi pandang padaku."Seneng deh, Mas, bisa kumpul bareng team aku begini, apa lagi ada Mas Tama," ucap Nirmala. Ia kembali makan setelah mengambilkan untuk Mas Tama."Btw, katanya kalian udah lamaran, jadi kapan nih resepsinya?" Risti menyenggol lengan Nirmala."Belum diputuskan kapan hari baiknya." Nirmala yang ingin menjawab tadi dipotong oleh Mas Tama."Kenapa dengan hari baik, bukannya semua hari itu baik. Jangan lama-lama loh, nanti Nirmala di embat orang," celetuk Risti.Selesai makan kuputuskan untuk pulang. Kali ini Nirmala bersama Mas Tama. Kami mengantar Risti duluan. "Kamu nggak cemburu?" Gilang melirikku setelah bertanya."Nggak, cuma kadang aneh saja,""Aneh?" Gilang mengerutkan keningnya."Hem,, perasaan baru saja kami pisah, tapi udah
Pernikahan Kedua Bab 14Kejujuran TamaPov Tama"Sial!"Betapa bodohnya aku, tidak menyelidiki latar belakang Riri dulu. Kalau saja aku tau dia anak Pak Danu sudah kujadikan ia ratu. Ini juga gara-gara ibu dan Mita, mereka tak pernah suka sama Riri. "Bodohnya dirimu Tama!" Aku memaki diriku sendiri.Kalau Riri sekaya itu, tak mungkin ia mau mengambil uang ibu selama ini, jumlah uangnya saja beratus kali lipat dari uang ibu.Riri, aku akan berusaha mendapatkanmu lagi. Aku yakin kau masih mencintaiku. Buktinya tiga tahun kau rela meninggalkan kemewahan demi hidup bersamaku. Pikiranku jadi kacau, penyesalan kini tak terhindarkan. Istri yang selalu kupandang sebelah mata ternyata seorang ratu dari keluarga Subrata. Gegas ku lajukan mobilku menuju rumah, aku sungguh menyesal sekarang. Nirmala pun tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Riri.Kenapa aku bodoh sekali, mudah terhasut omongan ibu. Ibu pun pasti akan menyukai Riri kalau saja ia tahu Riri anak orang kaya di kota ini. J
Pernikahan KeduaPenolakan RiriBab 15Ibu menganga, mungkin antara percaya atau tidak. Aku sendiri pun sulit untuk percaya, karena selama hidup bersamaku Riri selalu tampil sederhana."Tama, kenapa diam saja?" Apa maksud ibu bilang aku diam, bukannya ibu yang nggak bersuara dari tadi."Kenapa sih, Kalian, pagi-pagi sudah membahas Riri, dari tadi Riri Riri aja yang terdengar, emang kenapa sama si kampungan itu?" Mita baru saja keluar dari kamarnya menghampiri kami."Diam, Kamu nggak usah ikut-ikutan, biar Ibu sama Tama yang mengurus masalah Riri," ucap ibu ketus."Riri Riri lagi, nggak ada yang lain apa yang mau dibahas?" Duh, si Mita makin resek ini segitu bencinya dia sama Riri."Tama, ayo kita jemput dia sekarang, mumpung hari libur ini." Aku terkejut atas ajakan ibu. Secepat itu dia berubah pikiran. Sebenarnya aku setuju sih, tapi apa iya Riri mau, tadi malam saja dia tak mau bertemu aku. Dengan adanya ibu semoga saja dia mau kembali padaku."Jadi gimana dengan Nirmala, Bu?" tan
Pernikahan Kedua Bab 16Kemarahan Ayah NirmalaPov RiriHeran dengan Mas Tama dan Ibunya, apa mereka tak malu meminta rujuk padaku? Aneh sekali, bahkan dia tak peduli pada Nirmala yang sudah hamil. Dasar! Manusia tamak."Papa senang, Kamu menolaknya. Laki-laki seperti itu tak baik dijadikan suami. Papa tau, mereka itu kesini karena sudah tau kalau Kamu itu anak papa." Benar memang, tak salah lagi apa yang di katakan papa barusan."Sudah menghamili anak orang kok, bisa-bisanya minta rujuk lagi sama, Kamu." Mama ikut menimpali.Tak ada lagi alasan untukku kembali pada Mas Tama. Saatnya aku memikirkan masa depanku sendiri. Surat putusan cerai sudah keluar, tinggal menunggu masa iddah saja. Mas Tama tak hadir di pengadilan, ia hanya mewakilkan pada pengacaranya. Aku langsung ke kantor, kulihat Nirmala sedang Melamun, Risti hari ini izin tidak masuk. Tak ada semangat di wajah cantiknya, Ia tampak lesu dan sedih."Nirmala, Kamu sakit?" Ia langsung menoleh padaku, lalu menggeleng. "K
Pernikahan KeduaDi PenjaraBab 17Pov TamaSialan!Nirmala kenapa secepat ini berubah? Dia menolakku. Awas saja Kamu Nirmala, tak akan ada laki-laki yang sudi menerima wanita rusak sepertimu."Nggak perlu kesal begitu, Tam. Masih banyak wanita diluar sana yang lebih dari dia. Yang terpenting uang kita sudah balik. Ibu justru bersyukur, Tam. Melihat ayahnya sombong sekali, anak sudah rusak kok nggak di izinin nikah." Ibu benar, ayah Nirmala itu yang bodoh."Iya, Bu. Toh kita nggak rugi juga kan?" Aku menimpali. Ibu mengangguk."Sekarang, fokus Kamu untuk Riri saja, pikirkan caranya biar dia balikan sama Kamu.""Ah iya, hampir saja aku lupa, Bu." Aku tersenyum penuh arti. "Kamu kok senyum-senyum sih, abis kesambet apa?" Ibu menatapku heran."Aku sudah punya cara untuk mendapatkan Riri, Bu. Do'akan saja aku berhasil." Doa ibu biasanya pasti mustajab. Lihat saja Nirmala pasti menyesal sudah melepaskan aku. "Pasti, Ibu selalu mendoakan anak-anak ibu." Ibu mengelus kepalaku.Besok aku
Pernikahan Kedua Bab 18Cari KerjaPov AuthorSudah dua hari sejak kejadian itu, Riri tidak masuk ke kantor. Sungguh ia tak menyangka Tama tega melakukan hal sekeji itu. Segitu gilanya mantan suaminya itu pada hartanya. Tama pikir Riri tidak tahu motif yang sebenarnya. Tanpa memikirkan keadaan Nirmala pula. Ceklek"Mama!" sebut Riri. Mamanya datang kekamar melihat keadaannya. "Memarnya sudah hilang?" Sang mama duduk disamping Riri. "Mulai Samar, Ma," jawab Riri. "Syukurlah, Tama memang keterlaluan, bisa-bisanya dia berbuat begitu padamu." Mama masih tampak geram mengingat cerita papa tempo hari padanya. "Riri juga nggak nyangka, karena harta ia nekat menyakiti Riri. Padahal calon istrinya sedang hamil, Ma." Riri pun masih tak habis pikir dengan kelakuan Tama. "Sudahlah, yang terpenting, kalian sudah cerai sekarang." Aku mengangguk. "Boleh mama bicara?" Riri menatap mamanya. Kalau sudah bertanya pasti ini hal yang sensitif. Riri mengangguk siap mendengarkan apa yang akan di