"Apa kau begitu marah padaku hingga berbohong mengatakan sudah menikah?"Ava menghempas tangan James yang memegangi tangannya. Dia memandang wajah pria bajingan itu dengan tatapan dingin. "Kenapa aku harus marah?" Ava balik bertanya dengan penuh sindiran. "Anda tahu dengan jelas aku tak pernah berbohong tentang statusku!""Kamu mungkin memang membenciku saat ini. Tapi, aku yakin rasa cintamu lebih besar dibanding rasa bencimu padaku," kata James lantang.Ava seketika memutar bola matanya, terheran kenapa James begitu percaya diri? Pria itu sudah mengkhianatinya dengan begitu brutal. Lalu, kenapa sekarang muncul dan berkata dengan tidak tahu malu? Ya, Ava memang pernah mencintai James dengan tulus. Namun, ucapan Rick yang mengatakan agar melupakan James membuat Ava sadar bahwa dia begitu bodoh pernah jatuh cinta pada pria busuk seperti James.Hanya saja, Ava mengingat keluarga Scarlett yang merupakan pemilik Group LC. Sekarang Ava mengerti, Scarlett pastilah meminta pada ayahnya ag
Ava terkelu tak bisa menjawab pertanyaan Rick. Dia pun tak tahu kenapa datang ke rumah sakit. Hanya nalurinya yang mendorong Ava ke sana, dan dia baru sadar tangannya masih memegang erat jemari kanan Rick. Ketika Ava hendak menarik tangannya, Rick balik menggenggam jemari Ava."Kau tak ingin menjawab pertanyaanku, Nyonya Rick?" Suara Rick semakin lembut."Aku hanya kebetulan lewat," kata Ava, mencari alasan.Rick mengatupkan bibir membentuk senyum tipis, lalu berkata, "Emh, aku baru tahu jika dari kantormu ke arah pulang harus melewati rumah sakit dulu."Ava seketika gelagapan dan salah tingkah karena dari kantor ke rumah sakit jelas sekali berlawanan arah. "Bukan seperti itu, Rick," kata Ava, berusaha mengelak."Lalu? Ah, apa kau sengaja datang kemari untuk bertemu James?" Rick memerhatikan raut wajah Ava yang mendadak kaku."Tidak, a-aku …."Ucapan Ava terhenti ketika Rick tiba-tiba menciumnya dengan kasar. Tangannya begitu erat menarik tengkuk Ava. Untuk kedua kalinya Ava merasa
"Ava, benarkah Dokter Rick sedang diskorsing oleh pihak Hospital Liaison?"Ava memberengut, dia lantas meraih ponsel dan memeriksa sosial media untuk berita di internet. Degup jantungnya kembali berpacu begitu kencang."Sarah, kepala rumah sakit ternyata menskors Dokter Rick untuk penyelidikan kasus pasien. Pantas saja dia tak pergi bekerja berhari-hari." Ava merasa bersalah karena benar-benar tak peduli pada Rick."Ava, kau ini istrinya. Apa saja sih yang kalian lakukan di rumah hingga masalah ini saja kau baru tahu? Apa kau bahkan tak membaca berita di internet?" Suara Sarah terdengar seperti tukang gosip.Ava mengerutkan alis, terheran dengan sahabatnya itu. Apa dia harus menjabarkan selama tiga hari ini Rick menghabiskan waktu di ruang kerja? Mereka bahkan tak tidur bersama.Namun, satu hal yang tak pernah Ava sadari. Rick selalu masuk kamar ketika Ava terlelap, dan kembali sebelum istrinya membuka mata. Sepertinya Ava juga tak merasakan bahwa Rick selalu memeluknya.Notifikasi pe
Ava dipaksa Sarah untuk ikut menyambut kembalinya Dokter Rick. Mereka bergabung dengan beberapa orang perwakilan fans club Dokter Rick. Namun, Ava memisahkan diri dari para wanita yang membawa berbagai bingkisan untuk Rick itu."Sarah, ayo pulang! Sudah pukul 22.00, dan perutku hampir meledak karena jus alpukat sialan ini," celetuk Ava sambil menyandarkan tubuh di kursi kafe seberang rumah sakit. Hampir empat jam mereka menunggu Rick keluar. Para fans lainnya begitu setia menunggu di depan rumah sakit."Bagaimana tidak meledak? Kamu menghabiskan tiga gelas jus tanpa melahap makanan sedikit pun. Wajar saja perutmu kembung," Sarah berdecak kesal."Itu karena kamu melarangku pulang lebih dulu! Ayolah, Sarah … Rick sepertinya sangat sibuk. Dia tak mungkin keluar." Ava mendesak Sarah sambil bangkit dari tempat duduk, sebelah tangannya merogoh uang dari tas dan meletakkan di atas meja untuk membayar tagihan."Ya, kita pulang! Tapi, kita akan pulang setelah membeli cemilan untuk Dokter Ric
Keesokan harinya.Ava terbangun karena getaran ponsel dari atas nakas di samping ranjang. Dia meraba-raba tanpa membuka mata. Perasaan, semalam dia tidak memasang alarm, kenapa sekarang ponselnya bergetar? Getaran ponsel itu begitu lama. Ava berpikir sepertinya itu sebuah panggilan. Tanpa melihat caller id si pemanggil, dia menekan tombol jawab."Hallo," kata Ava dengan suara serak."Kamu siapa?" tanya Christy dari seberang telepon."Kenapa kamu berani menjawab panggilan untuk Dokter Rick?" Christy bertanya lagi.Ava mengernyit terheran. Dia membuka mata ,lalu mengangkat ponsel dan menjauhkan dari wajahnya. 'Uh, ini ponsel Rick!' Ava menoleh ke samping. Rupanya Rick bangun terlambat, tak biasanya.Ava menyentuh dada Rick yang tertutup selimut, napasnya masih teratur. Pria itu tidur begitu lelap."Hey, apa kamu asisten Dokter Rick? Bisa tolong berikan padanya?!" Suara Christy begitu lembut bersahabat.Ava masih diam karena tak tahu harus berkata apa. Dia kembali menempelkan ponsel d
Ava dan Sarah baru saja tiba di rumah sakit, mereka duduk menunggu antrean pemeriksaan. Beruntungnya Sarah sudah memesan nomor antrean pada makelar, jadi mereka tak perlu berdesakan seperti orang-orang yang tak pernah kebagian nomor antre."Ava, akhirnya fakta terungkap juga. Dari awal aku sudah yakin bahwa Dokter Rick tak mungkin melakukan kesalahan. Lagi pula, wanita itu bisa-bisanya cari mati di bawah penanganan Dokter Rick!" Sarah mulai meluapkan kekesalan sambil berselancar membaca berita dari ponsel."Hmm," gumam Ava singkat, dia tak lepas memandang wajah cantik Christy yang seperti barbie saat melihat siaran ulang konferensi pers tadi siang. Benaknya melayang pada kejadian tadi pagi. Jika tidak salah mengingat, nama yang tertera di ponsel Rick adalah Christy. Sepertinya mereka berhubungan baik, dan tidak biasa."Nona Sarah Smith, silakan masuk." Suara perawat yang memanggil Sarah membuyarkan pikiran Ava. Sarah segera menarik tangan Ava agar ikut masuk.Rick menaikkan alis saa
Kota ini sangat besar, tetapi kenapa Ava selalu bertemu dengan orang yang tak ingin dia lihat?Keberadaan Scarlett dan James di dalam lift benar-benar membuat Ava tertegun. Beruntung saat itu James tertunduk memainkan ponsel, tetapi Scarlett jelas melihat Ava. Setelah wanita hamil itu masuk lift, Ava langsung membalikkan badan. Sialnya, kaki Ava tak bisa diajak kompromi untuk berjalan. Sepatunya seakan berubah menjadi magnet, dan lantainya seakan berubah menjadi hamparan besi. Dia berdiri berpegangan pada dinding di samping lift, berharap kedua orang itu tidak berhenti di lantai tiga ini.Sayangnya, itu hanya harapan Ava saja. Scarlett seakan sengaja berhenti di belakang Ava berdiri, dan terdengar suara Scarlett yang manja dibuat-buat."James, tunggu sebentar. Perutku keram, sepertinya bayimu ini berulah. Sakit sekali."Wajah Ava menjadi kaku seketika. Dia tahu kalau Scarlett memang sedang hamil. Namun, entah mengapa hati Ava seperti tercabik-cabik, perih mendengar ucapan Scarlett p
Sepanjang perjalanan pulang, Ava memandang ke samping jendela tanpa berkata apa pun. Dia sama sekali tak bersemangat untuk bicara karena hari ini terasa sangat berat bagi Ava.Seharusnya dia mendengar nasihat Rick untuk menghabiskan hari libur di rumah saja, pikir Ava.Seandainya Sarah tidakk mengajak dia menemani berobat, mungkin Ava takkan mengalami hal yang membuat mentalnya semakin terpukul.Sekarang, benak Ava dipenuhi bayangan Scarlett, James, dan Christy; ketiga nama itu kini seakan hilir mudik dalam kepala Ava. Bahkan, rasa-rasanya ucapan Christy masih menggema di telinga Ava. Jadi, tak heran jika sekarang Ava menyimpulkan; Harusnya dari awal Rick memilih Christy sebagai istrinya. Christy lebih setara dengan Rick, bukankah itu lebih baik?"Nyonya Rick, jangan berpikir yang tidak-tidak," kata Rick sambil meraih tangan Ava, sementara sebelah tangannya sibuk menyetir.Ava melepas genggaman Rick sebelum menoleh dan berkata, "Rick, apa tidak sebaiknya kita bercerai saja?"Wajah Ri