Sepanjang perjalanan pulang, Ava memandang ke samping jendela tanpa berkata apa pun. Dia sama sekali tak bersemangat untuk bicara karena hari ini terasa sangat berat bagi Ava.Seharusnya dia mendengar nasihat Rick untuk menghabiskan hari libur di rumah saja, pikir Ava.Seandainya Sarah tidakk mengajak dia menemani berobat, mungkin Ava takkan mengalami hal yang membuat mentalnya semakin terpukul.Sekarang, benak Ava dipenuhi bayangan Scarlett, James, dan Christy; ketiga nama itu kini seakan hilir mudik dalam kepala Ava. Bahkan, rasa-rasanya ucapan Christy masih menggema di telinga Ava. Jadi, tak heran jika sekarang Ava menyimpulkan; Harusnya dari awal Rick memilih Christy sebagai istrinya. Christy lebih setara dengan Rick, bukankah itu lebih baik?"Nyonya Rick, jangan berpikir yang tidak-tidak," kata Rick sambil meraih tangan Ava, sementara sebelah tangannya sibuk menyetir.Ava melepas genggaman Rick sebelum menoleh dan berkata, "Rick, apa tidak sebaiknya kita bercerai saja?"Wajah Ri
Kediaman Rick.Ava tercengang ketika dia keluar dari kamar mandi. Tampak Rick sedang duduk bersandar di sofa sambil menatap Ava dengan lembut. Ava berdiri di ambang pintu, tak berani melangkah. Tidak biasanya Rick masuk ke kamar lebih awal. Sebab, pria itu biasanya akan bekerja hingga larut malam."Rick, apa yang kamu lakukan?" tanya Ava, terheran."Aku sedang memandangi istriku," jawab Rick tenang.Mata Rick tak henti mengamati penampilan Ava yang memakai piyama satin merah tua. Sepertinya dada Ava yang menonjol benar-benar membuat jakun Rick naik turun sampai tak berkedip memandang.Ava mengerutkan alis. Dia seakan menyadari bahwa tatapan Rick bukan terpusat ke wajah Ava. Dia memerhatikan ke mana mata Rick menyorot, dan seketika Ava menunduk. Ah! Sial! Kancing piyama bagian atas Ava terbuka. Pantas saja Rick tak berkedip. Sontak Ava berlari dan duduk di ranjang, lalu menutupi dadanya dengan selimut.Rick bangkit dari duduknya untuk menghampiri Ava. Sambil berjalan, dia tersenyum
Kevan mengembuskan napas panjang sebelum berkata, "Sarah, kau yakin dengan keputusanmu untuk memilih Ava? Bagaimana jika diganti Suzie? Sepertinya dia lebih cocok.""Jika bukan Ava, aku menolak menangani proyek ini, Tuan," jawab Sarah mantap.Akhirnya Kevan mengangguk sambil mengembuskan napas tak berdaya. Dia cukup tahu banyak tentang Sarah yang selalu dijadikan tulang punggung pemasaran oleh Eternal sebelumnya. Jadi, Kevan tak berani spekulasi memilih staf lain untuk menangani proyek pertamanya."Baiklah, jika kau sudah yakin. Periksa lebih dulu kelengkapan berkasnya. Jangan sampai proyek pertama kalian gagal! Siapkan diri kalian sebaik mungkin untuk mengunjungi partner bisnis kita."Ada jeda beberapa detik sebelum Kevan melirik Ava dan berkata, "Ava, tunjukkan potensimu!""Siap!"Ava dan Sarah menjawab serentak, lalu meraih beberapa dokumen sebelum keluar dari ruang rapat.Ketika kembali ke meja kerja Sarah, mereka memeriksa dokumen bersamaan. Tangan Ava sedikit gemetaran saat mem
Saat Rick masuk ke ruangan Christy, wanita yang asyik menikmati camilan itu segera menyembunyikan makanannya dan bersiap melakukan drama."Dokter Rick," kata Christy. Dia tersenyum manis sambil membaringkan diri di atas ranjang, siap menerima sentuhan tangan Rick.Rick bersikap acuh tak acuh, dan memeriksa denyut nadi dan detak jantung Christy. Lalu menandatangani laporan dan menyodorkan pada Lily."Nona Christy, besok Anda bisa pulang. Perkembangan kesehatanmu sudah sangat bagus," kata Rick datar.Christy yang melihat Rick akan pergi segera menarik tangannya."Jangan pergi, Dokter Rick." Suara Christy bergetar lirih sambil meneteskan air mata.Wajah Rick semakin dingin, dia mengeratkan rahang saat menepis tangan Christy."Jaga sikap Anda, Nona Christy!" Rick sedikit membentak.Seketika Christy tak berani berkutik, dia memandang Rick dengan wajah memelas."Dokter Rick, besok antar aku pulang, ya? Ayah pergi dinas ke luar kota. Tidak ada yang menjemputku.""Pengawalmu lebih dari lima o
Keesokan harinya Eternal Pharma dibuat gerah karena perubahan secara sepihak dari Lautner Corporate. Pagi itu, kabar yang didapat adalah; Scarlett mengambil alih menjadi penanggung jawab proyek yang sedang digarap.Lautner Corporate juga menolak jika yang menangani proyek hanya karyawan biasa. Mereka mengajukan syarat, minimal yang harus menjadi penanggung jawab adalah berstatus Manager.Sedangkan Eternal Pharma, perusahaan ini baru saja kehilangan beberapa pegawai. Jadi, hanya Sarah satu-satunya yang bisa diandalkan dari semua karyawan yang kompeten.Ava dan Sarah yang sebelumnya menjadi penanggung jawab, tentu saja langsung dipanggil ke ruangan Kevan."Aku sendiri yang akan menjadi penanggung jawab proyek ini," kata Kevan tegas, sambil menatap Ava dan Sarah bergantian. "Kamu dan Ava tetap harus andil. Kalian dalam kendaliku"Sarah mengangguk paham, berbeda dengan Ava yang menunduk suram, seakan-akan dia tak mendengar apa yang dikatakan Kevan. Entah apa yang sedang dipikirkan Ava h
Rupanya Scarlett ingin bermain-main, pikir Kevan."Tidak perlu membuang waktu lebih banyak lagi jika Nona Scarlett tak ingin bekerjasama," kata Kevan akhirnya. "Semenjak aku yang memimpin Eternal Pharma, banyak perusahaan bonafit yang ingin bekerjasama dengan Eternal Pharma."Scarlett tertegun beberapa detik sampai tak sadar wajahnya seketika berubah menjadi kaku. Tak pernah dia perhitungkan keberanian Kevan sampai balik menggertak. Dia pikir Eternal Pharma akan bersikukuh memohon pada Lautner Corporate karena kabarnya yang hampir bangkrut dulu.Scarlett menghela napas begitu dalam sebelum membalikkan badan dan berkata, "Tuan Kevan, aku tidak akan datang ke sini jika tidak serius ingin bekerjasama dengan Eternal. Hanya saja, aku harus memangkas sesuatu yang buruk agar proyek berjalan dengan baik.""Jika Anda tak puas dengan hasil persentase, kita tak perlu melakukan kerjasama, Nona Scarlett."Kevan menyeringai seraya beranjak dari tempat duduk dan berlalu pergi dengan langkah tegas.
"Aku terlalu asyik menghabiskan waktu bersama Sarah hingga lupa mengabarimu," jawab Ava cuek.Rick tak menyahut lagi, dia segera duduk di hadapan Ava, lalu mengambil mangkuk kosong; mengambil beberapa jenis seafood dan langsung mencicipinya.Christy yang masih berdiri melihat jijik ke area restoran, rasanya tempat ini tak higienis untuk orang seperti dia dan Rick."Rick, kamu tidak bisa makan itu," kata Christy sambil mengernyit."Nona Christy, Anda seharusnya makan di restoran yang ada di dalam sana," celetuk Sarah sambil menunjuk hotel mewah di seberang jalan.Christy menggeram kesal dan menghentakkan kaki, tetapi dia masih saja duduk di samping Rick. Hanya saja, dia tak berani menyentuh seafood saus pedas itu.Ava mengeratkan gigi. Kenapa mau makan saja rasanya tak bisa tenang?"Kalian tak akan pernah menyukai makanan sampah ini!" kata Ava kesal. Dia makan dengan lahap, dan Rick memakan jenis apa pun yang Ava makan.Christy yang merasa iri akhirnya tak bisa berdiam diri. Dia ikut
Ava yang tak terbiasa minum begitu cepat menjadi mabuk hingga wajahnya memerah. Bahkan, dia tak ragu bersikap manja dan bergelendotan di bahu Rick. Meski begitu, hati Rick meleleh seketika oleh tingkah Ava."Aku hanya minum sedikit saja, Dokter Rick. Aku mohon … hari ini wanita itu membuat masalah padaku, aku hanya ingin melampiaskan kekesalanku," Ava meracau manja.Rick terdiam, tetapi hatinya semakin tak terkendali dengan sikap Ava yang seperti itu."Aku berhasil menampar dia. Tapi Scarlett benar-benar menyebalkan!" Ava meracau sekali lagi dengan kesal."Ava, kita harus hadir dan mengacaukan pernikahan mereka. Jangan biarkan wanita sinting itu hidup bahagia!" celetuk Sarah geram.Ava memalingkan wajah dari Rick, tampak bahagia dengan ide yang diusulkan Sarah. Pandangannya lurus pada Sarah yang duduk berhadap-hadapan."Ya, kita pergi dan hancurkan pesta mereka! Aku tidak akan membiarkan Scarlett menikah dengan James!"Ava bersemangat sampai tersenyum semringah. Lalu, dia kembali men