Siang itu, kondisi Rick cukup pulih. Akan tetapi, tentu saja Rick perlu istirahat dengan tenang hingga. Rick melarang Ava pergi bekerja dan meminta sang istri agar menemani Rick di rumah sakit. Namun, Ava sudah terlanjur berjanji pada personalia bahwa dia akan bekerja paruh waktu, dan Sarah mengabari bahwa ada rapat penting yang tidak bisa Ava lewatkan. Lagi pula, Ava berpikir bahwa kondisi Rick sudah baik-baik saja. Bahkan, mungkin saja Rick juga akan membuka praktik nanti sore.Ketika Ava tiba di Eternal Pharma, Sarah dengan panik segera menarik Ava dan membawanya ke sudut ruangan. Dia menyodorkan ponsel yang memuat berita tentang sosok wanita misterius. Sarah tahu betul itu adalah sosok Ava yang sedang menyuapi Rick makan. Beruntung yang terlihat hanya punggung Ava, tetapi hal itu membuat para fans mendidih dan terbakar cemburu."Ava, kamu akan jadi amukan para fans," kata Sarah penuh kekhawatiran.Berita tentang Rick bersama sosok misterius menjadi pukulan berat bagi fans yang
"Nyonya Rick, aku tidak berbuat mesum. Aku hanya mencium istriku saja. Kenapa kamu begitu pelit?"Suara Rick selembut sutra, kembali memeluk Ava, meletakkan dagu di bahunya.Ava menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah menahan malu. Dia kembali melanjutkan aktivitasnya memasak. Akhirnya Rick berhenti menggoda Ava, membantu hingga dia selesai memasak. Saat makan bersama, Ava tertunduk sambil tersipu.Pria yang fokus melahap makanan di sampingnya itu benar-benar manusia langka. Tak hanya cerdas, dia kaya, bertanggung jawab, penuh perhatian. Ava berpikir bahwa Rick sangat sempurna.Lamunan Ava buyar saat Rick mengusap-usap pucuk kepalanya."Nyonya Rick, apa yang kamu pikirkan?" tanya Rick lembut."Ucapan tuan Kevan," jawab Ava cuek.Rick mengernyit terheran. "Kenapa? Dia menekanmu di tempat kerja?" tanya Rick cemas.Ava menggeleng menampik. "Bukan, bukan itu. Tuan Kevan bilang kamu jelek, aku jadi sadar ternyata suamiku memang tidak tampan," celetuk Ava datar."Kamu sedang menipu
Kediaman Keluarga Jackie.Ketika Rick baru saja tiba, dia disambut Tuan Jackie yang begitu cemas. Seharusnya Christy sudah pergi ke rumah sakit, tetapi putrinya itu bersikeras menolak tak ingin diobati, kecuali oleh Rick."Rick, maaf. Aku terlalu panik hingga menghubungimu malam-malam begini," ucap Jackie serba salah."Sudah menjadi tugasku," jawab Rick singkat.Jackie berlalu pergi setelah mengantar Rick ke kamar Christy.Christy masih tak sadarkan diri saat Rick memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya, kondisinya benar tidak baik-baik saja. Beberapa menit kemudian, Christy membuka mata dan melihat Rick duduk di sampingnya."Rick, kamu sudah datang," kata Christy lirih."Pergi ke rumah sakit. Aku sudah menghubungi ambulan, kamu perlu perawatan lebih," jawab Rick datar.Christy menggeleng sambil menarik selimut menutupi leher. "Tidak perlu, cukup kamu tetap di sini aku pasti baik-baik saja," Christy merajuk."Ini untuk terakhir kalinya," sahut Rick semakin dingin dan berdiri dari
Ava pergi terburu-buru ke Eternal Pharma. Awalnya dia masih tak berniat masuk kerja, tetapi siang ini perusahaan menghubungi Ava agar ikut rapat kelanjutan proyek. Ava ditugaskan untuk mencatat seluruh isi pembahasan.Kedatangan James selaku penanggung jawab tertinggi, menunjukkan bahwa Lautner Corporate serius ingin bekerja sama, hal itu tentu saja disambut dengan tangan terbuka oleh Kevan.James duduk tepat di kursi yang berhadap-hadapan dengan Ava, tetapi Ava tak kunjung melihat ke arah James. Kepalanya terus tertunduk mencatat semua yang dibahas hingga rapat berakhir."Ava, antarkan Tuan James kembali," perintah Kevan ketika rapat selesai.Ava mengangguk patuh. Dia keluar dari ruang rapat, berjalan di belakang James. Kepalanya terus saja melihat lantai. Hingga mereka masuk ke lift, Ava masih mengikis jarak satu meter menjauh dari James.James yang tak tahan dengan kebisuan Ava langsung meraih tangannya. Ava mengernyit terheran, dia menepis tangan James sambil berkata, "Tuan Jame
Saat tiba di ruangan Kevan, tampak pria paruh baya berjas putih sudah duduk menunggu di sofa. Sepertinya Kevan tidak ada di sana karena Dokter itu duduk sendiri di sofa kulit two seater. Rick membawa Ava ke kamar istirahat dan membaringkan di atas ranjang."Nyonya Rick, tunggu sebentar, ya? Ada yang harus aku bahas dulu dengan Dokter," kata Rick dengan suara lembut.Ava mengangguk patuh. Ketika Rick keluar dari kamar, Ava segera mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Sarah. To: Sarah: [Sayang, tolong bantu aku melapor ke polisi untuk menyelidiki paket tadi.]From: Sarah: [Tentu, Ava-ku tercinta.] Ava buru-buru menyimpan ponselnya saat Rick masuk ke dalam kamar bersama Dokter. Setelah mendapatkan pengobatan, Dokter memberikan beberapa obat dan salep kepada Ava, lalu berpamitan pergi. Ava, yang duduk bersandar pada headboard, menoleh pada Rick yang baru saja masuk setelah mengantar Dokter. "Rick, kita pulang saja, yuk? Aku merasa tidak enak karena kita menggunakan ruangan pr
Keesokan harinya, Rick bangun lebih awal karena akan membuka praktik pagi di rumah sakit. Ava masih tertidur dan menggeliat di bawah selimut."Nyonya Rick, temani aku ke rumah sakit," bisik Rick di telinga Ava.Ava terkejut dan membelalakkan mata. "Kamu sakit?" tanya Ava dengan kekhawatiran, suaranya masih serak.Rick tersenyum tipis, menyibakkan rambut Ava ke belakang telinga. "Nyonya Rick, hari ini jangan pergi bekerja, ya? Aku ingin kamu menemaniku praktik pagi," kata Rick dengan lembut. Ava mengangguk patuh dan segera bersiap untuk mandi.Setelah sarapan selesai, mereka bergegas pergi ke rumah sakit. Begitu Rick memasuki pelataran rumah sakit, para penggemar sudah berkumpul dan menghalangi mobil Rick. Mereka terpaksa harus tetap berdiam diri dalam mobil di area parkir. Rick melihat ekspresi ketakutan di wajah Ava saat melihat kerumunan penggemar tersebut. Ava melirik jam di pergelangan tangan Rick, menunjukkan pukul 09.00. Dia menggelengkan kepala dengan keheranan. Masih begi
Ava tersenyum sebelum berkata, "Apakah kehadiranku saja tidak cukup bagimu, Bu? Dokter Rick sangat sibuk. Aku tidak berani mengajaknya kemari." Tangan Ava sibuk memotong sayuran."Ava, aku sudah bersamamu selama 24 tahun. Kamu masih saja bersikap seperti itu. Jangan menutupi apa pun dari Ibu," kata Maria dengan kesal. Gerakan Ava terhenti beberapa detik. Ibunya benar-benar mengenalnya. Ava selalu berusaha menutupi perasaannya. "Kalau begitu, Ibu harus lebih memperhatikanku," jawab Ava sambil tersenyum. Saat itu, tiba-tiba bel pintu berbunyi. Ava mengernyit heran. Apakah ibunya mengundang orang lain untuk makan malam bersama? Ava meletakkan pisau di atas meja dan bergegas membuka pintu. Ava tercengang beberapa detik saat melihat siapa yang berada di depan pintu. Suara yang akrab membuyarkan pandangannya. "Nyonya Rick, kenapa pulang ke sini tanpa memberitahuku?" tanya Rick dengan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan. Ava menundukkan kepala sambil melihat dua kantong putih beruk
Keesokan harinya, proyek kerja sama peluncuran obat baru antara Eternal Pharma dan Lautner Corporate telah dimulai. Sarah, yang bertindak sebagai wakil penanggung jawab, mengambil alih jalannya rapat karena Kevan sedang berada di luar kota.Ava, yang bertugas sebagai pencatat semua kegiatan, diharuskan mengikuti rapat tersebut. Saat dalam perjalanan menuju kantor Lautner Corporate, Sarah mengingatkan Ava tentang orang yang akan mereka hadapi."Kamu harus siap menghadapi James, mantan suamimu. Apakah kamu yakin sudah siap?" tanya Sarah dengan kekhawatiran.Ava menunjukkan sikap yang tenang dan yakin, seolah-olah itu bukanlah masalah besar. Dia tersenyum sambil menjawab, "Status kita berbeda sekarang, dia hanya mewakili pihak yang bekerja sama dengan Eternal. Itu saja."Sarah terkesan dengan kepercayaan diri Ava. "Baiklah, aku senang kalau kamu berpikir begitu," ucap Sarah dengan senyuman.Senyuman Sarah semakin melebar saat matanya melihat cincin yang terpasang di jemari Ava."Wah, cin