Wajah Anjani merengut sebal saat melihat Yuna sedang duduk manis diruang tengah apartemennya. Anjani yang tadinya ceria karena diantar pulang sama Sean berubah jengkel.
"Kok kamu masih disini?" tanya Anjani dengan angkuh nya.
Yuna tersenyum ramah, tangannya mengusap rambut Anjani sayang, "Aku nginap disini malam ini." jawab Yuna.
Anjani terbelalak, ia berbalik badan menoleh kearah Sean yang sedang mengganti sepatunya dengan sendal rumah.
"Gak boleh!" sentak Anjani, "kamu gak boleh nginep disini!" ujar Anjani sembari bertelak pinggang.
Yuna yang masih mengusap rambut Anjani spontan berhenti, matanya menyendu merasa sedih tidak mendapatkan izin dari istri pacarnya.
"Kenapa?" tanya Yuna pelan.
Anjani mengangkat wajahnya sombong, "Gak boleh lah, itu namanya zinah! Zinah itu dosa, kamu mau masuk neraka?" kata Anjani menceramahi.&
Baru beberapa menit kakinya mendarat ditempat kelap-kelip, Anjani sudah merengek minta pulang. Ia merasa kecil dan tidak cocok berada di tempat itu, beda halnya dengan Jane yang sudah asik berjoget menikmati musik yang di mainkan DJ di atas forum."Mamah.. Aku .au pulang..." lirih Anjani yang merengut ketakutan di pojok ruangan. Ia duduk di sofa sendirian. Jane meninggalkan Anjani di sana sendirian karena cewek itu terus merengek meminta Jane untuk mengantarnya pulang. Tentu saja Jane enggan, kakinya sulit beranjak keluar dari sana kalau telinganya sudah mendengar hentakan musik club malam.Anjani menatap sekeliling nya, orang-orang sedang sibuk dengan urusan. Ada yang berjoget, merokok, mengobrol sembari menegak minuman dan ada juga yang sedang bercumbu di pojokan.Happy happy apanya, yang ada Anjani menyesal karena tlah menerimaa ajakan Jane. Kalau saja Anjani tahu kalau Jane akan membawanya ketempat ladang dosa
Langit tak berhenti tersenyum sedari tadi mengingat kejadian lucu yang dia alami beberapa menit lalu.Calon pacar?Langit tertawa lagi. Baru kali ini menemukan cewek aneh macam Anjani. Cewek yang Langit anggap aneh tapi sayang nya membuat dia penasaran.Seaneh apa sih Anjani?Langit menepikan mobilnya ke pinggir jalan, dia meraih hapenya. Mencari kontak bernama Jane Rubby lalu menempelkan benda canggih itu ke daun telinga.Langit menggigit bibirnya seraya menunggu sambungan telponnya. Tapi nihil, Jane mengabaikan panggilan dari Langit.Jane: ada apa? Di sini berisik, ketik aja. Buru-buru Langit mengetik balasan pesan untuk Jane.Langit: kirimin nomor AnjaniJane: buat apaan? Langit: mau PDKT* *
Langit: pagiAnjani tersenyum kecut ketika membaca chat masuk dari Langit pagi ini. Cewek yang baru bangun dari tidurnya itu mendengus, merasa jengkel karena Langit mengabaikan chatnya kemarin malam, tapi bisa - bisanya cowok itu mengucapkan selamat pagi, itu tandanya Langit menghindar dari topik percakapan chat semalam. Apa benar kata Sean kalau Langit cuma main - main saja? Anjani berdecak, padahal Anjani baru mengenal Langit, tapi kenapa seolah dia mengharapkan sesuatu pada cowok itu? Anjani melempar ponselnya asal, cahaya matahari sudah menembus kaca jendela nya, itu tandanya Anjani harus segera bangkit dari tempat tidur lalu bergegas menuju kamar mandi. Berbeda dengan Anjani baru saja bangun tidur, Sean sudah rapih dengan setelah jas kerjanya. Sean melangkahkan kakinya menuju dapur, dia terbiasa memasak sarapan sendiri. Karena sedari dulu Sean tidak memakai jasa p
Yuna: aku pulang minggu depan Yuna: tapi gak tau juga sih Sean: yaudah gakpapa, nanti kalo sempet aku jemput kamu pulang Yuna: yeayy Yuna: nanti aku kabarin ya Sean: jangan lama-lama, sayang Sean: aku kangen Yuna: aku jugaaaa Yuna: nanti aku chat lagi, aku mau take dulu by Yuna: kmu jngn sampe telat makan ya Sean: hmm okey Memiliki pacar yang berprofesi sebagai publik figur, Sean sudah biasa di tinggal Yuna keluar kota dalam waktu yang cukup lama. Beruntung, meskipun keduanya sama - sama orang sibuk, mereka tetap berusaha mencuri waktu untuk sekedar menanyakan kabar. Sepadat - padatnya jadwal Yuna, cewek itu tetap perhatian sama Sean. Itu lah mengapa Sean tetap mempertahankan Yuna walaupun Yuna kadang lebih sibuk daripada dirinya. Sean melirik arloji yang melingkar di pergelangan
"Mamah?" Sean membatu di tempat, mulutnya spontan terbuka tak kala perempuan di depan sana membalikan badannya. Perempuan paruh baya yang fashionnya tak kalah kece dengan anak muda jaman sekarang itu tersenyum lebar hingga menampilkan deretan gigi putihnya. Beliau adalah Diandra, mamah mertuanya. "Hallo mantu mamah yang ganteng." sapa Diandra sembari berjalan mendekat ke Sean. Sean mengulum bibir, bingung harus merespon dengan reaksi seperti apa. Jelas karena dia baru pertama kali menerima tamu mertuanya sendiri. "Kok cemberut aja, gak senang ya mamah datang?" tanya Diandra sembari mempoutkan bibirnya, praktis senyum Sean langsung berkibar. Dengan sopan Sean menyalami telapak tangan Diandra. "Anjani mana ya, kok kamu pulang cuma sendiri aja?" tanya Diandra sembari celingak - celinguk mencari keberadaan Putri kesayangan. Mata Sean langsung melebar sempurna. Dia menelan ludah sembari
Sean menatap Langit dari atas kepala sampai ujung kaki dengan tatapan tak suka. Dia mendengus jengkel ketika lelaki berperawakan tinggi itu mengusap pucuk kepala Anjani. Raut wajah Sean semakin merengut masam ketika Anjani melempar senyuman manis kepada Langit."Besok berangkat bareng gue ya?" tanya Langit, Sean yang berdiri tak jauh dari mereka membuka telinga nya lebar - lebar."Berangkat sekolah?" Anjani balik bertanya."Berangkat umroh! Ya berangkat sekolah dong Anjani." jawab Langit jenaka, Anjani tertawa kecil mendengarnya. Berbeda dengan lelaki yang berdiri di belakang sana, sih om yang merengut kesal mendengar percakapan dua pemuda yang sedang kasmaran itu."Oke, sayang."Sean melotot, tak menyangka bahwa Anjani bisa seberani itu bermesraan dengan lelaki lain di depan nya. Merasa sudah tak kuat melihat ke uwu-an istrinya dengan pria lain, akhirnya Sean memilih angkat kaki d
Sepertinya malam ini Anjani tidak dapat tertidur nyenyak sampai pagi. Bagaimana dapat tertidur kalau jantung Anjani terus maraton semenjak Sean merebahkan diri di sebelahnya. Anjani mengira, ia akan tidur nyenyak di sebelah Sean tapi ternyata dirinya malah tak nyaman dan gelisah. Seperti ada yang janggal, ranjangnya yang biasanya luas dan dingin itu terasa lebih hangat karena ada Sean.Anjani mengulum bibirnya, perlahan dia mencuri lirikan kearah Sean yang sudah memejamkan matanya. Lirikan mata Anjani semakin lama semakin intens dan tak mau lepas dari wajah Sean. Pahatan wajah Sean membuat Anjani bertanya - tanya dalam hati, bagaimana bisa Tuhan menciptakan mahluknya yang setampan itu masuk kedalam kehidupannya. Mengambil peran penting yang tidak pernah Anjani bayangkan sebelumnya.Terkadang Anjani bingung harus bersyukur atau mengeluh di beri suami semacam Sean. Anjani ingin bersyukur kepada Tuhankarena sudah memberikan suami yang b
Segala cara sudah Sean lakukan untuk mengusir Anjani dari pikirannya. Tapi tidak bisa, sekalipun Sean sudah melakukan video call selama satu jam lebih dengan Yuna, pikiran Sean tetap dipenuhi dengan Anjani. Dan Sean merasa jengkel karena ada sesuatu di pagi ini yang tidak ia dapatkan. Kecupan dari Anjani. Biasanya Sean mendapatkan kecupan dari Anjani, tapi karena pagi ini Anjani diantar sekolah dengan lelaki kampret bernama Langit, Sean jadi tidak mendapatkan kecupan hangat dari istri kecilnya itu. Sean tidak cemburu sama Langit, hanya saja Sean marah kepada Anjani yang tidak memegang omongannya. Anjani bilang ingin membuatnya jatuh cinta, tapi ternyata cewek itu malah sepertinya mencintai Langit. Tapi kalau dipikir - pikir, punya hak apa Sean marah jika Anjani memang jatuh cinta sama Langit? Bukankah mereka sudah berbuat perjanjian untuk tidak ikut campur dalam urusan masalah masing - masing, termasuk perasaan.