Suara ketukan pintu membuyarkan lamuyan Riri, ia bergegas menuju pintu kamar untuk melihat siapa gerangan yang datang.Tok tok tokCeklek"Maaf, Bu Riri. Itu bahan bahan yang diminta sudah siap semua." ucap Hani."Oh, iya terima kasih Mbak. Kok repot repot kesini Mbak, kenapa tidsk pakai televon hotel saja?"Hani tersenyum tipis, "Sudah, Bu tapi tadi tidak dijawab.""Eh, iya kah? Maaf tadi saya nggak denger, soalnya masih dikamar mandi. Sedangkan Mas Kevin..." Riri mengedarkan pandangannya ke arah kamar namun tak ada suamimya itu. "Kemana dia" batin Riri."Iya, tidak apa apa Bu. Ibu cari Pak Kevin? tadi saya sempat lihat beliau ada didepan bersama Pak Agus Bu.""Oooo, iya Mbak. Kalau begitu saya mau pinjam dapurnya dulu ya Mbak, boleh kan?""Silakan, Bu Riri. Mari saya temani ke dapur.""Ngomong ngomong masakan Ibu benar benar enak lho, terima kasih ya Bu buat yang kemarin. Dapat salam dari Pak Agus juga katanya Terima kasih dari Pak Agus yang gantengnya maksimal he he.""Ha ha ha, Pa
Pagi harinya, Kevin kembali merasakan mual dan muntah persis seperti sebelumnya, Riri kangsung bergerak mengambil minyak angin di nakas dekat ranjang."Sayang, kamu sakit lagi?" tanya Riri polos.Dengan cekatan Riri membantu memijat tengkuk Kevin pelan, kemudian mengoleskan minyak yang tadi ia ambil.HHOOEEEKKHHOOEEEKKKHah...Hah napas Kevin terengah engah, ia lemas setelah memgeluarkan isi perutnya."Holy shitt!!! Aku kenapa sih.""Aku minta panggilkan dokter saja ya biar nanti kamu diperiksa?""Iya sayang, tolong ya."Kevin menekan flush lagi, kemudian menegakkan dengan sussh payah. Riri yang melihatnya membantu suaminya berdiri. Mereka berjalan ke arah wastafel terlebih dahulu karena Kevin ingin berkumur lebih dulu untuk membersihkan mulutnya.Keringat dingin membasahi tubuh lelaki itu, Riri merasa iba pada suaminya itu. Ia bingung harus melakukan apa. Riri mengambil televon hotel kemudian memesan teh hangat dan bubur, ia juga meminta dibawakan dokter untuk memeriksa keadaan suami
Berbeda suasana, dikediaman baru Joana. Rian tinggal disana sendirian karena sang Istri masih marah perihal masalah terakhir mereka. Sudah beberapa hari Joana ikut tinggal dikediaman keluarga Pratama bersama orang tuanya untuk menjaga Kayla.Rian meraba ponsel diatas nakas, dan melihat jam menunjukan pukul 7 pagi. Kali ini dia bangun kesiangan, Rian segera beranjak dari tempat tidur. Pria itu duduk ditepi ranjang sambil menatap sekeliling, sepi rasanya ia disini sendirian tanpa ada yang menemani."Tidak ada yang menyiapkan sarapan, menyiapkan baju dan lain lain." gumam Rian sendiri.Ya, selama menikah dengan Joana, perempuan itu tidak berubah. Sebelum pergi ia tak pernah menyiapkan kebutuhan Rian seperti baju dan sarapan untuk suaminya itu, bahkan sepulang kerjapun sering kali Joana sudah tertidur lebih dulu. Setiap ditanya jawabannya selalu capek karena dia juga bekerja dibutik Bu Jeni.Seketika Rian teringat akan sosok mantan istrinya, Riri. Membuat ia menatik napas panjang, segala
Hari ini Kevin berniat untuk mengajak Riri jalan jalan, setelah beberapa hari kemarin mereka sibuk mengha iskan waktu didalam kamar saja karena Kevin yang sakit.Kebahagiaan yangvtengah dirasakan oleh Kevin atas kehamilan sang istri membuatnya begitu lebih bersemangat dari sebelumnya. Seperti sekarang, sejak pagi ia tak henti hentinya menyuruh Riri untuk cepat cepat bersiap karena ingin membawanya jalan jalan."Sayang, ayo. Buruan ih, lama bener!" rengek Kevin."Sabar dong, Vin. Lagian mau kemana sih, baru juga jam delapan pagi.""Ayo ih, siap siap dandan yang cantik. Terus kita keluar sekalian sarapan diluar."Riri hanya bisa geleng geleng kepala, sejak tahu jika dirinya hamil Kevin menjadi begitu protektif dan lebih manja jika sedang berdua."Kok, bajunya begitu sayang?" tanya Kevin.Riri mengkerutkan keningnya, pertanda bingung. Padahal tidak ada yang aneh dengan baju yang dipakai oleh Riri. Ia memakai baju biasa yang biasa ia pakai."Maksudnya?""Ganti.""Tap_""Ganti sayang, aku
"Pak Kevin?" salah seorang menyapa mereka."Iya, Pak Agung kah?""Benar, Pak. Saya yang akan bertanggungjawab membawa rombongan Bapak dan ibu berkeliling sekitar. Mari silakan, boat saya ada disebelah sana."Kevin menatap sang istri yang tengah menggendong baby Kayla, tampaknya ia sudah tidak sabar ingin membawa keluarga kecilnya itu merasakan petualangan yang berbeda."Sayang, kita mau kemana sih?" tanya Riri."Ayo, sayang." Kevin enggan menjawab pertanyaan dari istrinya."Jawab dulu, kalo nggak aku ngga mau ikut. Aku nggak mau nantinya aneh aneh lho ya Vin, kita bawa keluarga kita lho."Kevin menghembuskan napasnya panjang, akhirnya Kevin memberitahukan kepada Riri dari pada nantinya Riri tidak mau ikut pergi. Ia berusaha agar sang istri happy dan tidak kesal dengannya, ia tahu jika perubahaan mood seorang ibu hamil sangatlah mudah sebentar bisa merasa senang setelah itu bisa juga langsung sedih.Kevin tidak ingin istrinya sedih karena bisa saja akan mempengaruhi kehamilannya."Oke
Drap drap drapSeseorang menghentikan langkahnya tepat didepan Riri, namun agaknya perempuan itu masih sibuk dengan pemikirannya sendiri."Sayang, hey." Kevin mengisbaskan tangannya di depan sang Istri yang terus saja melamun."Ras, are you oke?" kini Kevin sedikit mengguncang lengan Riri agar perempuan itu segera menyadari kehadirannya."Eh, lho kok kamu sudah disini." tanya Riri yang keheranan melihat sang suami sudsh berada disisinya."Iya, serem ih disana. Makanya aku balik langsung kesini deh, anak Papa sudah bangun. Sini yok sama Papa!""Pa pa." lirih Kayla dengan lucunya membuat dua orang tersebut tersenyum."Iya sayang, kenapa? Kayla laper, mau emam?" tanya Kevin.Kevin melihat jam yang berada di arlojinya, sudah memasuki jam makan siang. Namun keluarga yang lain masih sibuk di Taman Nasional Komodo, mereka memuaskan hasratnya karena bisa melihat komodo dari jarak yang lumayan dekat. Meskipun dengan perasaan yang dag dig dug."Ayo kita makan lebih dulu, kasihan Kayla dan babyn
Setelah usai makan siang, mereka kembali ke speed boat untuk melintasi lautan menuju Air Terjun Cunca Wulang. Namun sebelumnya mereka akan mampir ke pulau Badar dulu karena keinginan dari sang istri. Riri ingin pergi ke Pink Beach."Sayang, boleh tidak kalau kita mampir ke Pink Beach dulu sebentar?""Pink Beach?" tanya Kevin."Ya, pantai tercantik disini sengan pasirnya berwarna pink yang berasal dari terumbu karang yang memang warnanya sama."Selain menawarkan pemandangan dari laut biru yang indah dan jernih, hamparan pasir berwarna merah muda tersebut menjadi daya tarik Pink Beach yang unik."serius?""Ya, sayang.""Kamu tahu dari mana ada tempat seperti itu?""He he, aku kan udah browsing di internet sayang.""Oo, pantas.""Ayo, sayang."Mereka semua turun untuk menikmati Pink Beach dari dekat, tak lupa juga untuk mengabadikan momen tersebut dengan menggunakan kamera.Pak Agung mengatakan, di balik warna pasir yang menarik terdapat peran dari ombak yang menyeret terumbu karang ke p
Sementara ditempat lain.Setelah berhari hari Joana menginap dirumah Kevin bersama kedua orang tuanya, akhirnya ia pulang ke rumahnya sendiri setelah dijemput Rian usai pulang kantor.Pulang ke tempat ternyamannya, bukan maksud hati dirumah Kevin tidak nyaman. Hanya saja karena mengingat itu tempat tinggal Riri, jadi ia merasa tidak nyaman. Apalagi Joana belum bisa menerima perubahan status Riri yang menjadi kakaknya, membuat ia rikuh untuk terlalu lama disana. Walaupun orang yang bersangkutan sedang tidak ada dirumah.Joana membersihkan tubuhnya tanpa beban, meskipun tadi ia pulang bersama sang suami. Namun ia masih sedikit kesal karena kejadian terakhir kali, bahkan ia juga masih sedikit mengabaikan Rian.Usai mandi dan berpakaian, Joana beranjak ke dapur karena perutnya sudah merasa lapar. Ia membuka kulkas untuk melihat apakah ada makanan atau stok bahan makanan disana, ternyata semuanya kosong.Karena Rian ditinggal selama beberapa hari sendirian, mungkin ia tidak sempat belanja