Mario sengaja datang pagi-pagi sekali ingin mengajak kedua anak Jihan pergi sekolah bersama. Menurutnya ia harus bisa lebih pintar dari Danu--mantan suami Jihan. Mario tidak akan memberikan barang sedikit pun waktu untuk Danu agar bisa bersama Raisa dan Reno apalagi dengan Jihan.Sekitar lima belas menit perjalanan. Akhirnya mereka tiba di sekolah Raisa dan Reno. Jika Reno langsung lari keluar setelah mengucapkan salam dan salim. Sedangkan Raisa ia malah tampak diam di tempat duduknya. Ia seperti tidak memiliki niat untuk beranjak barang sedikit pun.Tentu saja hal ini mengundang penasaran Mario untuk bertanya kenapa Raisa terus diam."Gak mau turun?" Tanya Mario pada Raisa yang saat ini diam tertunduk. Raisa masih asyik tertunduk membuat, Mario mengembuskan napas panjang. Mario memang belum menjadi seorang ayah. Namun, ia tahu diamnya Raisa pasti ada suatu masalah yang ingin Raisa katakan.Mario pun melepaskan seatbelt lalu keluar. Ia hendak pindah duduk jadi berdampingan dengan Rai
Danu saat ini tengah bersama istri barunya. Istri yang baru satu minggu lalu ia nikahi. Semenjak tahu Firna tidak bisa mmebwrik dia ketuein lagi membuat Danu menikah lagi. Dia memang bilang ikhlas pada Firna jika mereka tidak dikaruniai anak. Tapi, kenyataannya ia malah menikah lagi. Dan ia melakukannya tanpa sepengetahuan Firna. Sama persis yang dulu pernah ia lakukan pada Jihan. Tawa Danu dan istri barunya begitu pecah. Mereka tengah saling bercanda dan diselingi suap-menyuap. Layaknya pengantin baru yang memang sedang indah-indahnya. Bahkan mungkin saja di dunia ini hanya ada mereka berdua saja. Dunia bagaikan milik mereka seorang."Sudah, Mas kenyang." Ujar Danu menolak suapan terakhir dari sang istri."Satu kali lagi, Mas. Sayang, ih!" tutur Sang istri Viona namanya."Baiklah."Viona tersenyum saat Danu mau nurut dan manghans bekal yang sengaja ia bawa untuk Danu. Bahka itu adalah hasil masakannya.Usai makan, Danu kembali bekerja sedangkan Viona ia terus saja nempel kaya prang
Firna terdiam saat kedua matanya menyaksikan suami tercinta tengah memadu kasih dengan wanita lain. Wanita yang sama sekali tidak ia kenali. Air matanya jatuh tanpa permisi. Hatinya terasa dikoyak-koyak, dicabik-cabik. Ini seperti mimpi buruk bagi Firna. Jauh-jauh dari Jakarta ke Ciamis hanya untuk memberikan kejutan pada sang suami. Ini justru dirinya yang mendapatkan kejutan tak terduga ini.Sungguh Firna enggan untuk menggangu kemesraan dua insan itu. apakah ini alasan suaminya selalu menunda-nunda kepulangannya? Karena ada wanita lain di samping suaminya.Tega! Hanya kata itu yang bisa Firna ucapkan. Tidak ingin kehadirannya diketahui oleh Danu, Firna memilih untuk pergi secara perlahan. Ia menggunakan pintu belakang untuk pergi.Saat dirinya sudah di luar rumah sang suami. Ia menangis, ia tidak bisa menahan rasa sedihnya ini. Ini terlalu sakit. "Mas, kamu kenapa tega?" Gumam Firna lalu memilih segera pergi.Untuk saat ini dirinya tidak tahu arah tujuan. Tidak tahu akan pergi ke
Untuk sementara waktu, sepertinya Firna tidak bisa untuk diajak bicara. Ia masih saja diam dengan sorot mata yang kosong. Jihan hanya bisa menduga jika sebenarnya Firna sudah mengetahui masalah Danu yang kembali menikah. Jihan yakin hal itu.Jihan semakin dibuat tidak suka pada Danu. Baginya Danu adalah pria tak bertanggung jawab. Pria serakah dan pria yang tidak tahu diri. Entah apa yang sebenarnya ada dipikiran Danu. Kenapa menikah, menikah dan menikah yang ada di pikiran Danu. Jihan menarik napas dalam, ia tengah mengumpulkan keberanian untuk menghampiri Firna. Ia harus bisa menghiburnya jika memang masalah yang terjadi saat ini erat hubungannya dengan Danu.Dengan pelan Jihan berjalan menghampiri Firna. Saking tengah melamun, Firna sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Alhasil ia pun langsung duduk di samping Firna.Tangan Jihan terangkat hendak menyentuh pundak Firna. Namun terhenti di udara. Ia seperti ragu untuk mengganggu Firna. Mungkin saja untuk saat ini Firna ingin se
Tubuh Viona langsung terasa lemas, saat mendengar dari mulut Danu jika dirinya memiliki istri selain dirinya. Ya, Viona akui ia memang bukanlah wanita baik. Tapi, sungguh tahu jika dirinya bukanlah wanita pertama untuk suaminya hatinya terasa begitu sesak. Sakit namun tidak berdarah.Perlahan tubuh Viona ambruk dengan derai air mata yang sudah menganak sungai. Danu ikut berjongkok ia berusaha untuk meluluhkan hati Viona. Danu tak mau pernikahan yang baru saja satu minggu itu kandas begitu saja. "Vio sayang, tolong dengarkan dulu alasannya. Kenapa mas melakukan hal ini," ujar Danu berusaha mengambil hati Viona.Viona sama sekali tidak ingin mendengar apa pun dari Danu. Ia sudah teramat kecewa. Hatinya sakit dan tentunya malu sendiri. Bagaimana kata orang jika mereka tahu nasib rumah tangganya hancur hanya karena tahu dirinya adalah wanita kedua.Padahal usia pernikahannya saja entah pantas disebut apa, seumur jagung? Bukan karena ini baru berlangsung satu minggu."Viona, tolong jangan
Pagi-pagi sekali sekitar pukul enam pagi. Firna sudah pergi dari rumah Jihan. Dan sekarang dia ada di depan rumah minimalis milik Danu. Tiba-tiba air matanya luruh tatakla ia mengingat kejadian di mana Danu begitu mesra dengan wanita lain yang ternyata istri barunya.Hatinya terasa begitu sesak, bagaikan dilongsori ribuan batu kerikil yang semakin lama semakin terasa sakit dan sesak. Dulu ia sama sekali tidak terpikirkan akan ada di posisi ini. Mungkin karena ia berpikir dan bertindak tidak menggunakan hati nuraninya tapi mengikuti hawa nafsunya saja. Hanya karena Danu cinta pertamanya sehingga ketika bertemu kembali dengan Danu cinta yang dulu mulai bersemi lagi.Bodohnya lagi, saat dulu dirinya tahu ternyata Danu sudah beristri harusnya ia yang mengalah karena secara tidak langsung dirinya telah menjadi duri dalam rumah tangga Jihan dan Danu kala itu. Namun apa yang dia lakukan? Dia terus bertahan, dirinya tidak mau mengalah hanya karena rasa yang bernama cinta.Firna mencoba untuk
Viona marah saat tahu dirinya adalah istri ketiga. Meksipun istri pertama sudah resmi bercerai namun tetap saja dirinya adalah sebagai istri ketiga. Saking marahnya, ia melupakan niatnya untuk membawa baju kerja milik Danu. Ia memilih pergi meninggalkan Firna yang tersenyum puas, puas karena bisa membuat Viona dan Danu akan melakukan perang dunia.Langkah Viona begitu lebar saat dirinya sudah tiba di kediamannya. Bahkan mobilnya saja ia parkir sembarangan karena ingin secepat mungkin bertemu dengan Danu. Pintu ia buka dengan kerasnya, saking keras sampai-sampai terdengar bunyi nyaring yang ditimbulkan dari peraduan gagang pintu depan dinding.Langkahnya kembali ia percepat saat menaiki anak tangga. Dan tepat di depan pintu kamar, kamar dirinya dan Danu ia berhenti sejenak. Menarik napas banyak-banyak mengumpulkan tenaga untuk memaki-maki pada Danu. Karena sudah berbohong. Sungguh ia tidak suka jika harus dibohongin Seperti ini.Brak!!!Pintu dibuka dengan lebar oleh Viona. Sontek me
Danu memasang wajah marah saat melihat Firna berdiri di depan pintu masuk rumahnya, sekarang dia tahu apa penyebab Viona marah karena mengetahui fakta jika dirinya memiliki istri selain dirinya.Dengan amarah yang tertahan bahkan saking marahnya tangannya sampai terkepal, jalannya begitu cepat dan jangan lupa raut wajahnya berubah jadi merah padam.Dari kejauhan saja Danu sudah melihat senyum mengejek dari Firna, seolah-olah senyum itu mengartikan 'rasain aku sudah membuat rumah tanggamu hancur!'. Pemikiran itu membuat rasa marah pada diri Danu semakin membara.Firna yang memang tengah bersidekap tangan di atas perutnya, seraya menyenderkan punggungnya ke daun pintu menahan langkah Danu. "Kejutan, Mas Danu! Bagaimana kabarnya hari ini? Apakah baik?" tanya Firna, padahal makna dari pertanyaan ini adalah sebuah sindiran, karena dia yakin telah terjadi sesuatu yang besar pada Danu dan Viona.Firna tahu jika saat ini Danu sedang dalam mo