Share

2. Aku akan menikahinya

"Bagaimana? Saya kenal pria yang ada di dalam kamar dengan kamu tadi, dan saya tahu kalau dia akan mengejar kamu lagi. Jadi, saran saya kamu lebih baik menuruti apa yang saya minta ini. Maka, dia tidak akan berani lagi mengganggu kamu," ucap Leo yang sudah kembali menatap Aily dengan satu alisnya yang terangkat.

Aily menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, tangannya sudah kembali meremat dress yang ia kenakan malam ini. Ia juga telah menatap Leo dengan berusaha mencari jawaban apa yang dapat ia berikan padanya.

"Hanya diperkenalkan saja, Aily. Ini bukan seperti saya akan benar-benar menikahi kamu. Saya juga tidak gila untuk menikahi gadis seperti kamu. Di kota ini masih banyak wanita dewasa yang bisa bersanding dengan saya," tambah Leo yang melihat kebingungan Aily.

Leo sendiri berusaha meyakinkan Aily di sana. Dimana ia juga berusaha menjelaskan kalau ia hanya membutuhkan bantuan Aily untuk malam ini saja. "Lalu, kenapa tidak wanita lain saja? Bukan aku," ucap Aily yang akhirnya kembali bersuara. "Kenapa juga kamu menolong aku?" imbuh Aily dengan pertanyaannya.

Tangan Leo terulur, ia menyeka darah yang kini terlihat di sudut bibir Aily. Darah yang sebelumnya keluar karena tamparan yang diberikan pria di dalam kamar tersebut. Membuat Aily sekarang semakin tersadar dengan rasa perih di pipi dan juga sudut bibirnya tersebut. Hingga akhirnya gadis itu meringis saat merasakan perihnya.

"Saya melihat kamu saat datang bersama teman-teman kamu, dan saya juga melihat semuanya. Jadi, sepertinya saya memang harus menolong kamu. Untuk alasan kenapa saya memilih kamu? Karena saya tertarik sama kamu sejak awal melihat kamu, dan sepertinya kamu adalah tipikal gadis yang akan disukai orangtua saya," jelas Leo untuk menjawab rasa penasaran Aily.

Sekali lagi Aily merasa gugup saat sorot matanya telah bersitatap dengan milik Leo. Ia menatap pria tinggi yang sudah menjadi penolongnya malam ini, dengan Aily yang memang tidak memiliki pilihan lain selain dengan membalas Leo yang telah menolongnya dengan pertolongan lain yang harus dia berikan pada pria itu. "Hanya malam ini saja dan hanya diperkenalkan saja?" tanya Aily kemudian. Membuat Leo menganggukkan kepalanya. "Tidak akan macam-macam?" tanya Aily sekali lagi.

"Kamu bisa menghubungi polisi. Kalau saya memang berbuat macam-macam pada kamu," jawab Leo dengan begitu yakin.

Sempat menghela nafasnya dalam. Akhirnya Aily telah berkata, "Baiklah. Aku mau membantu kamu, Tuan," ucapnya sebagai jawaban.

Sebenarnya Aily memang masih merasa ketakutan setelah apa yang terjadi barusan. Akan tetapi, ia memang tidak memilki pilihan lain. Ia juga harus membalas Leo yang sudah membantunya, agar Aily juga tidak harus berhutang budi pada pria itu. Mungkin, tidak ada yang lebih buruk daripada harus kembali di kejar pria hidung belang seperti om om yang ada di dalam kamar itu.

Hingga pada akhirnya, Leo juga sudah menunjukan senyumnya pada Aily di sana. Tangannya terulur untuk mengusap kepala Aily dengan begitu lembut. "Pintar sekali. Saya suka kalau bertemu dengan gadis yang penurut," ujar Leo dengan membanggakan Aily.

Aily tidak tahu apakah keputusannya tepat atau tidak, tapi sekarang ia sudah terlanjur mengikuti kemana Leo hendak membawanya. Ia sudah berada di sebuah restoran yang berada di salah satu lantai gedung hotel tersebut. Restoran yang terlihat begitu mewah.

"Pakai jaket saya. Kamu bisa kedinginan dengan pakaian seperti itu," ucap Leo yang tiba-tiba melepaskan jaket yang dikenakannya dan menyampirkannya pada bahu Aily.

Jujur saja Aily cukup tersanjung dengan sikap yang ditunjukan Leo. Membuat ia berpikir, jika Leo sepertinya memang pria yang baik. Semoga saja memang Leo tidak membawanya ke dalam masalah yang lebih rumit, daripada harus membiarkan tubuhnya berakhir di bawah kungkungan om om hidung belang tadi.

"Itu mereka. Bersikaplah seperti biasa dan katakan kalau hubungan kita memang sudah berjalan sejak enam bulan yang lalu. Kamu tidak perlu khawatir untuk berusaha keras," jelas Leo yang sekarang sudah merangkul pinggang Aily dan mendekatkan tubuh gadis itu padanya. Sempat membuat Aily terkejut sebelum akhirnya ia berusaha bersikap tenang.

"Hai, Ma, Pa. Maaf aku datang terlambat," ucap Leo yang sudah mempersilahkan Aily untuk duduk di hadapan orangtuanya di sana. Satu hal lain yang cukup membuat Aily terkejut di sana.

Tentang sikap Leo yang terlihat lebih santai di depan orangtuanya, bahkan tidak lagi menggunakan kata 'saya' saat berbicara. Oh, jangan lupakan juga soal senyumnya yang terlihat begitu manis. "Kenalkan, ini Aily. Pacar yang sudah aku ceritakan pada kalian," ucap Leo yang kini sudah duduk tepat di samping Aily.

Sesaat setelah itu, Aily dapat melihat orangtua Leo kini sudah menatap ke arahnya. Memperhatikan dia dengan lekat hingga membuat Aily hanya bisa sedikit menunduk dan sedikit tersenyum dengan kikuk. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. "Kenapa dengan wajahnya?" tanya sang ibu pada Leo tiba-tiba.

Ini soal pipi Aily yang masih terlihat memerah dan sudut bibirnya yang terluka. Akan tetapi, Leo terlihat bersikap santai untuk menanggapi pertanyaan tersebut. "Sesuatu terjadi sebelum berangkat kemari," jelas Leo tanpa merasa terusik.

"Ah, Papa mengerti. Kamu—" Papa Leo tidak dapat melanjutkan kalimatnya, saat istrinya itu sudah menyenggol tubuhnya dan memperingatkan agar tidak perlu melanjutkan kalimatnya.

Kenyataannya, orangtua Leo malah berpikir kalau Leo baru saja melakukan hal yang 'kasar' saat melakukan 'sesuatu'. Iya, mereka salah paham dan Leo tidak berniat meluruskannya. Sementara Aily hanya terdiam karena tidak merasa berhak banyak bicara saat ini.

"Jadi, kapan kalian akan menikah?" tanya Mama Leo sekali lagi dengan tiba-tiba.

Pertanyaan itu. Pertanyaan yang membuat jantung Aily berdebar dengan cepat. Ini kali pertama ia berada di dalam situasi yang seperti ini. Situasi yang benar-benar mencekam menurutnya. "Mungkin, menunggu Aily lulus lebih dulu," jawab Leo yang entah kenapa terlihat begitu tenang. Tidak ada kegugupan sama sekali dari raut wajahnya.

"Apa dia masih bersekolah?" tanya Papa Leo di sana hingga Aily kali ini menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia juga telah berkata, "Masih."

"Kuliah?" tanya Mama Leo sekali lagi penasaran.

"Iya, tapi masih semester awal," jawab Aily sekali lagi dengan gugup. Sebuah jawaban yang membuat kedua orangtuanya menatap dengan lekat ke arah Leo secara bersamaan. Sungguh, ini benar-benar mengejutkan untuk mereka.

"Kamu serius, Leo? Apa kamu sekarang lebih memilih untuk menjalin hubungan dengan mahasiswi sepertinya daripada wanita yang lebih dewasa?" tanya sang Mama kemudian di tengah ketidakpercayaannya. "Mama, kita sudah membahas ini. Aku boleh memacari dan menikahi siapa pun pilihanku. Jadi, Aily lah yang menjadi pilihanku," timpal Leo, untuk ke sekian kalinya Leo terlihat begitu tenang. Dia berusaha menghindari pertanyaan Mama-nya.

"Iya, Mama tahu Leo, tapi serius? Berapa umurnya sekarang?" tanya Mama-nya sekali lagi karena memang merasa penasaran. "Dua puluh satu tahun," jawab Aily yang sudah semakin gugup sendiri di tempatnya.

"Le—"

"Sudahlah, Ma. Berhenti dulu membahas ini, yang pasti aku akan menikahi Aily. Hanya menunggu beberapa tahun lagi sampai dia lulus saja," ucap Leo yang berusaha mengalihkan pembicaraan hingga memotong saat Mama-nya itu hendak berbicara. Membuat Aily menghela nafasnya lega, walau ia cukup heran saat Leo mengatakan pasti menikahinya.

Namun, kelegaan itu tidak bertahan lama. Saat Mama nya di sana telah menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu, menikah saja secepatnya. Agar Mama yakin kamu tidak mencoba berbohong pada Mama. Kamu akan menikah dengan Aily dua minggu lagi. Biar Mama yang mengurus semuanya!" serunya dengan cukup antusias.

"Betul kata Mama. Papa juga setuju kalau kamu harus menikah dengan pacar kamu itu. Lebih cepat mungkin memang lebih baik," tambah pria paruh baya itu menimpali sang istri.

Tepat saat itu juga, nafas Aily seolah tercekat. Menikah? Dengan pria yang baru dia temui hari ini? Gila. Dia saja masih mengejar pendidikannya!

Akan tetapi, satu hal lain telah menambah keterkejutannya. Saat Leo telah menganggukkan kepalanya atas permintaan orangtuanya tersebut.

"Baiklah, aku akan menikahi Aily secepatnya. Aku akan menikahinya depan," ucap Leo dengan begitu yakin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status