Ini adalah hal yang baru bagi Rosalinne, hidup satu atap dengan seorang pria asing dengan status pernikahan yang mengikat keduanya benar-benar membuat hidupnya jauh berbeda. Sebuah perbedaan kedudukan yang cukup besar antara gelar Nona dengan Nyonya. Rosalinne Han, gelar Han di belakang namanya seakan mengumandangkan strata sosial tinggi yang disandangnya.
Rosalinne menjemput hari dengan perasaan yang sulit diartikan, dalam hati bertanya-tanya seperti apa kiranya sikap yang harus ditunjukkannya agar ia bisa membangun hubungan suami istri dengan David Han yang sama sekali tidak dikenalnya. Membalikkan posisi tidurnya wanita itu menatap dengan penasaran pada sosok tampan yang tengah terlelap dengan tenang di hadapannya. Garis wajah yang rapi, rahang tegas, hidung mancung yang sempurna, bahkan meski dalam temaram malam dengan jelas Rosalinne menangkap ketampanan yang tercipta secara sempurna. Mengagguminya, Rosalinne menyukai penampilan David. Wanita itu terhanyut oleh apa yang sedang dilihatnya hingga tanpa sadar secara tiba-tiba objek yang sedang diamati olehnya membuka mata. Rosalinne tersentak begitu lengan kekar David membawa tubuhnya merapat dan membagi kehangatan.
“Tidurlah,” ucap David sembari membelai lembut punggung Rosalinne.
Seperti anak anjing yang patuh pada majikannya Rosalinne segera memejamkan mata mencari posisi ternyaman tanpa mengindahkan degub jantung sang pelaku yang berdetak bersahut-sahutan.
Jari-jari yang lentik terselip pada celah cangkir porselin yang cantik. Para pelayan berharap cemas ketika perlahan Rosalinne menyesap air beraroma wangi dari dalam cangkir. Begitu cangkir kembali diletakkan semua pelayan bernafas lega, para pelayan meyakini jika nyonya mereka menyukai teh yang mereka hidangkan. Kesimpulan ini berhasil mereka dapat begitu menyaksikan ekspresi yang ditunjukkan oleh sang nyonya. Ini merupakan kali pertama mereka melayani seorang nyonya sejak belasan tahun yang lalu Nyona Besar berpulang. Hari ini tuan muda mereka telah memboyong seorang wanita cantik sebagai nyonya dari keluarga Han yang terhormat. Maka dari itu dengan segenap kemampuan dan kesetiaan mereka akan melayani Nyonya Muda dengan sangat baik dan teliti. Sungguh pelayan yang setia dan berbudi pekerti.
“Untuk beberapa hari ke depan aku akan berada di Perancis. Bibi Hong akan menyiapkan semua keperluanmu jadi kuharap selama aku pergi kau akan baik-baik saja,” ungkap David pada Rosalinne yang baru saja selesai menikmati teh di cangkirnya.
“Bisakah aku ikut bersamamu?”
David menghentikan aktivitasnya di meja makan, pria itu menatap Rosalinne yang duduk di hadapannya. Rosalinne telah menyihir David dengan pesonanya pagi ini. Dengan penampilan polos yang jauh kelewat sederhana Rosalinne menampilkan raut memohon yang terlihat menggemaskan bagi David. Melihat itu maka tanpa ragu bagi David untuk menganggukkan kepala mengiyakan permintaan Rosalinne yang membuat mata sang isteri jauh lebih berbinar dari sebelumnya.
Perjalan dari Korea - Perancis membutuhkan waktu 12 hingga 13 jam lamanya. Oleh karena itu selama perjalanan Rosalinne lebih memilih untuk mengistirahatkan diri mempersiapkan stamina untuk mulai mengambil peran dalam kehidupan barunya sebagai seorang istri David Han yang terhormat.
Langit menghitam menyimpan kegelapan malam saat keduanya tiba di tanah eifel. Merapatkan mantelnya Rosalinne berjalan di samping David menahan sapuan angin yang menusuk tulang akibat hawa dingin yang dibawanya. Menyadari ketidaknyamanan sang isteri, David segera meraih tubuh kecil di sampingnya, memeluk pinggang Rosalinne erat berharap dapat menghalau dinginnya udara yang tengah bersorak menyambut kedatangan mereka. Sedangkan Rosalinne yang mendapat perlakuan seperti itu lantas tak ragu untuk semakin merapatkan diri dan mengimbangi langkah panjang sang suami, berjalan beriringan seolah keduanya adalah pasangan romantis yang penuh kasih.
Salju turun tepat ketika keduanya telah sampai di hotel yang akan mereka gunakan sebagai tempat mereka menginap selama di negara sejuta romansa itu. Dari balik jendela kaca yang besar terlihat Rosalinne memandang salju-salju yang berguguran. Wanita itu terdiam menerawang jauh di balik rintik salju yang secara intens turun mendinginkan bumi.
“Apa kau ingin menikmati salju pertamamu?”
Mendengarnya Rosalinne segera mengalihkan pandangan mengganti fokusnya pada sosok David yang ternyata sedang memperhatikan dirinya.
“Ini bukan salju pertamaku.”
“Yang pertama setelah kau menjadi isteriku,” terang David membuat Rosalinne terdiam.
Pria itu lantas mengacak puncak kepala Rosalinne gemas, tersenyum hangat mendaratkan kecupan singkat yang membuat Rosalinne merasakan sengatan aneh yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Seolah faham dengan gestur yang diberikan tanpa ragu mendaratkan kepalanya pada dada bidang David yang terlihat sangat nyaman.
Hari-hari mereka lalui dengan kemajuan pada hubungan keduanya yang terus meningkat. Perlahan kekakuan antar keduanya memuai seiring dengan chemistry yang semakin terjalin. Seperti seorang istri pada umumnya Rosaline benar-benar melakukan perawatan dan pelayanan dengan sempurna tanpa memerlukan bantuan pelayan untuk melakukannya. Seperti pagi itu ketika David tengah berlomba dengan waktu maka dengan terampil Rosalinne membantu David mengenakan pakaiannya. Perbedaan proporsi tubuh membuat Rosalinne harus berjuang ekstra demi menyimpulkan dasi di leher sang suami. Berbeda dengan sebelumnya jika Rosalinne akan berjinjit untuk menjangkau leher David maka hari itu dengan inisiatifnya Rosalinne berdiri di atas kasur dan mensejajarkan kepala David dengan perutnya.
Dari bawah sana David mendongak mentap raut serius sang istri yang berusaha menyimpulkan tali motif di lehernya. Pria itu tersenyum, dengan jarak sedekat ini kecantikan Rosalinne adalah fokus utamanya. Mata yang cerah, bibir merah terlihat begitu natural tanpa adanya imbuhan perbaikan kimia yang mengontaminasi. Wanitanya natural, murni dan sangat cantik. Bahkan dari pandangan pertama mereka bertemu di altar David telah benar-benar jatuh hati pada kecantikan Rosalinne dan kini kecantikan itu telah menjadi miliknya seutuhnya.
“Sudah.”
“Terimakasih.”
“David lepaskan aku.”
Tanpa mengindahkan perkataan sang isteri David justru menenggelamkan wajahnya pada perut rata Rosalinne, memeluknya erat lalu kemudian mengangkat Rosalinne membebankan tubuh sang isteri pada kedua lengan kokoh miliknya. Sementara itu Rosalinne yang terkejut segera mendudukkan diri pada lengan kokoh sang suami yang melingkar di bawah pantatnya.
“David kau akan terlambat,” jelas Rosalinne.
“Terlambat untuk bersenang-senang dengan isteriku lebih tepatnya,” terang David mengutarakan keinginannya.
“Tidak Dav kau akan terlambat! Kita masih punya banyak waktu kau tahu itu, jadi segera turunkan aku dan berangkatlah!”
“Aku yang berkuasa jadi biarkan aku yang menentukan,” tuturnya pada sang isteri yang masih berada dalam dekapannya.
David menurunkan Rosalinne, pria itu menunduk mengecup singkat puncak kepala sang isteri. Tersenyum hangat membelai pipi tirus yang halu milik Rosalinne.
“Bersiaplah aku akan menjemputmu untuk pergi bersama,”
Rosalinne mengangguk, tersenyum dengan hangat pada David yang setia menatapnya. Rosalinne pikir David adalah pria kaku yang akan sulit untuk didekatinya namun kenyataannya David adalah sosok hangat yang penuh perhatian. Sebenarnya masih terlalu dini untuk sekedar menyimpulkan, terlebih Rosalinne baru beberapa hari ini mengenal dengan baik bagaimana sosok dari seorang David Han. Namun meski begitu Rosalinne cukup yakin jika David adalah sosok yang hangat.
.....
David menggenggam tangan Rosalinne. Pria itu menyimpan tangan sang istri dan menyalurkan kehangatannya di sana. Sesuai dengan janjinya David membawa Rosalinne untuk pergi bersama. Setelah sebelumnya sempat singgah di sebuah restaurant terkenal, keduanya tidak lantas mengakhiri wisata malam itu dengan sia-sia. Meski rintik salju kian menebal namun agaknya sama sekali tidak menyurutkan keinginan keduanya untuk menikmati waktu bersama. Temaram lampu kota mengiringi langkah keduanya yang berjalan di sekitar keramaian. Rosalinne tidak menyangka suaminya mau menuruti keinginannya untuk berjalan di keramaian seperti ini.Drt… drt… drt…“Aku akan mengangkat telfon, jangan pergi terlalu jauh,” pesan David pada sang istri.Seperti mengabaikan kalimat David, Rosalinne justru tertarik dengan sebuah toko di seberangnya yang menyajikan koleksi busana.Tring… tring… tring… Lonceng kecil di p
Korea Selatan Sejak dua jam yang lalu David dan Rosalinne telah berada di kediaman utama keluarga Han dimana terlihat Tuan Han telah menyiapkan penyambutan terhadap satu-satunya sang pewaris. Di dalam rumah mewah bergaya klasik itu kini tengah diadakan perjamauan keluarga yang hanya berisi Rosalinne, David dan tentu bersama Tuan Han. Dari seluruh perlakuan yang diberikan oleh sang ayah mertua Rosalinne meyakini bahwa sosok Tuan Han adalah pribadi yang hangat dan penuh sayang hal itu diperjelas dengan bagaimana pria itu secara detail mengetahui apa saja yang bisa dan tidak bisa dimakan oleh sang putra. “Lihatlah kau bahkan tidak bisa mencerna kecambah ini. Ck..ck..ck.. padahal seharusnya kau harus banyak mengonsumsinya di saat seperti ini,” ucap Tuan Han yang mebuat David tersedak. Mengetahui sang suami tersedak, dengan cekatan Rosalinne menepuk-nepuk punggung David dan memberikannya segelas air putih. “Dan lagi apakah usahamu telah mebuahkan has
Rosalinne dengan setia mendiami Kasur hangat miliknya, memanjakan diri dengan kelembutan bulu angsa yang mendominasi bantal dan selimut miliknya. Rintik salju yang terus berjatuhan di luar sana membulatkan keinginan Rosalinne untuk tidak beranjak barang sejangkalpun dari tempat tidurnya. Hari sudah semakin sore dan sang Nyonya muda sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Bibi Hong yang merasa khawatir dengan kondisi sang Nyonya muda maka memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar yang ada di hadapannya. Tok..tok..tok… “Nyonya apa anda sudah bangun?” Kalimat pertama tidak mendapatkan balasan maka sekali lagi Bibi Hong kembali bersuara. “Nyonya hari sudah semakin sore, anda telah melewatkan makan siang anda. Haruskah saya membawakannya untuk nyonya?” Begitu mendengar suara pelayan tuanya, Rosalinne segera bangun memposisikan dirinya untuk bersandar di kepala ranjang kemudian dengan sedikit malas berkata. “Bawal
Cermin besar menampilkan bias seorang perempuan dengan setelan merah muda yang terlihat manis tapi sama sekali tidak memberikan kesan kekanakan. Warnanya cantik, menonjolkan keanggunan dan sentuhan lembut pada pemakainya. Surai kecoklatannya yang panjang diapit dengan sepasang hair pin putih yang diketahui tersusun atas beberapa mutiara. Setelah berputar sekilas di depan cermin pada akhirnya Rosalinne setuju dengan tampilannya kali ini, begitu berbalik jemarinya segera meraih clutch bag yang disodorkan oleh sang pelayan kemudian segera bergegas pergi dan diikuti beberapa pelayan di belakangnya. Melihat sang nyonya mulai berjalan di bawah ruang terbuka maka pelayan lainnya segera bertindak. Payung lebar segera dibuka guna menaungi sang nyonya dari bulir salju yang berjatuhan. Rosalinne masuk ke dalam kuda besi lalu kemudian pintu mobil ditutup dan semua pelayan menunduk hormat melepas kepergian Nyonya mereka. Klotak…Klotak… Suara hak sepatu
Di dalam sebuah kamar besi Rosaline terlihat sedang berdiri diantara kerumunan orang-orang di dalam lift. Paras cantik dan penampilannya yang segar mencuri perhatian orang-orang di sana tanpa mengetahui jika wanita itu adalah istri dari bos mereka. Seusai menghadiri undangan dari Nyonya Joo rupanya Rosalinne tak lantas kembali ke kediamannya melainkan bertandang mengunjungi sang suami yang tengah bekerja. Lift terus naik menuju lantai paling atas, namun sebelumnya kamar besi itu sempat berhenti di beberapa lantai dan membawa serta beberapa orang untuk masuk di dalamnya. Ruangan lift yang semula longgar kini mulai menyempit. Saat Rosalinne hendak terhimpit tiba-tiba seseorang lebih dulu melindunginya. “Nyonya apakah anda baik-baik saja?” Masih belum menjawab, Rosalinne memperhatikan pria di depannya. “Maaf Nyonya saya tidak punya pilihan lain selain seperti ini,” jelas pria tersebut pada Rosalinne. Memang sedikit cang
Malam merupakan keadaan dimana waktu berubah menjadi tenang dan nyaman. Kegelapan yang menyelimuti seakan menghangatkan orang-orang yang berada dalam pelukannya. Malam juga menjadi hal yang menyenangkan bagi pasangan suami-istri Han. Di atas peraduan yang lembut keduanya berada di bawah selimut yang sama, saling memeluk menghangatkan satu sama lain.“Dav kenapa kau mau menikah denganku?”“Dan kau kenapa mau menikah denganku?”Yang ditanya justru balik mempertanyakan hal yang sama.“Karna itu sebuah perintah.”“Tepat sekali karna itu perintah,” balas David semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri.“Kau tidak menyesal?” selidik Rosalinne.“Awalnya.”Mengangkat alisnya Rosalinne menyembunyikan rasa kecewa yang tengah melanda relung hatinya. Kemudian wanita itu lebih memilih untuk memunggungi suaminya, menarik selimut tinggi-tinggi mengabaikan keberadaan
Seumur dirinya hidup ini adalah mandi yang paling menyenangkan, ia tak berpikir jika kegiatan bernama ‘mandi’ menjadi sangat menyenangkan jika bersama David. Ia pikir pria mesum itu akan menggodanya hingga berwajah merah padam namun ternyata tanpa diduga David mengadakan konser dadakan di kamar mandi yang tentunya membuat Rosalinne tertawa karna aksinya.“Dav kapan kau akan mandi? Ini sudah tidak hangat lagi.” Rosalinne menggoyangkan air dengan tangannya sebagai bentuk bukti laporannya.“Benarkah? Kalau begitu akan kuhangatkan untukmu,” ucapnya menyudahi aksi panggung dadakan miliknya lalu segera mengumbar senyum penuh makna yang membuat Rosalinne merutuki kalimatnya.Air dalam bathup bergoyang begitu tubuh atletis David membelah gundukan busa yang memenuhi permukaan air bathup. Sedikit menggoda sang istri David terus mendekatkan tubuhnya pada Rosalinne yang telah berwajah merah karna malu. Mendekatkan kepala
Telapak besar milik David tengah bergerak memutari permukaan perut rata Rosalinne. Setelah memberikan wanita itu obat dan membantu membersihkan diri, David sama sekali tak beranjak dari sisi Rosalinne barang sejengkalpun. Dari belakang David memeluk tubuh Rosalinne, mendekapnya hangat menyalurkan ketenangan yang luar biasa nyaman. Menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu ketika David merasakan keanehan dari sang istri pria itu lantas segera menyalakan pecahayaan dan membiarkan ruangan itu diserbu dengan cahaya terang. Dengan mata kepalanya sendiri David melihat noda merah yang seperti pulau dibalik tubuh istrinya. Warna merahnya sangat melukai perasaan David, bagaimana bisa darah sebanyak itu keluar dari tubuh istrinya. Mungkin terdengar berlebihan tapi jujur saja ia tak menyangka akan melihatnya sebanyak itu. Menyaksikan bagaimana wajah pucat dan keringat dingin di tubuh Rosalinne membuat David panik bahkan sejenak kehilangan kecerdasannya. Namun semuanya terkendali begitu