Beberapa minggu setelah itu berlangsung sangat cepat, dan Fred akhirnya bisa kembali dalam kehidupannya sebagai mahasiswa lagi. Sama sekali tidak tampak bekas-bekas lukanya saat pria itu datang ke kampus dan berlatih seperti biasa. Meski dilarang Rod, tapi ia berkeras membawa kampusnya menjadi juara dalam pertandingan terakhir sebelum ia memutuskan untuk mundur nanti.
Semuanya berjalan baik. Perkuliahannya baik, latihannya lancar, bahkan para gadis-gadis pun kembali mulai mengelilinginya seperti biasa. Ia hanya tinggal menunjuk dengan jarinya dan mereka pun jatuh ke tangannya. Masalah terbesarnya adalah, ia tidak lagi tertarik pada mereka. Pemandangan tubuh-tubuh seksi di depan matanya menjadi hal yang sangat biasa dan membuatnya tidak bern*fsu lagi. Ia juga bosan menatap wajah-wajah yang terpoles tebal atau bahkan telah mendapat perbaikan di sana-sini dari seorang dokter ahli.Fred bosan, sampai ia mempertanyakan kejantanannya. Ia mulai meragukan dirinya masih me"Pulang sekarang?"Mengangguk malu-malu, Andrea tersenyum pada Fred. Ini adalah bulan ke-10 mereka resmi berkencan dan dengan permintaan gadis itu, tidak ada seorang pun yang mengetahui hubungan ini. Keduanya hanya akan bertemu setelah perkuliahan selesai dan pulang bersama. Tidak ada yang curiga karena hal itulah yang sering dilakukan dua orang sahabat itu sejak lama.Melihat tangan Andrea yang mengayun-ayun di sampingnya, Fred tidak tahan dan segera menggenggamnya. Ia sebenarnya sangat ingin mengungkapkan status mereka, tapi gadis itu tidak mau. Pria itu hanya ingin agar semua orang tahu kalau gadis ini adalah miliknya, dan menjauhkan mereka yang berusaha mendekatinya.Mempererat genggamannya, pria itu tersenyum pada gadis di sampingnya. Betapa ia sangat bahagia saat ini. Baru kali ini, Fred merasakan yang namanya mencintai seseorang. Rasa cintanya mengalahkan n*fsunya. Selama ini, ia tidak mengira akan cukup dengan satu wanita saja tapi perasaannya pada
"Harrington! Apa yang terjadi!?"Hari itu, kampus heboh. Di sebagian besar email mahasiswa dan petinggi universitas, terkirim gambar-gambar Frederick Harrington yang tidak senonoh. Pria dalam gambar hampir semuanya tidak mengenakan sehelai benang pun. Tampak jelas kalau foto-foto itu diambil saat Fred tidak sadar. Ada yang di tempat tidur, dari depan atau pun belakang tapi semuanya tidak ada yang menunjukkan kalau lelaki itu berpose. Masalahnya, situasi yang ada memperlihatkan kalau pria itu tampaknya sedang berkencan dengan seseorang meski semua wajah wanita yang ada di sana sengaja disamarkan. Hal itulah yang membuat nama baik lelaki itu terancam cemar. Ia ketahuan memiliki kehidupan liar di dalam kampus, padahal image-nya di mata dosen dan juga orang tuanya cukup baik selama ini.Hantaman keras di meja kayu itu membuat tubuh Fred terlonjak. Baru kali ini selama menjalani kehidupan kampus, ia merasakan kemarahan prof. Declan yang merupakan dosen pembimb
= Kembali ke masa sekarang ="Kau sudah menerimanya?""Ya. Aku sudah menerimanya. Aku sudah menceritakannya pada Reiss dan dia bersedia membantu. Tapi mungkin akan butuh waktu, karena saat ini dia sepertinya masih sibuk dengan project-nya yang lain."Mendengar itu, Fred mengangguk. "Tidak apa. Aku bisa menunggu. Aku bersedia membayar mahal, selama dia bisa menemukan pelakunya, Greg.""Seharusnya tidak ada masalah, dude. Reiss dan rekannya adalah mantan hacker yang handal. Dengan skill dan juga kemajuan teknologi sekarang, aku rasa mereka tidak akan mengalami banyak kesulitan.""Baguslah. Aku akan menunggu kabar baik darimu."Sejenak, Gregory terdiam. "Kenapa kau ingin mengungkapnya sekarang? Apa yang terjadi, Fred?"Suara Fred terdengar ragu-ragu, tapi ia memutuskan untuk sedikit menceritakannya pada Gregory."Aku bertemu dengan Andrea hampir 2 minggu lalu.""Andrea? Sebentar, sebentar... bukannya itu-"
Waktu berjalan cepat. Tidak terasa, hari ini adalah hari kepulangan suaminya. Dengan tidak sabar, Lily duduk di salah satu kafe di airport dan berulang kali menatap jam tangannya. Ia terlalu cepat datang, tapi ia tidak bisa hanya duduk dan berpangku tangan di rumah sakit. Ia sangat ingin bertemu dengan suaminya!Berusaha mengusir rasa gelisahnya, wanita itu membuka tabletnya. Beberapa hari lalu, ada seseorang yang membutuhkan bantuan men-design ulang sebuah tempat penitipan anak. Ia tadinya tidak ingin mengambil project itu tapi karena Gregory mendorongnya, ia pun akhirnya mengambilnya. Sejujurnya, ia memang butuh sesuatu untuk mengalihkannya dari kesedihan karena kondisi ayahnya yang terus-menerus menurun. Lily baru saja akan tenggelam dalam pekerjaannya saat menyadari seseorang berdiri di depannya. Matanya mengerjap dan kepalanya terdongak dari layar tablet yang dipegangnya.Di depannya berdiri seorang wanita sangat cantik. Rambutnya panjang berwarna ge
Usapan yang sangat lembut terasa di pipinya dan perlahan, wanita di tempat tidur itu membuka matanya. Ia pun bertatapan dengan sepasang mata berwarna biru yang sangat indah. Mata itu menaungi hidung yang mancung dan bibir merah muda yang tersenyum padanya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Liliana Walton bersemu hanya karena memandang wajah yang telah sangat familiar ini.Sambil melamun, salah satu tangannya mengusap pipi Gregory yang mulai berjambang. Ia suka rasanya."Aku baru sadar kalau kamu ganteng, Greg. Kenapa baru sekarang, ya?"Mata biru Gregory mengedip dan pria itu mendekat. Ia menempelkan tubuhnya ke atas isterinya. Salah satu tangannya mengusap-usap rambut merah Lily yang berantakan di bantal."Kamu baru sadar sekarang. Sedangkan aku dari dulu sudah sadar, kalau kamu wanita yang istimewa."Tanpa sadar, Lily menarik jenggot pendek Gregory. Ia terkejut dengan kata-kata pria itu. Ada perasaan yang membuncah dirasakan wanita itu
= Rumah sakit St. Collins. Siang menjelang sore hari ="Sebaiknya kau menginformasikan hal ini pada pasanganmu. Lebih cepat, lebih baik."Pria tampan berambut gelap itu terlihat mengepalkan tangannya kuat. Ia berusaha tersenyum tipis tapi jelas, rautnya tampak menahan suatu kemarahan."Terima kasih atas informasinya, H. Tapi sepertinya, sudah sedikit terlambat untuk itu."Lelaki itu berdiri, dan membuat dokter di depannya menengadah. "Kau akan pergi?""Aku harus pergi. Tapi, aku akan datang lagi. Seperti biasa, hal ini tidak boleh diketahui siapa pun.""Aku mengerti. Jangan khawatir. Pemeriksaan semacam ini sifatnya selalu confidential. Pihak rumah sakit tidak akan menyebarkan informasi apapun, terkecuali dengan persetujuanmu."Senyuman yang lebih tulus terlihat dari bibir lelaki itu. "Terima kasih banyak, dokter.""Sebaiknya beberapa bulan lagi, kau kembali melakukan pemeriksaan secara berkala. Kondisimu bisa s
= Rumah keluarga Harrington. Tengah malam =Mengamati cermin di depannya, mata Lily naik menatap suaminya yang duduk di belakangnya. Tampak pria itu sedang fokus menyisiri rambutnya yang panjang. Pandangannya tertunduk."Aku cukup kaget kamu pernah bertemu dr. Hills."Gerakan Gregory menyisiri isterinya tidak berhenti, tapi pria itu masih menunduk."Seperti yang dokter itu bilang, kami bertemu di RS saat kamu pergi dulu."Lily terdiam sejenak dan memandang suaminya lebih intens. "Apa yang kalian bicarakan waktu itu? Karena sepertinya dr. Hills cukup terkesan padamu."Pria di belakangnya tidak menjawab dan meletakkan sisirnya. Tangan-tangan Gregory terangkat dan malah menyusup ke dalam helaian rambut Lily dan memijatnya. Selama beberapa saat, lelaki itu konsentrasi pada gerakannya sampai pandangannya terangkat dan menatap isterinya yang ternyata masih menunggunya."Greg? Kalian berdua membicarakan apa saat itu?"
Tidak ada yang tahu, betapa berkecamuknya hati pria berambut pirang gelap itu saat ini. Wajahnya mungkin terlihat dingin dan keras, tapi d*danya bergejolak berbagai emosi. Mulai dari rasa terkejut, gembira, lega, sekaligus marah dan juga kecewa. Sayangnya, meski banyak perasaan positif dalam hatinya namun perasaan sakit hati-lah yang jauh lebih kuat dirasakannya sekarang.Sejak kecil, ia terbiasa ditinggal ibunya untuk bekerja. Georgiana juga jarang mengucapkan kata sayang atau bahkan sekedar memeluknya tulus. Dari awal mula dilahirkan hingga masa remajanya, pria itu diperlakukan seperti sebuah manekin hidup. Ia didandani dan dipamerkan pada orang-orang di sekitarnya. Awalnya, tidak ada yang aneh dengan hal itu tapi lama-kelamaan, lelaki itu mulai belajar dari lingkungannya saat ia akhirnya memasuki masa sekolah yang sebenarnya.Dalam dunia pergaulannya di sekolah, pemandangan orangtua menggandeng dan memeluk anak-anaknya adalah pemandangan yang sangat sering ia ju