Meredith menatap orang yang baru saja muncul dengan takjub. Meredith sudah mulai menyusun plot dalam kepalanya ketika menyadari apa yang dia katakan baru saja pada Madeline bisa saja terdengar oleh orang ini.“Meredith Crawford, kau ternyata bukan putri kandung Mom dan Dad! Madeline-lah putri kandung mereka yang sebenarnya!“ Brittany Montgomery berteriak pada Meredith dengan marah, "Aku selalu memperlakukanmu seperti saudariku sendiri, tapi ternyata selama ini kau ingin merebut posisiku!”Ketika Meredith mendengar kata-kata Brittany, dia tahu hal itu akan menjadi masalah. Namun, dia pandai berakting, dan dengan cepat menunjukkan ekspresi terluka. “Tidak Brittany, jangan salah paham. Aku benar-benar putri kandung Mom dan Dad…”“Hentikan semua kebohonganmu, Meredith, aku sudah merekam semua yang kau katakan! Aku akan segera pulang dan menunjukkan kepada mereka siapa dirimu sebenarnya!" Brittany melambaikan ponselnya sembari melihat ke bawah dengan arogan pada Madeline yang terbaring di t
Madeline terbelalak, tangannya gemetar saat memeriksa nafas dan denyut nadi Brittany, tapi tidak bisa merasakan apa-apa. Tubuh Brittany sama sekali tidak terasa hangat dan bahkan sedikit mengeras.Pikiran Madeline kosong dan mulai mengalami gangguan syok berat. Ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi setelah ia pingsan, jadi mustahil ia tahu apa yang pisau itu lakukan di tangannya.Saat hendak berdiri, ia mendengar sirene polisi di kejauhan. Melihat beberapa polisi yang turun dari mobil, rasa dingin menggigil merayapi punggungnya.Ia sama sekali tidak menyangka dirinya sekali lagi akan masuk sel tahanan. Pemandangan yang familiar, dengan bukti tak terbantahkan di depannya untuk melawan apa pun yang akan ia katakan. Sidik jari pada pisau itu hanya milik Madeline dan mereka berhasil menemukan jejak kulit Brittany di punggung tangannya, yang membuktikan bahwa Brittany memang berjuang melawannya sebelum gadis itu meninggal.Madeline tidak tahu bagaimana ia bisa punya kontak fisik denga
Brit-nya, putrinya, putrinya yang berharga. Di mata Eloise, Madeline tidak lain adalah pelacur kejam. Bagi Madeline, mendengar kata-kata itu bagaikan sebilah pisau tajam, menikam jantungnya dengan kejam.Tak ada yang bisa melihat luka itu, namun jantungnya sudah lama penuh dengan luka, darah mengucur ke segala arah. Madeline menahan rasa sakit yang hebat bersama dengan tangannya yang gemetaran, memaksa dirinya untuk dengan tenang berkata, "Mr. Dan Mrs. Montgomery, saya tidak pernah menyakiti Brittany, saya juga tidak akan pernah membunuhnya. Anda harus mempercayai saya dan menyelidiki ini, jangan biarkan pembunuh yang sebenarnya bebas.”“Jangan berani-berani mencoba bersiasat untuk keluar dari masalah ini!" Sean menghantamkan tinjunya ke meja. “Buktinya jelas, bagaimana mungkin kau tetap mengatakan itu bukan salahmu! Dendam apa yang kau miliki terhadap keluarga kami? Kau terus menjadikan putri kami, Meredith, sebagai sasaran, dan sekarang kau membunuh Brit. Madeline, dengarkan baik-
Ketika Madeline melihat Eloise dan Sean menggenggam tangan Meredith dengan cinta yang lembut, yang terpikir olehnya hanyalah bahwa cinta itu seharusnya menjadi miliknya. Semua cinta dan perhatian itu telah diberikan kepada Meredith. Hati Madeline membeku dan ia menggigit kedua bibirnya, menelan kata-kata yang tadi ada di ujung lidahnya, menekan kerinduannya kembali ke dalam hatinya.Ia merasakan sensasi aneh di dadanya, namun ia bahkan tidak punya waktu untuk memikirkannya ketika rasa darah yang familiar sekali lagi hadir di kerongkongannya.“Madeline, kau benar-benar melewati batas kali ini!” Meredith terisak saat berlari di depan Madeline. “Sudah kubilang sebelumnya, jika kau punya masalah, bawa saja padaku, jangan menyakiti siapa pun di sekitarku. Bagaimana kau bisa begitu kejam! Kau benar-benar membunuh Brit kali ini! Apakah kau tidak akan beristirahat sampai kau menyiksa semua orang di sekitarku?”Dengan wajah Meredith tepat di depannya, Madeline hendak mencemooh gadis itu ketika
Dengan berlinang air mata, Madeline menatap Eloise saat wanita itu mengucapkan kata-kata tersebut. Pada saat itu, hatinya hancur berkeping-keping, kehilangan semua harapan. Cinta keluarga yang ia dambakan begitu lama telah berubah menjadi senjata yang akan menghancurkan hidupnya.Jika ada kehidupan selanjutnya, ia ingin menjadi ikan yang hanya bisa mengingat tujuh detik ke belakang. Dengan begitu, ia bisa melupakan semua rasa sakitnya. Tak lama kemudian, Madeline diadili di pengadilan atas tuduhan pembunuhan. Terdakwa biasanya memohon untuk hidup namun hati Madeline begitu hancur hingga ia kehilangan semua keinginan untuk hidup. Di pengadilan, Madeline terlihat memakai seragam penjara. Wajahnya pucat dan rambutnya acak-acakan, ia tampak seperti hantu liar.Ia melihat Meredith di barisan penonton, berpakaian cantik, menemani Eloise dan Sean. Bahkan Jeremy pun datang, mungkin untuk melihat apa hukuman yang ia terima. Pria itu mungkin ingin melihatnya dihukum penjara, tak pernah memilik
Madeline tercengang dan bahkan tidak sempat menyangkal ketika Jeremy dengan lembut mengangkat dagunya, nafas hangat pria itu begitu dekat di wajahnya, menyebabkan jantungnya berdegup kencang. Ia mendengar sebuah tawa jahat. “Aku sudah mengatakan sebelumnya, bahkan jika kau mati, kau harus mati di tanganku.”Suara magnetis pria itu bergema di telinga Madeline bagaikan mimpi buruk.Madeline hanya bisa berdiri diam dalam kengerian menatap senyum jahat pria itu saat jantungnya berdebar kencang di dadanya. Jeremy tidak menyelamatkannya, pria itu hanya ingin membunuhnya sendiri!“Berikan anting-anting itu padaku,” Jeremy menuntut.Mengingat fakta bahwa pria ini pernah memusnahkan bukti yang bisa membuktikan ketidakbersalahannya demi Meredith, Madeline tahu ia sama sekali tak boleh menyerahkan anting-anting ini kepada Jeremy.Ia buru-buru berbalik namun ditahan oleh Jeremy.“Madeline, jangan membuatku mengulangi kata-kataku, berikan padaku." Nada bicara Jeremy menjadi lebih dingin.Madeline d
“Jangan lakukan itu! Jeremy!" Madeline berteriak, namun Jeremy mengabaikannya.Ia hanya bisa menatap pria itu yang mengangkat tangannya, dan melemparkan anting-anting penting itu tepat ke danau. Hati Madeline membeku, ia tidak punya kartu lagi untuk dimainkan.Namun, Tuhan mungkin benar-benar membantunya. Ada lapisan es tipis yang menutupi danau, dan anting-anting itu tidak tenggelam, namun malah mendarat di atas es!Jeremy jelas sangat tidak senang. Dia mengerutkan alisnya, mencoba memikirkan apa yang harus dilakukan saat dia tiba-tiba melihat Madeline berlari seperti angin.Jeremy menatap tak percaya saat Madeline tiba-tiba berlari seperti kesetanan ke arah danau, hanya untuk mengambil anting-anting itu. Es tipis itu cukup jauh dari bibir danau, dan Madeline tidak bisa mencapainya. Ia mencoba menemukan cabang pohon untuk mengaitkan anting-anting itu, tapi ia takut akan secara tidak sengaja mendorong anting-anting itu lebih jauh ke tengah danau. Melihat itu, Jeremy berjalan ke sampi
Dengan perasaan tidak senang Jeremy mengetuk pintu. "Madeline, buka pintunya.”“Jeremy, pergilah, aku tak ingin melihatmu." Madeline dengan dingin menolak pria itu.Ia menyembunyikan anting-anting itu sebelum mandi. Setelah berganti dengan baju kering dan nyaman, ia kemudian menyalakan pemanas ruangan, akhirnya bisa menghangatkan dirinya. Madeline melihat jam dinding, dan lebih dari setengah jam telah berlalu. Jeremy pasti sudah pergi. Ia berjalan ke pintu dan mendengarkan, memastikan ia tidak mendengar suara apa pun di luar kemudian membuka pintu. Saat ia membuka pintu, sosok Jeremy yang tinggi dan tampan berada tepat di depannya! Sekujur tubuh pria itu masih basah, bahkan air masih menetes dari rambutnya, dan ekspresinya tidak terlihat senang. Matanya yang dalam menatap Madeline, membuat jantungnya berdetak kencang. Ia tidak menyangka Jeremy tetap berdiri di depan pintu meskipun angin musim dingin bertiup kencang.Madeline terkejut, dan reaksi pertamanya adalah menutup pintu, namu