Pesona Cinta Sang CEO
Episode 13Setelah capek bertengkar kini keduanya sama-sama duduk. Dewa terlihat tengah sibuk dengan ponselnya sementara Surya terlihat mengatur napasnya yang terasa sesak akibat adu mulut tadi dengan cucunya sendiri. Sesekali Surya melirik Salsa yang sedari tadi duduk tanpa mengeluarkan sepatah suara. Pletak, Surya memukul meja yang ada di hadapannya, hal itu membuat Dewa terkejut.
"Kakek apa-apaan sih, kurang kerjaan banget," ujar Dewa sedikit kesal.
"Kamu yang apa-apaan, kakeknya datang bukannya di bikinin kopi, ini malah dianggurin. Dasar cucu durhaka," ungkap Surya.
"Gula mahal, Kek. Jadi jangan minta kopi." Dewa bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja tempat untuk membuat kopi.
"Dasar pelit, sama kakeknya sendiri saja perhitungan," batin Surya. Ia tidak habis pikir bisa-bisanya diberi cucu seperti Dewa.
Saat Dewa tengah si
Pesona Cinta Sang CEOEpisode 14Hari ulang tahun Dewa telah tiba, saat ini keduanya sudah dalam perjalanan menuju rumah ibunya. Salsa nampak cantik dengan gaun panjang tanpa lengan berwarna merah. Rambutnya yang panjang tergerai indah, sementara itu Dewa semakin tampan dengan tuxedo berwarna hitam. Sesekali pria berlesung pipi itu melirik wanitanya yang duduk di sebelahnya."Sayang, kamu kenapa?" tanya Dewa, ia merasa melihat sang istri tengah gelisah."Em. Aku takut, Om. Aku takut kalau .... ""Jangan takut, percaya sama aku." Dewa menggenggam tangan Salsa, membuat wanita itu merasa lebih tenang.Salsa tersenyum, walaupun dalam hatinya masih saja merasa takut dan juga khawatir. Jujur, Dewa pun demikian, ia juga khawatir jika nanti keluarganya tidak menerima Salsa sebagai bagian dari mereka. Namun, Dewa tidak memperpedulikan hal itu, karena apapun yang terjadi. Ia tidak akan pernah men
Pukul tujuh Dewa sudah siap dengan baju kantornya. Saat ini pria berkemeja putih itu tengah berdiri di depan cermin sembari mengikat dasi. Sementara itu, Salsa juga tengah bersiap-siap, sejujurnya Dewa melarang sang istri untuk ke kantor. Namun Salsa tetap kekeh, rasanya bosan jika tidak ada aktivitas."Sudah siap?" tanya Dewa."Sudah, Om." Salsa berjalan mengambil jas Dewa, lalu memasangkannya di tubuh kekar suaminya itu."Ya sudah ayo." Dewa menarik tangan Salsa, keduanya pun bergegas keluar dari kamar.Kini keduanya sudah dalam perjalanan menuju kantor, Salsa memilih untuk melihat ke luar jendela. Sementara Dewa lebih fokus untuk menyetir, tetapi kejadian semalam masih saja menari-nari di benaknya. Rasanya ia tidak percaya jika harus kehilangan Salsa dan menikah dengan wanita yang sama sekali tidak ia cintai."Om, ingin punya anak laki-laki atau perempuan?" tanya Salsa, hal itu sontak membuat Dewa terkejut."Maksud kamu." Dewa menoleh den
Waktu terus bergulir, tidak terasa dua bulan sudah setelah kejadian tidak menyenangkan di kantor Dewa. Kejadian yang tidak akan pernah terlupakan, di mana rahasia yang sudah tersimpan rapat tiba-tiba terbongkar tanpa adanya rencana. Nasi sudah menjadi bubur, Salsa hanya bisa berdo'a yang terbaik untuk ke depannya. Bangkai akan tercium meski sudah ditutup serapat mungkin.Sekarang Salsa semakin aktif bekerja di kantor suaminya itu. Dewa pernah mengusulkan untuk berhenti, tetapi wanita yang suka bertindak ceroboh itu menolak. Ia ingin tetap bekerja di kantor, walaupun nanti tidak akan mendapatkan gaji, hal itu tidak menjadi masalah. Dan mau tidak mau Dewa menuruti keinginan istri kecilnya itu. Asal Salsa bahagia, dewa juga ikut merasa bahagia.Hari Minggu ini, Salsa memilih untuk berdiam diri di apartemen, rasanya ia sangat malas untuk bergerak. Sementara Dewa saat ini tengah ada urusan dengan kliennya, awalnya Dewa mengajak sang istri untuk i
Dengan cepat Salsa mengambil tisu untuk mengelap jas suaminya itu. "Maaf ya, Om aku nggak sengaja."Awalnya Dewa ingin marah, tetapi saat melihat wajah Salsa pucat, ia mengurungkannya. Pria berlesung pipi itu memperhatikan sang istri yang terlihat berbeda. Dewa memilih untuk melepas jasnya, dan juga kemejanya, Salsa yang melihat itu seketika terkejut. Pikiran Salsa benar-benar sudah kemana-mana, entah apa yang ada di otaknya itu."Om mau ngapain? Masa iya pagi-pagi mau .... " ucapan Salsa terhenti saat Dewa menyentil keningnya cukup keras."Mau apa? Jangan mesum tuh otak," potong Dewa, sementara Salsa hanya tersenyum.Setelah melepas jas dan kemejanya Dewa berjalan keluar untuk mengambil kemeja yang bersih. Salsa pun ikut keluar, sementara Dewa terlihat tengah memakai kemejanya. Wanita dengan balutan dress berwarna biru itu memilih untuk duduk di pinggiran ranjang. Perutnya masih saja terasa tidak enak, seperti diaduk-aduk. Sekilas Dewa memperhatikan mimik wa
Setelah meeting selesai, Dewa bergegas keluar dan masuk ke dalam ruangannya. Pria berlesung pipi itu membuka pintu ruangan, ia mengedarkan pandangannya, tetapi sosok istrinya tidak ada. Dengan sedikit panik Dewa masuk ke dalam dan mencarinya ke kamar mandi, tapi hasilnya nihil. Setelah itu ia mengambil ponselnya dan langsung menghubungi nomor Salsa. Namun tak ada jawaban."Salsa, kamu di mana, kenapa pergi nggak bilang-bilang," gerutu Dewa dengan sedikit kesal, tetapi juga khawatir.Setelah itu Dewa menelpon ke rumah, berharap sang istri sudah pulang. Dan benar saja Salsa sudah berada di rumah, tetapi yang membuat Dewa khawatir adalah, istrinya pulang dengan keadaan menangis, tanpa pikir panjang Dewa bergegas keluar dari ruangannya. Ia akan segera pulang ke rumah untuk melihat jika sang istri baik-baik saja.Dewa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia khawatir jika Salsa sampai berbuat yang tidak-tidak. Sesekali Dewa menghubungi nomor Salsa, tetapi tidak
#Gairah_Cinta_Sang_CEO( Pernikahan Tersembunyi Dewa_Salsa )Episode_19Kini mereka berdua tengah bersiap-siap untuk pergi, Dewa sudah membujuk istrinya agar mau mengurungkan niatnya itu. Namun, Salsa tetap kekeh untuk beli pempek ke Palembang langsung. Setelah siap Dewa dan Salsa beranjak keluar dari kamar, keduanya berjalan menuju garasi untuk mengambil mobil. Salsa menunggu di teras, sementara Dewa tengah mengambil mobil."Mas tunggu!" teriak Salsa, seketika Dewa menghentikan langkahnya."Ada apa?" tanya Dewa."Pempeknya nggak jadi, Mas. Beli rujak aja," ujar Salsa, ia berjalan menuju pintu gerbang, di mana penjual rujak keliling tengah berhenti di tepi jalan.Dewa menghela napas, sabar itu yang harus ia lakukan. Kelakuan Salsa benar-benar menguji kesabaran Dewa, untung cinta kalau enggak pasti Salsa sudah di kirim ke kutub Utara. Setelah itu Dewa memutuskan untuk menghampiri sang istri yang tengah membeli rujak. Pria berkemeja navy it
Dewa terus berjalan mendekati pria tersebut, yang tak lain adalah Bram---ayahnya. Ia tidak menyangka setelah puluhan tahun tidak bertemu, dan sekarang baru dipertemukan kembali. Rasanya seperti mimpi, tapi ini kenyataan, Dewa benar-benar bahagia masih diberi kesempatan untuk bisa melihat wajah ayahnya. Tak terasa mata Dewa berkaca-kaca."Papa." Dewa menghambur kepeluka Bram."Dewa, kamu sudah besar, Nak." Bram melepas pelukannya dan menatap wajah Dewa dengan penuh haru. Bram tidak menyangka sekarang putranya sudah tumbuh dewasa.Setelah itu, Dewa mengajak Bram untuk duduk, pria berlesung pipi itu melupakan pekerjaannya, ia benar-benar merasa bahagia karena bisa kembali bertemu dengan ayahnya. Keduanya saling berbincang dan juga melepas rindu, Bram merasa bersalah karena dulu meninggalkan Dewa tanpa pamit. Namun semua itu sudah berlalu, Bram bersyukur karena Dewa tidak membencinya.Sementara Dewa, ia benar-benar tidak bisa membenci Bram, meski dulu p
Hari demi hari telah berganti, pagi ini Salsa bangun lebih awal. Setelah menyiapkan air untuk mandi suaminya dan juga pakaian kerjanya. Salsa kini tengah berkutat di dapur, ia berkeinginan untuk membuat sarapan pagi untuk suami tercintanya itu. Salsa pun meminta bi Asih untuk mengajarinya memasak."Yah, kok gosong sih. Padahal apinya nggak besar-besar amat," keluhnya. Jujur, Salsa sudah merasa capek, tetapi usahanya belum juga berhasil."Nyonya kurang cepat ngaduknya, makanya jadi gosong. Biar saya saja yang buat, Nyonya istirahat saja, Nyonya pasti sudah capek," ujar bi Asih. Ia merasa kasihan dengan majikannya itu, sejak jam lima berusaha membuat nasi goreng, tetapi belum berhasil juga."Enggak, Bi. Pokoknya aku harus bisa," tolaknya. Salsa tetap kekeh dengan keinginannya itu.Setelah itu, bi Asih kembali menyiapkan bahan untuk membuat nasi goreng. Sudah lebih lima kali Salsa gagal membuat nasi goreng, dan untuk yang sekarang, ia harus berha