"Apa wanita itu mengatakan begitu padamu?" Ethan balik bertanya sebelum menjawab. Dia harus tau apa yang dikatakan wanita itu pada istrinya sebelum memberi penjelasan.Nada tersenyum getir, lalu memalingkan wajah menghindari tatapan Ethan. Ada rasa sakit dalam hatinya. Dia merasa telah dibohongi oleh suaminya sendiri. Air matanya kembali mengalir. Cepat-cepat Nada menyeka dan menguatkan hati."Sayang, jangan percaya pada wanita itu!"Ethan meraih tangan Nada, namun dengan cepat Nada menepisnya. Rasa sakit yang dirasa belum bisa membuat Nada tenang. Ingin dia percaya pada suaminya, tapi rasa sakit itu teramat sakit. Bahkan hampir kehilangan bayinya.Ethan bangkit dari duduk, mendekati Nada dan duduk di sampingnya. Karena Nada kembali menghindar, dia pun segera memeluk dari belakang mengunci tubuh Nada."Kamu boleh marah padaku, tapi jangan banyak bergerak terlebih dahulu!"Ethan meletakkan dagunya di atas pundak Nada, memohon."Dokter memintamu bed rest," ucapnya lagi."Bila bayi ini
"Aku bosan," keluh Nada.Sudah tiga hari ini Nada dirawat di rumah sakit karena kondisi kandungannya masih belum pulih seutuhnya dan masih membutuhkan bed rest. Terbiasa bekerja dan aktif, Nada merasa bosan bila harus duduk manis. Apalagi kalau hanya tidur dan rebahan sepanjang hari, dia merasa sangat amat bosan.Sebenarnya dokter sudah menyampaikan pada Ethan bila Nada sudah diperbolehkan pulang asal di rumah dia tetap bed rest, tapi Ethan tidak mengijinkan dokter itu mengatakan pada istrinya dan meminta untuk tetap merawat Nada di rumah sakit sampai kondisi kandungan Nada benar-benar pulih.Ethan meraih tangannya. Ada rasa bersalah dalam dirinya. Namun, semua ini dilakukan demi kebaikan Nada dan calon baby mereka,"Semua demi kebaikanmu dan baby kita, Sayang. Bersabarlah untuk dua hari lagi! Aku janji, nanti setelah semuanya baik, aku akan bawa kalian jalan-jalan," ucap Ethan menghibur Nada."Tapi aku bosan. Bokongku rasanya panas dan mungkin sudah berakar," sahutnya dengan wajah ce
"Erina, kamu yakin ini rumah mereka? Kenapa sepi sekali? Kecil lagi," ucap Syahna.Dia tidak percaya Ethan tinggal di rumah yang kecil selama ini. Rasanya tidak mungkin anak tirinya itu tinggal di sana. Dia pikir rumah yang ditinggali Ethan dan Nada besar atau paling tidak sama dengan rumah Michael."Ma, memangnya Mama belum pernah ke sini?" Erina melihat aneh tingkah mamanya."Entahlah. Kalau pun sudah pernah, mama juga tidak akan mengingatnya," jawab Syahna sembari mengedarkan mata melihat sekitar."Mama jangan lihat luarnya saja! Meski kecil, tapi tatanan di dalamnya cukup rapi. Istri kak Ethan itu cukup rajin," ucap Erina. Meski dia tidak menyukai Nada, namun Erina memuji dan merasa kagum dengan penataan dan kebersihan rumah mereka.Erina kembali menekan bel rumah Nada. Entah sudah berapa kali melakukannya, namun sampai detik ini tidak ada jawaban alias tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah."Mungkin mereka tidak ada di rumah," ucap Syahna sudah mulai merasa tidak nyaman
"Ethan!"Saat bangun dan membuka mata, Nada tidak melihat Ethan di sampingnya. Matanya beredar mencari keberadaan Ethan, tapi tidak menemukan. Kamar besar itu tampak kosong. Nada merasa kecil berada di tengah kamar yang besar dengan beberapa perabot dan juga benda-benda lainnya yang tampak sangat mewah dan berseni."Aku tidak sedang bermimpi, bukan?" gumamnya lirih bertanya pada diri sendiri.Nada kembali mengedarkan mata memperhatikan setiap sudut kamar itu. Karena tidak menemukan Ethan dan juga sudah menjelajah isi kamar, Nada memutuskan untuk keluar dari kamar. Meski sudah sehari hari ini menempati rumah dan kamar itu, tapi saat melihat kembali, ada rasa kagum dan terpukau atas rumah mereka."Ethan!" panggilnya lagi. Dia pikir Ethan ada di salah satu ruang.Tidak ada jawaban. Dia memutuskan untuk menuruni anak tangga dan mencari."Nyonya!" Seseorang memanggil namanya dengan nada dan suara cemas.Nada yang telah berada di tengah anak tangga segera menoleh ke arah sumber suara. Se
"Ethan, apa yang kamu lakukan di sini?"Tubuh Ethan hampir melonjak kaget ketika seseorang menyapanya dari belakang sembari menepuk punggungnya. Ethan sedang serius dan fokus memperhatikan seorang wanita yang duduk di kursi di taman kota, sedangkan dia sendiri berada di bawah pohon dan bersembunyi. Karena sapaan ini, Ethan pun langsung bangkit dari duduknya."Danica?" Ethan mengedarkan pandangnya ke sekitar, termasuk ke arah wanita yang masih duduk dengan santai dan tenang, juga ke arah di mana Vidor berada. Ada rasa gugup ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Tepatnya, ketika persembunyiannya diketahui oleh Danica.Melihat Ethan gelisah dan gugup, Danica pun mengedarkan pandangnya seperti arah pandang Ethan. Kedua mata menyipit dengan ujung alis hampir menyatu. Danica mengernyitkan dahi melihat sikap gugup Ethan."Ethan, ada apa?" tanya Danica merasa bingung karena sikap Ethan yang mencurigakan dan seperti sedang menyembunyikan sesuatu dan dipergoki olehnya.Namanya juga Ethan. M
"Apa istriku masih tidur?" tanya Ethan sembari melangkah ke luar mobil menuju rumahnya."Sudah bangun, Tuan.""Apa dia mencariku?" tanyanya lagi sembari sibuk melepaskan kancing lengan pada kemejanya."Iya, nyonya mencari Anda saat bangun tidur."Ethan menghentikan langkahnya, juga menghentikan gerakan tangannya. Matanya menyorot lekat Serly."Apa kamu memberitahu ke mana aku pergi?""Tidak, Tuan. Mana saya berani," jawab Serly."Aku tidak mau istriku khawatir," ucap Ethan.Serly mengangguk setuju.Ethan kembali melanjutkan langkahnya. Namun, baru beberapa langkah kembali kakinya berhenti dan berputar menghadap Serly."Sekarang istriku di mana?" "Nyonya ada di taman belakang, Tuan.""Aku akan membersihkan diri dulu, baru menemuinya," ucap Ethan kembali melanjutkan langkah.Dia langsung menuju kamar untuk mandi sebelum menemui Nada. Ethan tidak mau membawa debu dan keringat dari luar yang akan membuat Nada tidak nyaman. Karena bagaimanapun, dia baru saja menunggu lama di taman. Jelas
"Entahlah, aku merasa tidak yakin," jawab Nada ragu.Ethan menggeser duduknya dan membuatnya lebih nyaman. Semua itu bukan tanpa maksud. Dia pikir dengan duduk berhadapan dan saling memandang dengan jarak yang dekat, Nada bisa lebih tenang dan berani mengungkap kecurigaannya."Sayang, ada yang ingin kamu katakan?" tanyanya.Dia yakin Nada memiliki rahasia yang ditutupi. Meski begitu, Ethan tidak akan memaksa bila istrinya tidak mau mengatakannya. Namun, tidak akan tinggal diam begitu saja. Dia akan melakukan segala cara untuk mengetahuinya."Apa Erina mengenal wanita itu?" Bola mata Nada bergerak-gerak menjelajah kedua manik mata Ethan.Dia sebenarnya ragu bertanya seperti itu, apalagi membawa nama Erina. Meski dia tau Ethan tidak terlalu menyukai Erina, tapi gadis itu masih termasuk kerabat alias keluarganya. Nada masih memiliki rasa tidak enak karena sama saja apa yang dia pikirkan adalah sebuah kecurigaan dan bisa saja Ethan menganggapnya menuduh.Ethan terdiam sejenak seolah sedan
Merayu Nada untuk menghentikan tangis dan tidak ngambek lagi ternyata lebih sulit dibanding menaklukkan klien perusahaan agar mau menyetujui kontrak kerja sama. Memenangkan hati ibu hamil lebih sulit dibanding memenangkan tender proyek besar.Ethan harus mengeluarkan segala jurus rayuannya. Bahkan rayuan yang biasa dia pakai dan berhasil, kini tidak berlaku. Sampai akhirnya Ethan tidak bisa menahan air mata menutupi rasa bersalah dan kesedihannya, hingga akhirnya berhasil membuat Nada mengangkat wajah dan memeluknya."Sayang, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulang lagi," ucap Ethan ketika Nada memeluknya.Tangis Nada masih terdengar, meski sudah mulai berkurang dan kini hanya tinggal sisa-sisa saja."Kenapa harus diganti? Bagaimana kalau klien menghubungi aku? Mereka pasti berpikir aku tidak bertanggung jawab," ucap Nada dengan isak. "Lagi pula aku bosan kalau di rumah tidak melakukan apa-apa," sambungnya. Akhirnya Nada mengungkap alasan yang lain kenapa dia menangis dan marah.E