“Serly, aku butuh bantuanmu untuk mengawasi beberapa pekerjaan. Mungkin lebih baik kamu kembali! Vidor sudah membelikan tiket untukmu,” ucap Ethan.“Ethan?” Nada terkejut mendengar perkataan suaminya, mengusir Serly setelah mereka duduk santai sejenak sehabis sarapan.Bukan hanya Nada yang terkejut, Serly pun turut terkejut dan kaget. Hanya saja dia tidak membantah atau melakukan protes. Perintah Ethan wajib dilaksanakan, apalagi Ethan memintanya kembali setelah menjelaskan pekerjaan apa yang harus dia lakukan dan menurutnya itu wajar.“Sayang, untuk apa kamu minta gelang seperti itu? Buang saja! Aku akan membelikanmu gelang yang lebih bagus dan bernilai,” ucap Ethan serasa tidak suka Nada menggunakan gelang benang karena menurutny itu gelang murahan.Setelah selesai sarapan dan meminta Serly kembali ke kota dengan alasan ada pekerjaan yang harus dia kerjakan, Ethan meminta Nada melepaskan dan membuang gelang itu.“Ethan, apa-apain sih? Ini, nih bagus.” Nada kesal saat Ethan berusaha
"Vidor, kamu lihat istriku?" Ethan mengedarkan pandang mencari Nada."Bukankah tadi bersamamu? Aku tidak melihatnya." Vidor pun akhirnya mengikuti jejak Ethan mengedarkan pandangnya juga."Ya. Tadi bersamaku, tapi dia pamit ke kamar mandi," jawabnya cemas."Sudah mencarinya ke kamar mandi?" Vidor pun turut cemas."Sudah, tapi setiap aku tanya orang yang baru keluar dari kamar mandi, mereka tidak melihatnya." Ethan semakin cemas."Sudah memeriksanya ke setiap pintu?" "Aku sudah melakukannya, Vidor. Bahkan sampai dicaci dan dimaki," jawab Ethan kesal.Malam ini dia membawa Nada makan malam di restauran di pinggir pantai. Dia pikir sudah mengirim Serly kembali dan memanipulasi kepergiannya ke Raja Ampat, makanya akan aman. Karena ingin menikmati waktu berdua sembari menikmati angin malam pantai, Vidor sengaja tidak gabung bersama mereka. Asistennya itu baru datang juga karena telah memiliki janji dengan temannya yang tinggal di kota itu.Nada berpamitan untuk ke kamar mandi. Awalnya Eth
"Benar, itu istriku," jawab Ethan.Meski dalam rekaman Nada menggunakan hoodie dengan kepala tertutup topi dan wajah tertunduk untuk memanipulasi, tapi Ethan masih bisa mengenalinya dengan baik.Dalam rekaman, tidak ada yang aneh bila dilihat dari cara Nada dan Serly berjalan. Keduanya tampil santai dan tenang. Bahkan tangan Serly berada di pinggang Nada seperti sedang menuntun dan menjaganya. Semua tampak biasa saja dan wajar. Sesaat Ethan merasa lega karena Nada bersama Serly."Vidor, hubungi Serly!" perintah Ethan."Baik."Vidor langsung mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Serly. Sekali, tidak terjawab. Dua kali, masih tidak ada jawaban. Tiga kali, Serly masih belum merespon. Vidor melayangkan pandang pada Ethan dan mereka saling bertukar pandang. Seperti ada aliran listrik yang menyatukan pemikiran kita. Keduanya langsung menyadari sesuatu."Bisa lebih fokuskan pada tangan wanita itu!" Ethan dan vidor merasa ada yang tidak beres pada istrinya. Mereka kembali memperhatikan
"Berikan ramuannya padaku! Aku tidak akan membiarkan wanita miskin ini melahirkan anak untuk Ethan dan mewarisi kekayaan keluarga Andrew."Mendengar perkataan dan suara ini, Nada yakin mengenali siapa mereka dan tidak salah lagi. Ingin memberontak dan melawan. Sayangnya, matanya masih tertutup, mulutnya masih disumpal dan tangannya terikat. Nada tidak bisa melakukan apa-apa selain mengerang menahan rasa sakit."Kamu yakin akan membunuh anak itu?" Suara yang lain terdengar ragu."Ya. Kemarin kita telah gagal dan wanita gila itu tidak bisa diandalkan. Bahkan bukan hanya anak dalam perutnya saja, tapi rasanya aku ingin membunuh wanita miskin ini juga.""Jangan bodoh! Bagaimana kalau Ethan tau kita telah menculik Nada menggunakan topeng wajah Serly?"Terdengar suara tawa membahana."Bodoh saja Serly itu! Dengan mudahnya diperdaya anak kecil. Katanya pengawal cerdas, tapi ada alat GPS dalam gelang benang itu saja dia tidak tau. Bahkan dengan bodohnya memberikan pada Nada." Erina tertawa m
"Bagaimana kondisinya?" Ethan datang terburu-buru dengsn wajah cemas."Masih ditangani oleh dokter di IGD."Tiga pria membuka jalan untuk Ethan. Mereka tidak berani memberi jawaban tentang kondisi Nada saat ini. Mereka takut Ethan naik pitam dan tidak bisa menahan kemarahannya.Seolah pertanyaannya hanya ala kadarnya dan formalitas saja, Ethan bahkan tidak menghentikan langkah cepat dan cemasnya dan terus berjalan dengan tergesa menuju ruang tindakan IGD di salah satu rumah sakit di Bali.Wajah tampannya dirundung kesedihan dan duka bercampur rasa marah dan bara api dendam yang siap membakar siapa pun yang menyinggung, terlebih orang-orang yang telah menyakiti dan menyentuh istrinya."Tuan, Anda tidak bisa masuk!" Seorang petugas medis menahan dan melarang langkah Ethan ketika dia hendak masuk ke ruang tindakan di mana Nada sedang ditangani dan diberikan pertolongan pertama."Yang di dalam itu istriku!" bentak Ethan bertambah marah.Nada suara tinggi dan menarik perhatian setiap oran
"Apa masih lama? Ini sudah lebih dari satu jam," ucap Ethan gusar menunggu."Tuan, duduklah sebentar!"Vidor pun ikut gusar. Bukan hanya memikirkan kondisi Nada saja, melainkan memikirkan dan mengkhawatirkan kondisi Ethan juga. Sejak Nada di bawa ke ruang operasi dan dilakukan operasi cyto, Ethan sama sekali belum duduk. Bahkan sejak mengetahui Nada diculik, dia sama sekali belum minum apalagi makan sesuatu."Bagaimana aku bisa duduk, Vidor? Di dalam sana istriku sedang berjuang antara hidup dan mati. Kamu minta aku duduk dan tenang?" pekik Ethan.Vidor terdiam mendapatkan kemarahan Ethan. Sakit hati? Tidak. Dia mengerti dan paham perasaan Ethan. Bila dia berada di posisi itu, bahkan Vidor tidak yakin bisa tetap berdiri dengan tegar. Bukannya marah atau menjauh, Vidor malah semakin mendekat dan memeluk Ethan."Percayalah pada cinta kalian!" lirih Vidor memberi semangat dan penghiburan. "Sejak mengenal Nada, aku tau dia bukan wanita lemah. Istrimu itu wanita kuat dan hebat. Pasti bisa
"Ethan, apa yang terjadi pada menantu papa?" Saat Ethan dan Vidor masih berbincang membicarakan masalah hukuman apa yang akan mereka berikan pada orang-orang yang membuat istrinya seperti itu, tiba-tiba Ethan dikejutkan oleh kedatangan Michael, papanya.Wajah Michael terlihat sangat cemas dan khawatir. Bahkan napasnya tersengal dan terengah seperti habis berlari kiloanmeter jauhnya.Tidak segera menjawab pertanyaan Michael, Ethan malah bingung, kaget dan bengong menatap Vidor. Semua jawaban atas pertanyaan dan rasa kagetnya ada pada Vidor."Aku yang menghubungi papamu," ucap Vidor mengaku.Ethan bernapas panjang. Dia tidak akan menyalahkan Vidor karena memang tidak salah apa yang telah dilakukannya. Bahkan karena panik dan kacau, dia sendiri tidak memikirkan untuk menghubungi papanya. Dan mungkin bila terjadi hal yang buruk pada Nada, dia akan disalahkan oleh papanya karena tidak memberi kabar."Ethan, apa yang terjadi pada menantu papa?"Michael masih penasaran karena Vidor tidak m
“Apa dia tidak mengatakan pada Papa?” Ethan kaget mendengar jawaban Michael.“Dia hanya ijin pergi dengan teman-temannya, tapi tidak bilang kalau mau ke luar kota sampai beberapa hari,” jawab Michael merasa telah diperdaya oleh Syahna. Dia merasa malu pada Ethan karena tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Bahkan istrinya sendiri pergi ke mana, dia juga tidak mengetahuinya. Erina pergi dan melakukan hal yang jahat pada menantunya pun, dia juga tidak mengetahuinya. Michael merasa gagal.Michael menjatuhkan diri dan duduk dengan lemah di samping Ethan. Kepalanya terasa pusing dan sakit. Dengan kedua tangan menyugar wajah, lalu menarik rambutnya sendiri, Michael duduk membungkuk merasa bersalah pada Ethan dan Nada.“Maafkan papa, Ethan! Papa tidak bisa menjaga kalian. Papa tidak bisa mendidik Erina dengan benar. Bahkan tidak bisa menuntun istri papa sendiri,” ucap Michael merasa bersalah dan tidak berdaya.Ethan menghela napas panjang melihat dan mendengar penyesalan dan rasa be