Nada sadar, untuk memindahkan Bethany ke rumah sakit yang lebih baik membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dia harus lebih giat mengumpulkan uang untuk hal itu. Saat berjalan pulang, Nada memutuskan kembali ke rumah Vincent. Dia ingin mencoba kembali uang yang telah mereka janjikan bila dia mau menikah dengan Ethan.
"Non Nada, tuan dan nyonya tidak ada di rumah. Begitu juga dengan non Danica," ucap asisten rumah tangga keluarga Vincent."Mereka ke mana, Bi?""Mereka pergi liburan ke luar negeri, Non. Bibi tidak tau kapan mereka kembali."Nada pergi meninggalkan rumah besar itu dengan langkah lesu dan sedih. Rasanya dia tidak bisa mengandalkan janji dari keluarga Vincent untuk mendapatkan uang banyak. Dia harus bekerja sendiri dan mengumpulkan lebih banyak lagi."Hai, Nona," sapa seorang wanita datang menghampiri Nada saat dia menunggu taksi.Nada menoleh dan memperhatikan wanita itu."Nona, aku ingin menawarkan kerja sama padamu dengan bayaran yang lumaya"Aku sudah memikirkan dan memutuskan untuk menyetujui perjanjian itu." Nada tidak mau menuruti perintah Ethan."Aku tidak akan membiarkan kamu melakukannya." Ethan semakin marah mendengar jawaban Nada."Aku tidak butuh persetujuan darimu.""Nada!" bentak Ethan.Garis kemarahannya semakin terlihat jelas. Ethan marah besar mendengar bantahan Nada untuk perintahnya. Kulit wajah Ethan yang sejatinya bersih, kini penuh dengan aura merah kemarahan. Sorot mata tajam bak elang siap menerkam mangsa menjurus lurus menembus manik mata Nada.Nada tidak pernah melihat kemarahan Ethan seperti itu semenjak mereka menikah dan tinggal bersama dan saat ini dia melihat sisi lain Ethan yang menakutkan. Tubuh Nada sebenarnya gemetar dan keberaniannya gentar, hanya saja dia berusaha untuk tenang.Nada duduk dengan kedua tangan saling meremas di atas pangkuannya. Setelah membantah dan mengamati wajah marah Ethan, Nada tertunduk sedih. Dadanya terasa sakit dan sesak. Ini kali pertam
"Kamu bisa mendapatkan pekerjaan lain yang lebih aman dan mungkin bisa menghasilkan uang lebih banyak dari jumlah yang dijanjikan perusahaan itu," sambung Ethan.Nada tersenyum getir dan mencibir perkataan Ethan."Kamu pikir mendapatkan uang itu mudah?" "Aku tidak berkata seperti itu, hanya saja aku tidak mau terjadi apa-apa padamu karena efek samping produk kecantikan yang belum memiliki izin resmi edarnya." Lagi-lagi senyum terukir dari bibir Nada, namun kali ini senyum itu sedikit lebar. Meski begitu, masih terasa getir. Seharusnya dia senang Ethan melarang karena dia perhatian dan demi kebaikannya, hanya saja saat ini yang dipikirkan Nada bukan tentang kesenangannya, melainkan kesembuhan Bethany."Kamu tenang saja! Aku tidak akan merepotkanmu bila hal buruk terjadi padaku. Ini tanggung jawabku penuh," ucap Nada tetap bertahan pada keputusannya.Ethan tidak habis pikir bila Nada juga memiliki sifat keras kepala. Kesabaran dan penekanan Ethan atas amarah
"Ethan, makanlah!" Nada meminta Ethan untuk segera sarapan, sedangkan dia sendiri sibuk memakai sepatu dan mempersiapkan diri untuk segera berangkat bekerja. Maklum, hari ini Nada bangun kesiangan karena semalaman dia tidak bisa tidur. Tangan dan gerakan Nada seperti angin berlalu, bergerak cepat dan cekatan seperti diburu setan.Saking sibuk dan terburu-buru, Nada tidak sadar kalau mata Ethan tidak berhenti memperhatikannya."Kamu tidak makan?" tanya Ethan saat melihat Nada sudah hampir selesai dengan persiapannya. "Tidak sempat. Aku bisa terlambat kalau harus sarapan dulu," jawab Nada. Sekali lagi dia tidak melihat ke arah Ethan, meski dia sedang berbicara dengan Ethan.Ethan tersenyum melihat kesibukan Nada. Dia pun bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekati Nada dan menyentuh kedua pundak Nada sehingga menimbulkan rasa kaget.Nada terkejut merasakan sentuhan lembut pada kedua pundaknya. Dengan gerakan lambat, namun pasti, wajahnya yang sejak tadi me
Tidak sampai satu minggu Nada telah menyelesaikan desainnya, hanya saja dia masih merasa ragu untuk mengirimkan hasil karyanya. Beberapa kali diamati hasil coretan tangannya."Menakjubkan!" Nada terkejut dan langsung menoleh ke belakang."Ethan?" Nada tidak tau kalau Ethan sejak tadi ikut memperhatikan desain di belakangnya.Sepulang ke rumah, awalnya Ethan ingin menyapa Nada saat melihat Nada duduk dengan serius. Hanya saja niat itu diurungkan ketika melihat apa yang sedang dilakukan Nada. Dia melihat Nada sangat serius memperhatikan hasil karyanya.Ethan melihat sekilas karya itu. Tidak disangka, dia pun jatuh cinta dengan desain perhiasan yang digambar oleh Nada. Diakui dalam hati, karya Nada menunjukkan sebuah karya seni yang tinggi. Hingga beberapa lama Nada tidak juga menyadari kehadirannya, Ethan baru mengutarakan kekaguman atas desain yang dihasilkan oleh Nada.Ethan berjalan memutar dan duduk di samping Nada. Tangannya refleks mengambil alih
"Apa yang kamu rencanakan dengan uang sebanyak itu?" Ethan penasaran dengan rencana Nada pada uangnya.Nada membalas tatapan Ethan. Dalam aura wajahnya tergambar kebahagiaan yang tidak terkira. Meski cenderung datar saat menanggapi pertanyaan Ethan, tapi nyatanya tergambar senyum bahagia di sana."Aku ingin menggunakan uang ini untuk pengobatan bibi Bethany," jawabnya. Kali ini wajah Nada menunjukkan semburat kesedihan saat menyebut penyakit Bethany. Rasanya kebahagiaan yang baru saja dirasakan hilang bila mengingat kondisi Bethany."Bibi Bethany?" Ethan bangkit dari baringnya, lalu duduk menghadap Nada dan memperhatikan dengan seksama.Dia sama sekali tidak mengetahui tentang orang yang disebut oleh Nada. Bahkan orang-orangnya pun tidak memberikan informasi tentang nama yang disebut Nada. Dia berpikir orang itu sangat berpengaruh dalam hidup Nada sehingga saat membicarakannya, wajah Nada berubah murung dan sedih."Dia yang mengasuh aku sejak kecil. Dia suda
"Apa aku tidak salah dengar?" Wajah Ethan menggelap.Ethan sama sekali tidak menyangka bila dalam toko pakaian milik keluarganya terselip pegawai yang tidak memiliki etika dan kesopanan sama sekali. Bahkan mereka tidak mengenali siapa yang sedang mereka hadapi saat ini.Ethan menahan gejolak kemarahan dalam diri. Bila bukan kerena sedang menyembunyikan identitasnya, sudah pasti pegawai yang telah merendahkan istrinya, pasti sudah dibabat habis olehnya. "Aku rasa telingamu tidak rusak, bukan? Kalau kamu punya uang, sebaiknya kamu pergi ke rumah sakit dan periksa telingamu!" Pria itu terus mengutarakan kata-kata yang membuat kemarahan Ethan semakin memuncak.Ethan menggepalkan tinjunya. Di dalam kepalanya itu telah menumpuk kemarahan yang siap meledak. Sorot matanya tajam penuh bara api. Ethan menekan dalam diri."Sebelum kami bertindak mengusir kalian dengan paksa dan memanggil satpam, sebaiknya kalian cepat pergi dari toko ini karena toko ini tidak melayani ora
"Oke, kamu yang memilih. Dalam waktu lima menit kamu tidak bisa membawa bos toko ini ke hadapanku, maka jangan menyesal kalau besok kalian kehilangan pekerjaan karena toko ini tutup," ucap Ethan dengan wajah serius."Kamu mengancam aku?" tantang manajer itu menyepelekan perintah Ethan.Kini giliran Ethan yang menunjukkan kekuasaannya. Salah satu sudut bibirnya tertarik tipis menanggapi bantahan pria itu. Ethan berjalan beberapa langkah mendekati pria itu. Bola matanya bergerak-gerak memperhatikan tubuh pria itu dengan tatapan dingin membekukan."Waktumu tinggal tiga menit lagi. Bila kamu tidak mau disalahkan oleh beberapa pegawai di sini karena mereka kehilangan pekerjaan, maka cepat panggil bosmu ke sini!" Bukan hanya serius dan bukan hanya suaranya yang penuh dengan aura mendominasi, tetapi lagak dan caranya bicara membuat manajer toko takut. Awalnya dia mengira ini hanya ancaman klasik untuk menakut-nakuti mereka, tapi saat melihat gaya dan aura Ethan, ketakutan
Ethan membalas. Tubuhnya condong ke arah Nada, bahkan lebih dekat lagi dan terlihat intim."Aku rasa dia hanya menjaga reputasi toko ini saja. Lihat saja di sekitar kita!" Ethan menuntun Nada untuk memperhatikan orang-orang di sekitar mereka menggunakan sorot matanya yang beredar. "Mereka memperhatikan semua kejadian ini, bukan? Tentu saja dia tidak mau orang-orang berpikir buruk tentang toko ini," sambungnya setelah yakin Nada mengikuti arah pandangnya."He'um." Nada mengangguk setuju dengan prediksi Ethan. Apa yang dikatakan Ethan benar, masih banyak orang yang memperhatikan mereka. "Seharusnya yang menjadi bos di toko ini kamu. Kamu lebih baik dari mereka," sambung Nada kembali berkata lirih pada Ethan.Ethan tersenyum mendengar pujian Nada karena memang dia adalah pemilik toko itu."Ini hanya trik," sahut Ethan."Meski kita miskin, jangan biarkan orang lain menganggap kita rendah!" sambungnya.Ethan dan Nada terus berbicara dan ngobrol dengan berbisi