Pagi ini Nada kembali bekerja. Jantungnya berdebar setelah kejadian semalam. Saat melintasi ruang kerja Eric, Nada berjalan sangat hati-hati. Dia tidak ingin melihat wajah pria itu. Hatinya masih marah dan kesal atas apa yang dilakukan Eric padanya. Eric sudah menipu dan menjebaknya.Nada berjalan cepat menuju ruang kerjanya setelah melintasi ruang kerja Eric dan yakin tidak akan bertemu dengan Eric. Dia tampak tergesa-gesa dan tidak tenang. Bahkan saat duduk pun, kegelisahan Nada terlihat oleh Indah, temannya."Nada, kamu sakit?" tanya Indah merasa khawatir melihat Nada gelisah.Nada menoleh ke arah Indah. "Ah, tidak." Nada meyakinkan Indah."Tapi wajahmu tampak pucat," ucap Indah tidak percaya.Nada langsung mengambil cermin kecil di dalam tasnya dan melihat pantulan wajahnya sendiri di dalam cermin. Dia tertawa kecil."Indah, aku lupa tidak pakai lipstik," ucapnya sembari tersenyum konyol.Karena buru-buru akibat bangun kesiangan, Nada lupa memoles lipstik pada bibirnya, tapi ada u
"Nada!"Nada menghentikan langkah ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Saat ini dia berjalan bersama Indah untuk pulang karena jam kantor telah usai. Nada dan Indah sama-sama menoleh ke belakang. Dilihatnya James berjalan ke arah mereka dengan langkah cepat."Nada, aku pulang duluan, ya?" ucap Indah tidak ingin menjadi obat nyamuk. Indah pikir James menyukai Nada dan dia tidak ingin menganggu mereka. Indah akan memberi kesempatan pada James untuk mendekati Nada."Indah!" panggil Nada, namun Indah tidak mengacuhkannya.Nada ingin mencegah dan menahan Indah, tapi temannya itu sudah lebih dulu berjalan meninggalkannya. Saat Nada memanggilnya, Indah bukannya berhenti, tapi malah mempercepat langkahnya setelah melambaikan tangan pada Nada.Nada mendengus pasrah dan akhirnya menunggu hingga langkah James sampai di depannya."Nada, aku dengar Eric ingin menjebak dan ingin mencelakaimu. Apa itu benar?" tanya James setelah berada di hadapan Nada.James bukan ketinggalan berita, hanya
"Ethan, terima kasih," ucap Nada menatap lekat penuh arti wajah Ethan.Ethan masih dengan sikap diamnya. Dia tertegun mendengar ucapan terima kasih dari Nada, namun sebenarnya bukan ucapan terima kasih yang membuatnya membeku, melainkan kedekatan dan jarak antara dirinya dan Nada yang membuat jantungnya berdegub cepat. Apalagi saat ini dirinya hanya menggunakan celana saja. Rasanya napas yang dihembuskan oleh Nada bisa dia rasakan menyapu pada kulit dadanya."Untuk apa?" tanya Ethan setelah tersadar dari lamunannya."Semuanya. Untuk semua yang telah kamu lakukan untukku," jawab Nada tulus."Bukankah sewajarnya sebagai suami melindungi istrinya dari pria nakal di luar sana?" Ethan mulai menggoda Nada.Entah kenapa setiap kali berhadapan dengan Nada, apalagi dengan jarak yang sangat dekat, naluri dan dorongan untuk menggoda Nada tiba-tiba muncul begitu saja bahkan terasa sangat kuat. Terlebih saat melihat wajah Nada dengan rona merah karena tersipu malu, rasan
Ethan semakin mengeratkan pelukannya dan menarik tubuh Nada rapat. Ada desiran darah yang sangat hebat dalam dirinya. Kelembutan bibir Nada membuat gairah mudanya langsung melonjak. Gairah Ethan membara seperti api yang berkobar sangat besar."Emmm ...." Terdengar lengkuhan keduanya di sela-sela pengambilan dan pengisian ulang oksigen ke dalam paru-paru mereka. Napas keduanya terdengar saling memburu. Berirama indah. Seolah enggan menyudahi manisnya madu, Ethan kembali melahap bibir Nada yang sempat terlepas karena mereka harus mengais oksigen agar tidak mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen dalam darah.Ethan tersenyum saat memberikan jeda. Dengan lembut pula jemarinya menyentuh wajah Nada. Mengusap sisa-sisa penyatuan mereka pada bibir Nada dengan ibu jari. Kedekatan yang terjadi hari ini membuat keduanya hanyut dalam perasaan nyaman dan bahagia."Manis sekali!" lirih Ethan menyapu lembut bibir Nada, lalu mengusap pipi mulusnya.Nada tersipu malu.
Setelah mengirim pesan balasan yang pertama untuk Nada, Ethan beranjak dari sofa dan pergi ke kamarnya. Tubuhnya terasa lengkeh oleh keringat sisa-sisa gym ditambah peluh sisa-sisa kisah asmara romantisnya bersama Nada yang berjalan seperti sinetron berseri, putus di jalan pas lagi tegang dan enak-enaknya. Ethan langsung melepas celana dan menyambar handuk. Tidak peduli betapa lelahnya dia, yang ada dalam pikirannya hanya gelombang rasa yang tidak juga mau pergi dari diri dan pikirannya. Ethan segera memutar kran air dan langsung mengguyur seluruh tubuhnya.Tubuhnya terasa lebih segar setelah mandi. Sembari mengeringkan rambut, Ethan kembali terkenang kejadian mesra dan panas antara dirinya dan Nada. Kenangan yang tidak akan pernah dilupakan oleh Ethan.Setiap mengingat kejadian mesra dan bagaimana Nada membalas setiap sentuhannya, bibir pria berwajah tampan itu mengembangkan senyum. Bahkan senyumnya lebih lebar dari saat dia memenangkan proyek besar. Ethan senyum-
"Berapa waktu yang mereka berikan?" tanya Nada. Dia menyakan berapa tenggang waktu yang diberikan oleh rumah sakit penyedia ginjal."Tidak lama, Nona. Hanya berapa hari karena bila dalam waktu yang mereka berikan dan tidak segera di ambil, maka akan diberikan pada pasien lain yang juga membutuhkan donor ginjal," jawab dr. hulk.Nada terdiam dan tampak berpikir. Dia merasa senang karena akhirnya Bethany mendapatkan donor ginjal yang cocok dengannya, namun dia juga merasa sedih dan bingung tentang biaya yang harus dibayarnya.Dia telah membayar sebagian dari nominal yang disebutkan. Artinya, Nada masih harus mencari sisanya. Saat ini dia tidak mempunyai uang lagi. Pembayaraan desain dari klien telah dibayarkan ke rumah sakit. Dia hanya memiliki sisa beberapa saja untuk makan sehari-hari."Baiklah, Dokter. Tolong jangan berikan ginjal itu pada orang lain! Aku akan mengusahakan sisa pembayarannya," ucap Nada. Dia berharap segera mendapatkan kekurangan uangnya.Setelah berbicara banyak hal
Sementara Nada terus berteriak di luar rumah, sedangkan di dalam rumah besar di lantai 2 ada seseorang yang merasakan kemarahan dan tidak tenang. Dolly yang sejak tadi mendengarkan dan mengintai Nada dari balik tirai yang disingkap sedikit merasa cemas dan gelisah. "Kurang ajar! Memangnya siapa dia berani mengancam aku begitu?" maki Dolly mendengar ancaman Nada padanya.Wajah Dolly merah padam menahan marah atas ancaman yang Nada teriakkan padanya. Dolly uring-uringan setiap kali mendengar teriakan Nada yang terus mengancamnya, apalagi membawa nama Ethan. Ada letupan dalam dirinya yang meledak dan tidak menyukai Nada membawa nama itu. Ada bagian dalam dirinya yang bergetar."Ini semua gara-gara kamu. Coba kalau kamu membiarkan aku memberikan uang itu padanya, dia tidak akan mengancam kita seperti itu." Vincent menyalahkan istrinya, Dolly. "Sekarang dia kembali untuk menagih janji kita. Malah melakukan ancaman pada kita," sambung Vincent merasa kesal pada Dolly, istrinya."Kenapa kamu
"Berikan uang itu padaku atau kalian akan tanggung akibatnya setelah Ethan tau kalau kalian telah menipunya!" ucap Nada dingin.Mendangar nama Ethan dan ancaman yang sama, Dolly tidak dapat menahan kemarahannya. Dia juga tidak bisa bertahan dengan keputusannya untuk tidak memberikan uang itu pada Nada. Setiap kali mendengar nama Ethan, selalu saja ada getaran hebat dalam dirinya. Getar ketakutan dan rasa khawatir."Kamu-" Dolly geram.Wanita itu memutar tubuh kasar dan cepat, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Dia mengambil uang yang diminta oleh Nada dan sebuah tas lusuh, lalu memasukkan uang itu ke dalamnya. Dia kembali menemui Nada."Ambil ini, Bocah serakah!" marah Dolly sembari melemparkan uang dan tas lusuh pada Nada. Setelah melemparkan uang itu ke bawa, Dolly langsung pergi karena kesal.Lembaran uang kertas itu tabur saat Dolly melemparkan ke bawah. Meski harus mendapatkan penghinaan, Nada tidak peduli. Yang terpenting baginya adalah uang untuk biaya op