"Apa kamu tidak mau menemuinya dan mengatakan sesuatu sebelum dia menjalani operasi?" Nada tercengang, terdiam. Kata-kata Ethan, meski tidak mengatakan secara langsung, namun dia langsung mengerti apa arti semuanya itu."Tapi dokter bilang, ginjal itu telah diberikan pada orang lain." Nada berusaha untuk tidak terlalu berharap apa yang dia pikirkan tentang kata-kata Ethan benar. Mungkin yang dimaksud Ethan adalah orang lain atau mungkin keluarga Ethan yang akan melakukan operasi. Kerena Ethan belum memperkenalkan pada keluarganya, maka dia berpikir Ethan akan memperkenalnya sekarang."Orang itu, aku," ucap Ethan. "Dan hari ini rencana operasinya," sambungnya.Nada semakin terkejut dan kaget. Matanya semakin membulat sempurna. Dia sama sekali tidak menyangka bila Ethan melakukan hal itu semua lebih cepat dibanding dirinya. Padahal baru tadi Nada menceritakan tentang Bethany, tapi ternyata Ethan sudah mengetahuinya lebih dahulu, bahkan membayarnya."Ethan, kamu tidak bercanda, bukan?"
"Ethan, aku-" Nada mendorong pelan wajah Ethan menjauh dari wajahnya setelah merasa kehabisan stok oksigen dalam paru-parunya. Awalnya Nada menikmati setiap sentuhan yang Ethan berikan padanya, tapi saat merasakan sentuhan lembut pada satu sisi tubuh sensitive yang lain, tiba-tiba Nada merasa ngeri dan refleks mendorong Ethan."Kenapa?" Tatapan yang lembut penuh cinta dilayangkan pria berwajah tampan, Ethan. Seperti tidak rela kesenangannya terhenti, jemarinya menyapu lembut bibir basah Nada.Ada keraguan dalam sorot mata Nada saat menembus manik mata Ethan dan itu dirasakan oleh Ethan. Hanya saja dia ingin mendengar sendiri dari bibir Nada."Nada, apa kamu meragukan aku?" Ethan merasa Nada meragukan cintanya.Nada tidak segera menjawab. Dia sendiri bingung harus berkata apa. Dia takut melukai hati Ethan dan juga hatinya. Masih dengan tangan melingkar pada tubuh Ethan, Nada terdiam kaku.Tidak dapat dipungkiri, memang ada keraguan dalam hatinya. Bukan tidak ingin menyerahkan mahkotan
"Lain kali aku tidak mau lagi mandi denganmu, Ethan," kesal Nada sembari memeluk dirinya sendiri.Nada duduk di atas tempat tidur dengan rambut dibungkus handuk, tubuhnya pun dibungkus rapat oleh selimut tebal. Tidak sedikitpun bagian tubuhnya terlihat, kecuali wajah. Meski begitu, dia masih merasa kedinginan karena Ethan baru saja membawanya keluar dari kamar mandi setelah pria itu hampir tiga puluh menit mengurungnya di dalam kamar mandi. Ups! Bukan mengurung, tapi lebih tepat memanjakannya. Maklumlah, meski pernikahan mereka sudah berlangsung cukup lama dan bisa dikatakan bukan pengantin baru lagi, tapi baru malam ini Ethan belah duren. Jadi, wajar saja kalau Ethan tidak bisa menahan diri untuk kembali mengarungi lautan cinta mereka."Sayang, jangan katakan seperti itu!"Ethan berjalan mendekati Nada. Dia bukan tidak bertanggung jawab dan membiarkan istrinya kedinginan. Justru karena dia tidak mau istrinya kedinginan terlalu lama, makanya setelah membopong Nada keluar dari kamar m
"Ethan, jangan lakukan ini! Jangan ganggu aku!" Nada kaget ketika tiba-tiba Ethan memeluk pinggangnya dari belakang dan langsung meletakkan dagu di atas pundak di saat dia sedang memotong sayuran untuk sarapan pagi ini. Dia kesal karena Ethan mengejutkannya dan jarinya hampir terpotong, namun bahagia juga karena mendapat sapaan pagi dengan peluk dan cium dari suami tercinta."Lepaskan, Ethan!" Nada berusaha melepaskan tangan Ethan dari perutnya."Biarkan begini, Sayang. Aku merindukanmu," lirih Ethan dengan malas. Matanya terpejam."Aku tidak bisa masak kalau kamu begini.""Bisa. Anggap saja aku tidak ada!" Lagi-lagi Ethan berkata seperti orang ngelindur saat tidur.Nada mendengus panjang. Percuma mengusir dan bicara pada suaminya yang sedang manja-manjanya karena bisa dikatakan kehidupan mereka beberapa hari ini seperti pengantin baru yang baru menikah, mereka sedang kasmaran. Jadi, tidak mungkin Nada marah dengan sikap dan tingkah Ethan.Pagi yang sangat indah untuk pasangan muda
"Ethan, apa aku terlihat cantik?" Nada tidak percaya diri dan sangat gugup. Dia berdiri di depan cermin besar sembari memperhatikan dirinya sendiri.Casual bodycon dress tanpa lengan, dengan salah satu bagian pundaknya terbuka yang dipakai Nada malam ini jelas semakin memperindah lekuk tubuhnya, terlebih warnanya yang gelap berpadu dengan warna kulit Nada yang mulus dan bersih membuat pesonanya terpancar. Dress panjang dengan belahan hingga setengah paha memperlihatkan kaki jenjangnya yang menawan. Dipadu dengan high heels yang memiliki warna senada dan memperlihatkan jemari indah kaki Nada semakin membuat Nada tampil sangat cantik dan anggun. Ethan yang juga sedang merapikan penampilannya, saat mendengar pertanyaan istrinya, pria itu langsung menoleh dan berjalan mendekat. Dengan lembut menyentuh kedua sisi pundak Nada, lalu membawanya berputar saling berhadapan.Aura kecantikan Nada mampu menghipnotis Ethan. Dipadu dengan rambut halusnya dibiarkan tergerai dengan ujung sedikit ber
"Kak, aku tidak bermaksud seperti itu." Erina bangun dari duduknya, mendekati Ethan dan bergelayut manja pada lengan Ethan."Jangan panggil aku kakak kalau kamu tidak bisa menghargai Nada sebagai istriku!" Ethan dengan tegas menepis tangan Erina."Kak!" Erina terkejut mendapat penolakan Ethan. Wajahnya cemberut dengan tatapan kesal. Sayangnya, espresi yang dia pikir imut dan dapat meluluhkan hati Ethan sama sekali tidak berlaku saat ini. Setelah menepis tangannya, Ethan segera mengajak Nada duduk. Saat Ethan menarik kursi untuk Nada, tiba-tiba ...."Aku mau duduk di sini." Tiba-tiba Erina kembali membuat ulah. Melihat Ethan menuntun Nada duduk di depan tempat dia duduk tadi, Erina langsung menyerobot dan duduk di sana. Padahal dia sudah memiliki tempat duduk sendiri, di samping Syahna, mamanya.Erina melakukan itu karena dia ingin duduk di samping Ethan, karena bagaimanapun Ethan pasti duduk di dekat Michael. Dia tidak mau Nada duduk di samping Ethan, dia tidak menyukai Nada.Melih
"Kak, aku ikut kalian," ucap Erina menyusul langkah Ethan dan Nada.Ethan dan Nada tercengang. Keduanya menghentikan langkah, lalu saling beradu pandang mendengar permintaan Erina saat mereka hendak pulang. Apa yang dipikirkan Ethan tidak jauh beda dengan apa yang dipikirkan Nada. Mereka sama-sama geram dengan tingkah Erina selama mereka makan."Apa aku tidak salah dengar?" Ethan mencondongkan tubuh ke arah Erina."Tidak, Kak." Erina kembali mendekati Ethan dan lagi-lagi melingkarkan tangannya pada lengan Ethan, padahal sudah ada tangan Nada di sana, tetapi Erina menyingkirkan tangan Nada dan mengganti dengan tangannya."Aku ingin menginap di rumahmu," sambungnya dengan ekspresi manja.Ethan segera menepis dan melepaskan tangannya. Kembali meraih tangan Nada dan menggenggamnya."Apa kamu tidak memandang istriku?" tanyanya sembari melihat Nada dan tersenyum tipis."Hanya menginap saja. Bukankah kita adik kakak? Kenapa aku harus izin padanya?" Erina menunjukkan ekspresi tidak suka pada
"Ethan, buruan bangun!" Nada mengguncang tubuh Ethan."Bentar lagi, Sayang.""Ethan, ini sudah siang. Kita harus segera pulang. Aku harus kerja." Nada merasa tidak tenang karena hari sudah mulai siang dan dia akan terlambat datang ke perusahaan.Ethan yang masih meringkuk dalam selimut tebal membuka mata mendengar alasan Nada atas kecemasannya, lalu memandangi wajah istrinya dengan beku. Sesaat kemudian senyum manis mengembang pada bibirnya. Tanpa berkata-kata, Ethan mengulurkan tangan dan menarik Nada hingga jatuh di atas tubuhnya. Dengan erat Ethan memeluk dan mengunci pinggang Nada."Ethan, lepaskan!" Nada memberontak."Sayang, hari ini tidak perlu bekerja," ucap Ethan dengan suara lembut."Tidak bisa, Ethan. Kalau aku tidak bekerja, maka perusahaan akan memotong gajiku."Mata Ethan membuka lebar mendengar jawaban istrinya. Memang benar apa yang dikatakan Nada, di perusahaannya memang menerapkan aturan itu. Setiap karyawan yang tidak masuk kerja dadakan atau izin tidak jelas di lua