Selesai menghabiskan sarapannya, Mayumi menyusul Tuannya di lantai atas. Mayumi memang cukup heran karena para pelayan menyambutnya seperti Nyonya saja di sini, tapi Mayumi tidak mau terlalu berpikir jauh. Sampai di depan kamar Frans, Mayumi mengetuk lebih dulu seperti biasanya sebelum masuk. Frans tidak membukakan pintu melainkan menyahut dari dalam sana.Masumi menekan knop pintu ke bawah dan pintu pun terbuka. Saat Mayumi masuk, Frans terlihat sedang berdiri di depan lemari. Ia ke luarkan semua isinya dan sudah menumpuk di atas lantai.“Tuan, kenapa pakaiannya dikeluarkan?” tanya Mayumi.“Dari pada kamu bertanya lebih baik membantuku memasukkan baju-baju itu ke dalam kardus.”Pandangan Mayumi menoleh mengikuti ke mana arah mata Frans mengarah. Di sana, tepatnya di samping meja sofa, ada satu kardus berukuran besar.“Ambil dan bawa ke sini”Mayumi menurut saja. Ia angkat kardus itu lalu ia letakkan di samping baju-baju yang sudah berserakan di atas lantai. Mayumi masih bingun
Selama di rumah besar ini, suasana hati Mayumi jadi tidak nyaman. Dia terus saja membayangkan saat-saat di mana Frans bercinta dengan para wanitanya. Frans sangat tampan, sudah pasti memiliki banyak mantan dalam hidupnya. Mayumi sudah beberapa kali berdecak dan itu membuatnya semakin merasa kesal. Dia bersikap tenang, tapi tetap saja otaknya tidak mau diajak bekerja sama. Di sini hal itu memang lumrah, tapi tetap saja Mayumi merasa tidak ikhlas. Why? Mungkin saja Mayumi merasa minder dengan dirinya.“Apa aku benar-benar sudah mencintainya?” gumam Mayumi.Ketika kemarin melihat Grace masuk ke dalam kamar Frans, hati Mayumi sungguh terasa sakit. Ada rasa kesal dan tidak terima, apa lagi melihat bagaimana watak Grace yang sangat judes dan semaunya. Tidak berbeda jauh dengan kekasih Drako yang bernama Jessy. Wanita bernama Jessy bahkan bukan wanita baik-baik.“Aaih! Kupikir tidak ada orang baik di dalam rumah itu!” decak Mayumi sambil menjitak kepalanya sendiri. “Mereka semua memiliki
Tamu sudah mulai berdatangan menghadiri pesta. Mereka yang hadir hampir semua datang bersama pasangannya masing-masing. Tentu saja, karena mereka lebih banyak dari kalangan sahabat dan teman bisnis Tuan Jeff dan Nona Sarah. Ada beberapa anak muda yang tidak lain para karyawan kantor. Jika sudah hadir semua, kemungkinan ada sekitar tiga ratus tamu yang datang. Rumah mewah ini kini begitu terlihat sangat ramai dan mulai sesak. Untungnya rumah begitu luas dan masih mudah untuk berhalu lalang, karena memang pusat pesat ada pada dua ruangan. Mulai dari ruangan tengah hingga terbuka lebar sampai ke ruang taman belakang.Kursi dan meja sudah tertata dengan rapi, menu makanan juga sudah tersaji di meja Panjang beserta beberapa pilihan minuman dan di meja dekat tempat utama, sebuah roti besar bertengger di atasnya. Roti besar yang sudah dihias secantik mungkin dengan tulisan Happy Anniversary yang ke 45 tahun.Tuan dan Nyonya besar belum muncul, mereka masih bersiap-siap di kamarnya. Lalu, p
Mayumi kembali sambil membawa nampan dengan gelas berkaki berisi minuman. Dia membawanya pada tamu yang sampai saat ini masih mengobrol dengan tuan rumah. Sementara Grace dan Frans, Mayumi tidak melihatnya. Mungkin mereka sedang menghabiskan waktu berdua di tempat lain, begitu pikir Mayumi.“Menurutmu apa Frans dan Grace akan menikah?” tanya Jessy yang masih duduk bersama Drako.“Aku tidak tahu.”“Sepertinya Frans memang tidak mencintai Grace sama sekali,” ucap Jessy lagi. “Aku rasa Frans masih belum bisa melupakan Rose.”Drako masih mencoba untuk tidak peduli dengan kalimat itu. Tidak jauh di sampingnya, Rachel ikut bicara. Wanita itu meneguk lebih dulu minumannya.“Cinta pertama memang terkadang sangat sulit untuk dilupakan.”“Benar juga,” sahut Jessy. “Rose itu cinta pertama Frans, tapi malan Rose lebih mencintai kamu.” Tatapan Jessy kini mengarah pada Drako yang masih terdiam acuh.“Kamu sedang tidak berniat berselingkuh dari Jessy kan?” tanya Rachel dengan nada menyelidik.
Mayumi merentangkan kedua tangannya sambil menguap. Dia kemudian mengerjap-ngerjapkan kedua matanya sebelum akhirnya membelalak dan spontan terduduk.“Astaga!” dengan cepat Mayumi kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang ternyata polos tidak berpakaian.“Apa yang sudah terjadi?” pekik Mayumi kemudian. Mayumi menyapu mengangkat selimut dan menundukkan kepala masuk ke dalam selimut. Benar, dirinya tidak memakai apa pun sekarang.“Semalam ….” Mayumi terbengong seraya mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.“Kamu sudah bangun?”Mayumi kembali terperanjat mendengar suara dari arah kamar mandi. Frans muncul dari dalam sana hanya mengenakan handuk yang melingkar pada pinggangnya seperti biasa. Mayumi sudah tidak terlalu kaget, tapi saat ini kondisinya sedang berbeda. Di sini, di atas ranjang Mayumi hanya tertutup selimut.“Tu-Tuan ….”Frans melempar handuk satunya ke arah keranjang yang ada di dekat pintu kamar mandi. “Tidak usah khawatir. Semalam, Emely yang membantu ka
“Kenapa wajahmu berubah kusut begitu tadi?” tanya Jessy.Drako diam saja dan masih focus menyetir. Meski begitu, sebenarnya pikiran dia sedang terbang entah ke mana. “Apa kamu cemburu melihat Frans dengan pelayan itu?” tanya Jessy lagi.Drako menoleh sekilas. “Apa maksud kamu? Aku sedang tidak mood untuk bicara hal yang tidak penting sekarang.”Jessy tersenyum miring kemudian mencangklong tasnya. Dia menoleh ke arah Drako dan menatapnya datar. “Aku tahu seperti apa kamu, Drako. Kamu akan coba mengambil apa yang menjadi milik Frans.”Drako menelan ludah tapi tetap mencoba tenang dan seolah tidak peduli. Dan Ketika mobil sudah menepi dan Jessy sudah turun, Drako kembali melaju tanpa mengucapkan kalimat sepatah pun.“Brengsek!” umpat Jessy sambil menendang jalan beraspal. “Apa istimewanya pelayan itu sampai kamu juga mau mengambilnya?”Jessy sudah terlalu dibuat kesal hari ini. Kelakuan dan sikap Drako benar-benar sudah membuatnya ingin menyerah saja. Mencintai orang yang tidak b
Saking kesal dan kecewanya melihat sang suami bercinta dengan Wanita lain, Rachel langsung berlari ke luar meninggalkan hotel. Dia bahkan sampai melupakan teman kencannya sendiri. Perlakuan sama, tapi terkadang tidak ada yang mau disalahkan. Andai kata Johny tahi sang istri juga sedang berkencan, tentu ia akan marah, tapi sayangnya nasib sial malah menimpanya.Jessy yang masih di dalam kamar hotel, sudah kembali memakai pakaiannya. Dia menata rambutnya yang berantakan di depan cermin. Sudah sedari tadi ia mengomel tanpa ada lawan bicaranya sejak ditinggal begitu saja oleh Johny. Tadi pria tolol itu berlari hanya memakai celana kolor, lalu kembali dan memakai pakaiannya lalu pergi begitu saja.“Aku malah senang karena akhirnya Bibi Rachel tahu. Biar para lelaki itu bisa memutuskan akan memilih aku atau tidak.”Setelah tampilannya sudah kembali rapi, barulah Jessy meninggalkan kamar tersebut. Entah ke mana dia akan pergi, mungkin menuju restoran untuk makan siang.“Brengsek kamu!” s
Sekitar pukul Sembilan pagi—saat rumah kosong—Sarah menemui Mayumi. Sarah mengajak Mayumi mengobrol di taman belakang karena kebetulan memang Mayumi sedang ada di sana menyapu dan merapikan tanaman.“Aku tidak mengganggumu, kan?”Mayumi tidak keberatan, tapi ia hanya merasa gugup sekarang. Tidak perlu bertanya, Mayumi tahu apa yang pasti akan dibicarakan Nyonya besarnya itu. Intinya Mayumi tidak bisa menghindar sekarang.“Tidak, Nyonya.” Mayumi membungkuk sopan masih sambil memegangi sapunya.“Kemari sebentar.” Sarah melambai satu tangan, lalu menepuk kursi kosong di sampingnya. “Aku ingin bicara dengan kamu.”Mayumi menelan ludah. Wajah ramah Nyonya besarnya itu tampak begitu serius. Mayumi meletakan sapu dan gunting tanaman di tempat semula ia berdiri lalu melangkah mendekat. Mayumi tidak duduk di kursi, melainkan di atas rerumputan.“Duduk saja di atas,” ucap Sarah.Mayumi tersenyum. “Tidak, Nyonya. Akan tidak sopan kalau aku duduk sejajar dengan majikanku. Tidak enak diliha