"Mas. Siang ini aku diajak Mamah makan siang bareng lagi," ucap Lila di sela-sela bekerja.David mendongak untuk menatap wajah sang istri. "Kau nampaknya terlalu nyaman dengan Mamah, ya? Apa yang kau rencanakan?" tanya pria itu seolah memberikan tuduhan."Ya ampun, Mas. Aku tidak punya rencana apa- apa. Aku hanya diajak makan siang, nggak ada niat buruk di balik itu," sahut Lila membela diri sambil melanjutkan pekerjaannya, berusaha meredam kekesalannya atas tuduhan yang dibuat oleh David.Wanita cantik itu tentu saja tak terima dituduh macam- macam oleh suaminya. Padahal nyatanya yang mendekati lebih dulu adalah Helena. Sang ibu mertua yang kini berbalik membela dan membanggakan dirinya.'Apa aku seharusnya menolak? Lagian nggak ada yang aneh dengan makan siang bersama ibu mertua. Kenapa Mas begitu mencurigai ku?' gumam Lila dalam hati, berusaha mencari alasan di balik sikap suaminya yang sedikit aneh dan seolah mengekang dirinya.'Apakah Mas David salah paham? Atau ada hal lain yang
Saat itu, David, Lila, dan Helena sedang menikmati makan siang bersama dengan penuh kehangatan. Namun hanya David yang diam dan memilih menyimak pembicaraan antara istri dan sang ibu.Suasana yang damai dan akrab membuat Helena dan Lila saling asyik mengobrol dan bercanda satu sama lain. Mereka bahkan lupa akan lingkungan di sekitar mereka.Namun, di balik pemandangan harmonis itu, ada sepasang mata cantik yang diam-diam mengawasi. Tersembunyi di sudut restoran, Tiara dengan kedua matanya terus melihat keluarga kecil David tanpa disadari oleh mereka.Tatapan matanya menyorot tajam antara iri dan tidak suka. 'Mengapa mereka bisa begitu bahagia? Mengapa kebahagiaan itu tidak bisa aku rasakan juga? Lilara ... Ini semua gara-gara pembantu seperti mu,' batin Tiara. Tanpa sadar, bibirnya melengkungkan senyuman sinis saat dia membayangkan bagaimana kalau hubungan keluarga itu hancur.'Silakan nikmati kebahagiaan kalian. Gara-gara kamu, David, aku jadi tidak bebas berherak. Aku tidak akan dia
Saat ini, Lila duduk dengan tenang di kursi kerjanya, merasakan aroma lembut dari pengharum ruangan otomatis yang menenangkan perasaannya. Dengan lembut dia memegang perutnya yang masih hamil muda, wanita itu pun merenung sejenak.Baru saja Lila menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh David, sang suamid, ia mulai menyadari ada yang ganjil. Dia menatap kembali tumpukan dokumen yang tak setebal sebelum dia hamil.'Entah perasaanku atau memang pekerjaanku tidak banyak setelah aku kembali dari izin sakit waktu itu?' Dia bertanya-tanya dalam hati. Tidak biasanya pekerjaan Lila tak ada setengah dari pekerjaan biasanya seperti sekarang. Sebagai seorang istri, Lila tentu merasa bersyukur jika David benar- benar peduli pada dirinya dan janin yang dikandungnya. Namun, Lila tak mau terlalu senang akan hal ini. Dia tahu bahwa David sengaja mengurangi pekerjaannya karena kehamilannya saja. Pria itu hanya ingin anak di dalam rahimnya baik-baik saja, tanpa peduli dengan wanita yang sedang menga
Lila pergi makan siang bersama ibu mertuanya, Helena. Dia merasa sedikit lega meninggalkan suaminya. Pria itu tak dapat ikut karena harus segera menghadiri rapat penting ditemani oleh Farhan, asisten kepercayaannya."Setidaknya kamu harus istirahat, Lil. David kan menyayangimu," ucap Helena dengan senyuman.Kedua wanita berbeda usia itu duduk saling berhadapan di sebuah meja restoran langganan mereka. Keduanya sangat suka menikmati suasana hangat dan menyenangkan. Seiring suasana damai yang tenang, mereka menyantap hidangan lezat sambil terlibat dalam percakapan yang akrab dan hangat antara ibu dan anak."Mah ... Sungguh, aku bersyukur memiliki ibu mertua seperti Mamah. Aku jadi berasa memiliki ibu lagi ...." gumam Lila memandang Helena dengan penuh penghormatan."Mamah juga bersyukur David menikahimu dari pada wanita lain yang hanya mengincar harta saja," sahut Helena.Saat pasangan ibu dan menantu itu sedang berbincang hangat sembari makan siang. Sementara itu, tepatnya di sebuah ka
Mobil yang dipinjam Tiara segera tiba di depan restoran tempat Helena dan Lila berada. Wanita cantik itu bisa saja turun dari mobil dan menemui keduanya, namun Tiara memilih untuk menunggu mereka dari jarak yang aman. Rasa benci bercampur gugup makin membuncah dalam dadanya, tetapi keinginannya untuk melihat nasib sial Helena dan Lila lebih kuat. Tiara pun mengirim pesan pada salah satu pelayan restoran agar memberikan informasi mengenai keberadaan Helena dan Lila. Setidaknya dia tidak terlambat. [Tiara: Apakah mereka masih di sana?] [Xxx: Ya. Nyonya Helena dan menantunya masih di sini.] [Tiara: Kalau begitu kabari aku jika mereka sudah mau keluar.] [Xxx: Baik, Nona Tiara.] Kini setelah mendapatkan informasi bahwa keduanya masih berada di dalam restoran, Tiara memutuskan untuk bersabar menunggu di tempat parkir restoran dan tak jauh mobilnya berada di dekat pintu masuk. Wanita itu membetulkan topinya agar wajahnya tersembunyi. Dia bergumam sembari terus mengawasi pintu ma
"Ya Tuhan ... Tolong selamatkan putri dan cucuku ...." gumam Helena dengan penuh harap. Wanita itu sedang menahan tangisannya karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada Lila dan bayi yang dikandungnya. 'Demi Tuhan, aku sangat menyesal, Lila,' bisik Helena dalam hatinya, 'Jika bukan karena menyelamatkan aku, kamu tidak akan terluka seperti ini ....' Mata Helena berkaca-kaca menahan air mata yang hendak jatuh. Dia tidak mampu membendung rasa bersalah yang sangat dalam. Sang menantu telah mengorbankan diri demi menyelamatkannya. "Seandainya saja aku lebih berhati-hati tadi, hal seperti ini tidak akan terjadi ...." cicit Helena lirih sembari masih terus memeluk menantunya. Mobil segera memasuki halaman rumah sakit. Sopir pribadi keluarga Alexander mengantarkan sampai di depan ruang IGD. Lila pun segera ditangani oleh tenaga medis yang sedang bertugas. Gegas tubuh wanita itu dibawa masuk ke dalam ruangan dan Helena hanya bisa menunggu sembari menahan tangisannya agar tida
Saat lampu sudah menyala hijau, lagi-lagi David membunyikan klaksonnya dengan tidak sabaran. Baru setelah kendaraan di depannya mulai melaju, dia baru bisa ikut melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah sakit. "Sial ... Kenapa perasaanku tidak tenang? Padahal dia hanya istri kontrakku. Apa yang terjadi padaku?" gumam David di tengah- tengah kekhawatirannya.Beruntung jarak kantornya dengan rumah sakit tidak begitu jauh. David kini tiba di rumah sakit dan segera memarkirkan mobilnya.Jas yang dia kenakan sudah dia lepas dan tampaklah David yang mengenakan kemeja navy. Pria itu kembali berlari menuju ke ruang operasi yang dibicarakan sang ibu. Perasaannya berkecamuk saat ini membayangkan apa yang sebenarnya terjadi pada sang istri dan ibunya."Mah!" David memanggil sang ibu ketika sudah tiba di depan ruang operasi.Helena menoleh dan mendapati putranya baru datang. Rambut David benar-benar acak-acakan tak seperti dirinya. Bahkan dasi hitam sudah tak benar pada posisinya."David!" Helen
Beberapa jam berlalu, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang operasi dan memberi kabar tentang Lila."Dokter!" seru Helena memanggil dokter pria tersebut. "Bagaimana keadaan menantu saya?""Nona Lilara akan kami pindahkan ke ruang rawat inap," ujar dokter tersebut.David menghela napas lega ketika dokter mengatakan bahwa Lila berhasil dibawa ke ruang rawat inap."Akan tetapi maaf ...." Sang dokter pria menarik napas sebelum memberi tahukan sebuah berita.Helena dan David pun menatap ke arahnya, menunggu jawaban yang membuat keduanya kembali tak tenang."Ke-kenapa minta maaf, Dok?" tanya Helena."Sekali lagi, Maaf, Nyonya, Tuan. Meski Nona Lilara selamat, tapi kami tidak bisa menyelamatkan janin dalam kandungannya. Nona Lilara mengalami keguguran karena pendarahan hebat yang dialaminya," jelas dokter tersebut dengan hati-hati."Ya Tuhan ...." Helena terduduk di kursi tunggu.Ternyata, kelegaan itu tak bertahan lama ketika dokter menjelaskan bahwa Lila mengalami keguguran karena jatu