Share

14

Papa membawaku ke kamarnya yang berada di dekat ruang keluarga. Dia membukakan pintu dan memapahku hingga ke tepian ranjangnya yang besar bersprei warna marun tersebut. Aku terkesiap saat lelaki itu menyuruhku untuk beristirahat sejenak di dalam kamarnya yang luas.

            “Silakan kamu istirahat. Luka di wajahmu banyak. Lehermu juga tampak memar. Aku ambilkan obat dulu di belakang. Kamu tunggu di sini.” Sosok Papa terlihat lebih tenang ketimbang waktu aku datang barusan. Tak ada lagi mimik muntab dan nada yang kasar. Entah mengapa aku langsung merasa nyaman dan tak takut sama sekali untuk rebah di atas kasurnya.

            Papa lalu keluar dari kamar dan menutup kembali daun pintu. Saat itulah mataku menyapu ke seluruh bagian kamar yang ukurannya bahkan lebih besar dari kamar kami di rumah milik Mas Haris. Kamar ini dilengkapi dengan lemari pa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status