"A-aku ... ""Tentu saja kami tau dari Mbak Ambar!" celetuk si kembar Joko dan Juki memotong perkataan Marsodi dengan entengnya."Jika bukan karena dia yang memberi kabar, mana mungkin kita bisa tau bahwa kakek sedang kritis!" imbuh Santo."Oh!"Tanggapan Junaedi singkat sembari menaikkan salah satu ujung bibirnya. Gelagat Marsodi menunjukkan bahwa mereka sekeluarga memiliki andil pada kejadian semalam."Jika di rumahmu sedang ada teror, bukankah berarti lebih aman menempatkan kakek di rumah kami saja daripada di rumahmu, Junaedi?" ujar Mejo berpendapat.Wito pun mengangguk setuju dengan pendapat putranya."Aku tidak masalah di manapun kakek berada. Tapi, ehem. Apa kalian nggak keberatan kalau aku bakal sering singgah di rumah kalian?" tanya Junaedi memastikan. Dia sangat paham bahwa dulu, Karso sekeluarga sangat tidak menyukainya."Huh!" Susi mendengus melirik kerabatnya satu per satu. Wanita itu benar-benar tahu siapa saja yang tulus merawat Kakek Sutejo. "Apapun yang terbaik untuk
Mata Junaedi membulat, lalu tiba-tiba tertawa puas setelah melihat selembar kertas itu."Darimana kamu mendapatkan ini?" tanya pria itu kepada asistennya."Saya hanya beruntung. Nyonya Ambar begitu ceroboh. Dia tidak menyadari selembar kertas penting jatuh di bawah meja kerjanya."Selembar kertas yang ditemukan Jamelah adalah berkas perjanjian lima restoran milik Bambang Sutejo yang diambil alih oleh Ambar. Dalam kertas itu tertulis bahwa, Ambar menjadi pemilik yang sah dan memiliki hak penuh untuk mengelola lima restoran tersebut. Yaitu:1. Rumah Makan Bi-Sa Muah (Bihun sayap ayam kuah) yang terletak di belakang tanggul pertigaan Jembatan Jengkol.2. Kedai Ru-Bah Salala (Rujak buah dan salad) yang terletak di dekat Lapangan Sitimarini.3. Kedai Do-Sa Saya (Donat sayur saus ayam) yang terletak di Pasar Papalala.4. Rumah Makan Te-Bing Joss (Sate kambing Joss) yang terletak di depan stasiun.5. Restoran MiNTa SaWah (Mie ndog tahu sayur kuwah) yang terletak di dekat pertamina mepet saw
Kedua insan itu terperanjat menoleh dan mendapati Junaedi berdiri di ambang pintu."Juned! Bagaimana kau bisa berada di sini?!" Marsodi segera mendorong Ambar menjauh dari pangkuannya. Hasrat mereka seketika pecah tak lagi bergairah.Junaedi sendiri, merasa de javu dengan adegan ini. Dia merasa, pernah menjumpai hal seperti ini sebelumnya.Ambar pun melangkah menghampiri Junaedi. Wanita itu merangkul salah satu lengannya sembari berdesis mesra meniup-niup bawah telinganya."Apa yang kamu lihat, hanya kesalahpahaman, Juned. Aku hanya membantu Marsodi memijat untuk meringankan rasa sakit di lehernya," ujar Ambar sangat-sangat lembut di telinga Junaedi. "Ayo kita pulang dan lupakan kejadian yang barusan kamu lihat, Sayang!""Kesalahapahaman? Ckck," umpat Junaedi memalingkan wajahnya.Ambar masih saja menggunakan alasan yang biasa ia lontarkan untuk membodohi suaminya. "Oh, benar. Kau tidak pulang selama tiga hari ini. Ke mana saja kau pergi? Apa kau tidak merindukan suamimu?" sindir Jun
"Papi, aku mau pulang kampung hari ini juga. Nanti tolong bilangin ke mami ya!" ucap Sarah kepada Teguh."Loh, bukanya tadi pagi kamu bilang nggak mau?""Aku berubah pikiran! Mas Juned bilang, dia mau ngurus surat perceraian dengan wanita itu. Aku akan datang membantunya sekaligus ketemu teman lama!" Sarah menggendong sebuah tas besar dan beranjak pergi dengan tergesa-gesa.Teguh mengikuti putrinya hingga ke depan rumah. Gadis itu tampak mendorong sebuah motor besar bermerk Fast Kancil H5N1. Motor ini merupakan motor tercepat dengan kecepatan tertinggi 250 mph. Motor ini adalah motor lokal dilengkapi dengan mesin 999cc supercharged inline-four yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 313 horsepower."Pake motor?" tanya Teguh mengernyitkan dahi. "Perjalanan malam, sangat berbahaya. Ini sangat beresiko!""Tenang aja, Papi. Aku akan berhenti di Cirebon dan melanjutkan perjalanan di pagi hari."Sementara itu, di Rumah Makan BaKul, lagi-lagi Junaedi mengurungkan niatnya untuk pulang dan kemb
"Bagaimana Pak Bos bisa tau? Apakah Pak Bos juga ..." Mulut Nawang Wulan terbungkam."Ssst. Jangan katakan apapun tentang hal itu di keramaian!" Junaedi menutup mulutnya rapat-rapat, hingga gadis itu mengangguk paham. "Datang ke ruang manajer setelah rumah makan ini tutup. Aku akan menunggumu sebelum pulang.""Baik, Pak Bos!"Waktu pun cepat sekali berlalu. Sampai tiba waktu jam 9 malam. Junaedi menunggu gadis itu di ruangannya. Karena ini adalah rahasia mereka berdua, Junaedi meminta Jamelah agar menunggunya di depan ruangan. Mereka berdua mengobrol cukup panjang hingga waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB.Nama aslinya adalah Sera Yu. Di dunianya, dia seorang pendekar wanita muda yang tangguh lagi dihormati. Gadis bernama Nawang Wulan yang ia tempati tubuhnya, adalah seorang gadis idiot yang sangat dibenci. Bahkan keluarganya sangat menginginkan nyawanya. Dia dibuang ke sungai dan mati tenggelam.Jiwanya terjebak di tubuh gadis itu dalam keadaan sekarat. Dan waktu itu yang menolongnya
Junaedi sudah berusaha menjelaskan, bahwa dirinya juga kehilangan pisau itu dan mencari-carinya semalam. Namun, tidak ada yang percaya. Dan karena CCTV di bagian dapur masih ternodai oleh permen karet yang melekat, sehingga tidak bisa memunculkan sebuah bukti bahwa pisau miliknya hilang.Jamelah mengintai dari ruang belakang. Dia masih bimbang, apakah harus menghampiri majikannya dan membantunya, atau membiarkan ia menyelesaikan masalahnya sendiri.Ketika dua polisi itu memaksa membawa Junaedi untuk dimintai keterangan ke kantor, Sebuah motor besar bermerk Fast Kancil H5N1 berhenti di depan rumah Junaedi."Tunggu!" cegah seseorang masih duduk di motor besar itu. "Ada masalah apa ini?" Orang itu membuka helm yang dikenakannya.Tampak seorang gadis cantik, langsing, putih bersih, dan berambut hitam lebat, tergerai berhamburan terkena terpaan angin sepoy-sepoy."Sarah!" seru Joko dan Juki serempak.Joko dan Juki si kembar yang tergila-gila dengan sepupunya sendiritapi tak terbalaskan. Sa
"Kita sudah bersama sejak kecil dan kamu sering muncul di layar kerjaku. Bagaimana mungkin aku tidak bisa mengenalimu?" ujar Sarah.Jamelah dan Sarah adalah teman bangku sekolah selama 12 tahun. Mereka berpisah saat melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi. Sarah ikut orang tuanya ke luar kota, sedangkan Jamelah tetap berada di kampungnya."Ssst! Ayo mengobrol saat kakak sepupumu tidak di rumah!" bisik Jamelah."Ehem!" Junaedi berdeham meminta perhatian mereka. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Junaedi sembari menyeruput wedang yang disajikan."Jamelah bilang, dia menyukai Mas Juned. Pffft!" celetuk Sarah asal ceplos.Spontan, Junaedi menyemburkan wedang yang sedang dinikmatinya. Adapun Jamelah, berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya dan segera berpaling beranjak pergi ke dapur."Apa yang kamu katakan? Apa kamu sedang bermain sebuah lelucon denganku?" ujar Junaedi kepada Sarah."Terserah Mas Juned mau percaya atau tidak. Aku dan Jamelah adalah teman masa sekolah. Mas Jun
Tapi, dari mana mereka masuk? Junaedi menelusuri seluruh ruangan dari ruang manajer hingga dapur. Dia mendapati jendela dapur tidak terkunci, dan juga di sana ada jejak tangan dan kaki seseorang.Sementara itu, Jamelah berinisiatif mengambil selang panjang dan sabun dan membersihkan mulai dari ruangan tempat makan para pelanggan. Setelah ruangan terpenuhi oleh aroma semerbak sabun, Sarah dan Marina mulai ikut membantu."Sarah, tolong cek CCTV!" ujar Junaedi kepada sepupunya.Sarah pun mengambil sebuah tas dari mobil dan meletakannya di atas meja. Sebuah laptop berwarna hitam silver dengan merk Aweet keluar dari dalam tas itu. Ia pun membuka laptopnya dan mengecek riwayat rekaman CCTV di sana.Junaedi menghampirinya untuk menyaksikan. Di dapur pada pukul 23.00, tampak seseorang berhasil mencongkel jendela, hingga terbuka. Seseorang dengan tutup kepala hitam, diam-diam menjarah dalam kegelapan dengan membawa sebuah karung kecil penuh bercak darah.Orang itu melangkah menuju tempat maka