Share

44. Kemarahan Sang Pangeran

Junada balas tersenyum, ia hanya diam tidak menyahut perkataan sang pangeran. Senyum di ujung bibirnya merupakan sebuah tanda, bahwa dirinya menanggapi perkataan sang pangeran yang merasa kagum terhadapnya.

Tidak terasa perbincangan mereka sampai juga hingga larut malam. Panglima Amerya mempersilakan sang pangeran untuk segera memasuki kamar khusus untuk tamu kehormatan yang telah disiapkan oleh para prajurit di barak tersebut.

Namun, Saketi menolaknya. Ia lebih memilih untuk tidur di beranda barak bersama Sami Aji dan juga Junada.

"Paman istirahat saja di dalam! Biarkan kami di sini!" kata Saketi sambil tersenyum-senyum. "Aku sudah terbiasa tidur di tempat terbuka" sambungnya.

Meskipun dirinya sebagai putra mahkota, namun Saketi tetap bersikap biasa-biasa saja, ia tidak mau diperlakukan istimewa oleh bawahannya. Karena selama ini dirinya sudah terbiasa berbaur dengan para prajurit dan juga dengan rakyat jelata.

"Ya, sudah kalau memang seperti itu. Paman juga tidur di sini saja be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status