“Gracia mana?”
Jadwal tampil Lily bersama dengan Gracia, tawaran yang datang dimana harus duet dengan rekan anggotanya. Bahagia? Tentu, siapa yang tidak senang bertemu dengan temannya ditambah mereka jarang bertemu.“LILY!” suara teriakan Gracia mengalihkan perhatian banyak orang yang ada dalam ruangan.“Nggak nyasar kamu?” goda Lily yang mendapatkan pukulan dari Gracia dan suara tawa mendominasi ruangan “Berdua sama Kak Anas aja?” Lily menatap Anas yang duduk disamping Merry.“Kita jodohin mereka gimana?” Gracia berbisik di telinga Lily, tapi sayangnya dengan suara keras.“Nggak usah aneh-aneh.” Anas menatap tajam Gracia yang hanya tertawa tanpa dosa.“Ly, ada mama dan adiknya Gema.”Lily menatap Merry dengan tatapan tanda tanya, Gracia memberikan kode yang hanya dijawab dengan mengangkat bahu. Gema sama sekali tidak memberitahukan rencana mereka berdua, mencoba mengingat isi chatnya dengan Dian dan seket“Dian bilang mama diam aja selama perjalanan pulang.”Lily menatap bingung dengan informasi yang Gema berikan setelah kegiatan panas mereka, menarik penyatuan mereka dan berbaring disamping Lily sambil menatap langit kamar. Napas yang tidak teratur terdengar sangat jelas, mereka dua hari melalui malam-malam panas dan menghabiskan waktu bersama, semua itu karena Gema yang jadwal kerjanya di pagi hari.“Terus apa artinya?” tanya Lily setelah sudah berhasil menetralkan napasnya.“Pintu restu terbuka,” jawab Gema dengan senyum lebarnya menatap Lily “Dian bilang kamu mau tampil podcastnya sultan itu, aku boleh ikut?” Lily memicingkan matanya “Penasaran aja rumahnya kaya gimana.”“Aku podcast sama Ben, tahu?” Gema menggelengkan kepala “Mereka maunya sama Fransiska atau Bang Dinan, kamu tahu sendiri kalau mereka berdua itu sulit diajak tampil begituan.”“Memang kenapa?” tanya Gema penasaran yang hanya dijawab dengan mengangkat bahunya.
“Siapa yang datang?” Lily menatap pesan yang barusan dibaca, pesan dari resepsionis dibawah dan menunggu foto yang akan dikirim “Astaga! Kenapa Gema nggak bilang?” Beranjak dari ranjang, masuk kedalam kamar mandi menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan tamu yang sedang menunggu dibawah. Lily sudah memberitahukan untuk menunggu di ruangan yang biasa dipakai untuk menunggu, menatap penampilannya dan saat keluar mematikan kondisi ruangan bersih atau tidak. Lily tidak lupa memberitahukan Gema tentang tamu yang datang menemuinya, jadwal kerja Gema yang pagi pastinya bisa datang beberapa jam lagi.Mengirim pesan pada resepsionis agar diberi akses untuk naik ke lantainya, menarik dan menghembuskan napas panjangnya sebelum akhirnya keluar dari unitnya dan pandangan pertama yang menyapa dirinya adalah suami Larissa yang mengangkat alisnya.“Bang Dinan buruan pergi kenapa?” Lily mengatakan dengan tatapan kesal.“Kamu nungguin siapa sampai keluar?”
“Kenapa bisa masuk?” Dian menatap Gema penuh selidik yang sudah berada dalam apartemen Lily.“Kepo banget.” Gema mengacak rambut Dian pelan “Pertanyaanku kenapa pada kesini mendadak? Nggak kasih kabar juga, kalau kasih kabar setidaknya Lily bisa bukain akses buat bisa masuk kesini.” mengalihkan pandangan kearah orang tuanya.“Memang nggak boleh?” tanya Fiona dengan nada kesalnya “Kalian mau melakukan sesuatu?” memicingkan matanya dengan tatapan selidik.“Pa, ada apa memang?” Gema mengalihkan pada papanya, Anton.“Mama kamu mau tahu gimana kondisi tempat tinggal Lily, kehidupan Lily sebenarnya, dia punya pria rahasia nggak.” Anton menjawab santai, cubitan diberikan pada pinggang tapi tidak dihiraukan.“Papa kenapa bilang sih?” Fiona menatap kesal pada suaminya “Mama mau lihat gimana kehidupannya di apartemen.”“Kalau mau kesini itu bilang dulu, siapa tahu Lily nggak ada disini.” Gema memberikan pengertian pada kedua or
“Podcast si sultan itu?” Lily menceritakan pertemuan dengan sang sultan pada Fransiska, mereka baru bisa bertemu lebih dari seminggu setelah tampil di acara bersama Gracia yang juga mengundang mamanya Gema. Lily dan Gracia bisa saja langsung cerita pada lainnya, tapi merasa tidak tepat waktunya karena Fransiska sedang liburan.“Kalian mau datang?” tanya Yena lembut.“Aku nggak karena nggak tahu bahas apaan,” jawab Lily langsung yang diangguki Yena.“Kalian nolak bukan karena aku, kan?” tanya Fransiska penasaran dan memastikan.“Nggaklah, lagian agenda aku masih banyak.” Gracia menjawab langsung pertanyaan Fransiska “Aku sama kaya Lily nggak tahu mau bahas apa, tapi kalau dia undang kita berenam gimana?” Fransiska menggelengkan kepalanya “Nggak mungkin, dia tahu Mas Leo pasti mikir dulu buat ijinin aku. Pembicaraan kita selama podcast harus jelas, selama ini mereka bicara nggak jelas disana asal laku aja.”
“Jadwal kalian kosong? Kalian beda fokus disini?” Lily mengajak Gema ke agency, kedatangan mereka berdua tidak akan menarik banyak orang karena menggunakan penyamaran berupa masker. Gema sudah sangat memahami kerjaan Lily jadi saat diminta menggunakan masker pastinya harus digunakan, mereka belum membuka hubungan depan publik.“Bella lebih suka dance, Larissa mana aja yang penting dia luang, tapi kalau ada Bella pastinya milih kesana. Mereka berdua itu nggak kepisahkan, walaupun sudah menikah.” “Hubungan kalian unik, aku masih suka iri lihat hubungan kalian. Mona juga bilang kalau kalian itu bukan menganggap partner kerja lagi melainkan saudara, awalnya aku nggak percaya tapi lihat sendiri bagaimana sikap kalian baru percaya. Aku bahkan harus menahan rasa cemburu sama cowok-cowok itu yang bisa dekat sama kamu,” ucap Gema sambil menggelengkan kepalanya “Nanti nggak ada yang masuk kesini?”Lily menggelengkan kepalanya “Ini ruangnku, sedang
“Kita akan kemana? Kamu yakin?” Gema mengajak kencan, waktu menerima ajakan itu sama sekali tidak berpikir aneh dan sayangnya sekarang Lily berpikir aneh-aneh. Ketakutan hubungan mereka terbuka, bukan takut fans tidak menyukai dirinya tapi Gema yang akan menjadi bulanan. Gema yang selalu rendah diri dengan pekerjaannya dan sekarang Lily akan menghadapi itu, Lily tidak mau mereka menyerang pekerjaan Gema. “Kamu mikir apaan? Mumpung kamu belum sibuk, kalau sudah begitu waktu kita akan semakin berkurang.” Gema memberikan alasan masuk akal. “Kamu yakin kencan diluar? Selama ini kita kencannya di apartemen.” Lily mengatakan apa yang ada didalam pikirannya. “Kamu malu?” Lily langsung menggelengkan kepalanya “Baguslah kalau nggak malu, kita berangkat sekarang.” “Kita memang mau kemana sih?” tanya Lily penasaran. “Kejutan!” Gema mengatakan dengan ekspresi bahagia dan Lily mendengus pelan “Aku udah ijin Mbak Merry kok.”
“Loh...bukannya persiapan album? Kenapa ada disini?” Lily memutar bola matanya malas mendengar kalimat kakaknya, Surya. Memutuskan pulang ke rumah untuk bercerita pada mamanya, lebih tepatnya adalah mendapatkan solusi atas permasalahannya dengan mama Gema, bukan masalah yang bagaimana melainkan restu. Mamanya pasti tahu bagaimana menghadapi calon mertua, sebenarnya bisa saja tanya sama keempat temannya yang sudah menikah hanya saja mereka tidak mengalami hal persis dirinya.“Memang persiapan makanya makan diatur sudah.” Lily memilih menjawab pertanyaan Surya tentang persiapan album “Abang kenapa disini? Nggak kerja?” Lily memicingkan matanya.Surya mendorong kepala Lily pelan “Lihat tanggalan, libur ini. Gema nggak libur? Piket?”Lily menatap tanggalan yang dipasang dekat dapur dan benar tanggal merah, Gema memang semalam kirim pesan kalau shift pagi atau bisa dikatakan piket. Pekerjaannya tidak jauh berbeda yang bekerja di pelayanan, har
“Mbak Lily? Masuk, mbak.” Dian membuka pintu sebagai tanda agar Lily masuk kedalam rumah, seketika mengambil barang yang dibawa Lily dengan langsung membawanya masuk semakin dalam. Barang-barang yang dibawa hanya kotak makan buatan sang mama tercinta, masuk semakin dalam dan tidak mendapati sang nyonya rumah alias mamanya Gema. “Tante kemana?” Lily menatap Dian yang meletakkan barangnya diatas meja. “Ketemu mama? Bentar aku panggilin dulu.” Mengikuti langkah Dian menuju salah satu ruang, ruang yang tampaknya sebagai kamar dari pemilik rumah. Pintu terbuka tidak lama kemudian menampilkan sang nyonya rumah atau mamanya Gema melangkah kearahnya dengan tatapan bingung, Lily berdiri dan mencium punggung tangannya. “Libur?” tanya Fiona langsung yang diangguki Lily “Gema mana?” “Gema di kantornya,” jawab Lily yang kali ini Fransiska menganggukkan kepalanya. “Mbak Lily kesini ngapain?” tanya Dian yang sudah duduk d