Tidurku nyenyak, sejak tahu hamil aku paling doyan tidur sambil megangin tangan suami, langsung lelep dan mimpi indah. Bahkan mual muntah pun tidak kurasakan lagi, yang paling berubah adalah selera makanku yang makin bertambah, juga makanan kesukaanku.
"Tuan putri sudah bangun?" tanya suamiku yang sudah selesai memasak, aku malah asik malas-malasan di tempat tidur sambil sesekali menggeliat.
"Ayah, maaf ya, bunda telat bangun, bunda ga masak lagi, malah ayah yang sibuk masak." Ada rasa bersalah di hatiku, kenapa aku jadi makin manja gini ya. Padahal sebelum nikah aku cewek pekerja keras.
"Tidak apa-apa sayang, sarapan dulu sana," ucap suamiku.
"Iya, bunda mau bersih-bersih rumah dulu yah, ga bisa lihat rumah berantakan." Aku beranjak dan mulai mengambil sapu.
"Jangan capek-capek ya, pi mandi dulu," ucap suamiku yang langsung meninggalkanku ngeloyor masuk ke dalam ka
"Bunda, hari ini mau masak apa?" tanya suami padaku."Bunda maunya makan ayam goreng aja, buatan ayah" jawabku, entah kenapa, aku lebih ingin makan ke yang berbau daging, aku malas kalau harus makan sayur mayur."Sayur? Ga mau?" tanya suami yang udah siap-siap hendak pergi ke pasar."Ga pengen sayang, malas makan sayur," jawabku seraya menggelengkan kepalaku."Ya udah, ayah ke pasar dulu," ucapnya, memakai jaketnya lalu berangkat.Sementara suami pergi, aku bergegas mengambil ponselnya, menelisik siapa saja yang diajak komunikasi. Semua akun aku buka, apakah ada yang mencurigakan. Pengaruh ucapan ibu-ibu itu sangat besar bagiku, aku benar-benar takut suamiku di rebut pelakor, aduh jangan sampai deh.Ku buka satu persatu, semua aman, tak ada yang mencurigakan. Aku meletakkan kembali ponselnya, dan kemudian aku mulai bebersih rumah seraya menunggu suami datang dari pasar.Setelah beres ku periksa cucian piring, terny
Bab 12Hari ini suami lepas piket, aku terbangun dan melirik ke arahnya yang masih terlelap berbalut selimut. Tumben masih tidur, gumamku dalam hati. Mungkin suamiku terlalu lelah, selain ia harus bekerja, juga terlalu sering sibuk dengan pekerjaan rumah tangga.Biasanya selelah apapun, selalu bangun lebih awal dan mengerjakan beberapa pekerjaan IRT. Ada perasaan was-was di hatiku, ku tatap lagi wajahnya lekat, ku perhatikan dadanya, ahhh, lega, suamiku masih bernafas.Aku keluar dengan mengendap-endap, takut ia terbangun. Bergegas ke belakang, mengerjakan beberapa urusan rumah tangga, mencuci piring, memasak nasi, membersihkan dapur, terakhir membersihkan rumah.Aku mengintip sedikit dari balik pintu, pak suami masih terlelap, ku lanjutkan rutinitasku dengan mandi, kemudian bersolek sedikit. Sejak hamil aku merasa wajahku sangat kusam, sekalipun sudah berdandan, tetap terlihat kusam."Sayang, sudah cantik aja," tegur pak suami yang tanpa ku sadari
Bolak balik sepanjang hari aku membuka facebook baru, berharap ada balasan chat dari doi, tapi hasilnya nihil, aku tak enak makan, tak enak tidur, bahkan kerap kali terbangun hanya untuk melihat inbox, sayang harapanku sia-sia.4 Desember 2018, aku sudah berhenti berharap, aku iklaskan jika memang bukan untukku, sampai akhirnya seseorang menerima permintaan pertemananku. Namanya Kak Brian, aku berharap dapat celah menemukan doi dari dia.Ehhhh ... Tidak, aku iklas tidak menemukannya, karena memang dia bukan untukku, tujuan awalku tetap, hanya ingin menyambung silaturahmi dan meminta maaf. Kalaupun Tuhan kasih lebih, ya, itu sungguh pasti sangat luar biasa.[Selamat sore kak, maaf ganggu, terimakasih sebelumnya sudah konfirmkasi permintaan pertemanan saya, maaf kak, saya mau tanya boleh?] aku mengirim pesan melalui inbox di facebook padanya.[Malam adik, iya sama-sama, mau tanya apa adik? Boleh, silahkan.] Balasnya cepat.[Maaf kak, ka
Sampai di depan pintu gerbang rumah, dadaku semakin berdebar. ini bukan pertama kalinya aku mengenalkan seorang kekasih pada kedua orang tuaku atau adik-adikku, sebelumnya pernah. Bahkan 2 kali aku sempat hampir menikah, tapi selalu gagal dan gagal lagi, itulah, mungkin bukan jodohku.Kini, aku kembali membawa seorang pria ke hadapan keluargaku, orang tuaku, antara siap dan tidak siap, aku takut jika nantinya akan mengecewakan mereka lagi. Apalagi setelah terakhir kali mereka tahu aku pacaran, aku tak pernah lg menyampaikan kalau aku punya kekasih."Yuk masuk kak," ajakku pada Kak Andra, aku mencoba terlihat tenang, tapi dadaku benar-benar berdebar tak karuan."Iya, makasih," jawabnya.Orang tuaku sudah duduk di ruang tamu, mereka sedang menonton televisi bareng. Sedangkan adik-adikku tengah bersenda gurau bersama beberapa teman-temannya di halaman rumah. Ku persilahkan Kak Andra masuk
Sudah 2 jam lebih aku menunggu suamiku pulang, tapi tak nampak juga tanda-tanda ia akan datang. Pesanku juga tak dibacanya, entah berapa kali pula aku melakukan panggilan padanya, namun tidak di jawab. Hatiku benar-benar terasa panas, aku gelisah, dadaku berdebar hebat.Awas aja nanti kalau pulang ya, terima amukanku, sekali aja ketahuan aneh-aneh, apalagi sampai main perempuan, ku potong anunya, biar sekalian hancur. Aku ga main-main lo ya, kalau sampai benar terjadi perselingkuhan, biar adil burungmu yang aku bunuh.Fikiranku semakin kacau, hatiku dag dig dug tidak karoan, rasanya ingin mencari suamiku ke tempat ia pamit, tapi kondisiku tidak memungkinkan. Aku tengah hamil mudax mana mungkin aku berjalan kaki menuju kesana, arahnya lumayan jauh dan sedikit menanjak. Akhirnya akun tertidur karena lelah menunggu suamiku pulang.Beberapa menit aku terbangun karena mendengar suara sepeda motornya, ku buka mat
Entah kenapa aku merasa begitu minder, engga percaya diri, aku selalu merasa diriku bukanlah wanita cantik, walau kerap kali suamiku selalu bilang aku cantik. Aku rasa dia sudah menipuku dengan pujian itu, mana mungkin aku cantik.Melihat wanita di luar sana, semua aku lihat cantik dan berseri, bahkan para wanita jadi-jadianpun begitu cantik di mataku. Hari ini, suamiku mengajakku jalan-jalan, kebetulan ia libur. Yang penting keliling, udah aku suka."Bunda hari ini mau kemana?" tanya suamiku yang sudah terlihat begitu manis di mataku."Bunda hampir lupa yah, hari ini mau kontrol kehamilan bunda, gimana kalau kita ke klinik dulu," ajakku padanya."Oke, baiklah, terus habis itu mau jalan lagi? Atau mau langsung pulang?" Suamiku duduk di depan meja rias, sedangkan aku masih sibu dengan barang bawaanku."Tadi ayah bilang apa? Katanya mau ngajak bunda jalan-jalan, giman
"Ayah ... Bunda pengen selfie," ucapku pagi ini, suami sudah siap dengan pakaian dinasnya, begitupun aku yang sudah dandan secantik mungkin, cantik versiku."Ayah mau kerja, bunda," jawabnya sembari menyemprotman parfum ke beberapa bagian pakaiannya."Selfi sebentar saja, ayah, ga habisin waktu 5 menit juga kok." Aku mendengus kesal."Iya, nanti aja, ayah jalan dulu ya, bunda." Suamiku langsung pergi begitu saja. Malah ia juga tak mencium pipiku ataupun keningku. Bikin kesel aja.Aku tak menjawab ucapannya, bergegas pergi masuk ke dalam kamar, menyalakan televisi, kemudian memainkan ponselku. Lagi-lagi air mataku mengucur begitu saja.'Kok ayah, ga romantis lagi sih ya?''Kok ayah ga pernah cium pipi atau keningku ya?''Kok ayah ga mau di ajak selfi? Apa dia malu ya selfie sama istrinya?'Per
Hari ini suami mendadak di tugaskan lagi ke tempat ia tugas semasa muda, wilayah yang tidak ada jaringan telpon, apalagi akses internet, kecuali numpang wifi di perusahaan yang berdiri disana."Kok mendadak sih sayang?" rengekku, aku memasang wajah cemberut dan lesu."Bunda mau ikut kesana?" tanya suami.Aku jengkel, kenapa dia harus bertanya? Seharusnya dia itu peka, dan bilang, ayo bunda, ikut, kita tinggal disana sama-sama, bisa kan kayak gitu. Kalau cuma sekedar bertanya, itu berasa dia ga niat buat ngajak aku tinggal disana bareng."Bunda bingung." Akhirnya kata itu yang keluar dari mulutku. Hatiku berontak suami pergi, tapi sudah menjadi tanggung jawabnya menjalankan semua perintah atasan. Dan sudah menjadi resikoku memilih menjadi pendampingnya, harus siap di tinggal tugas."Ya sudah, bunda disini saja ya, nanti ayah pasti sering pulang kok. 1 minggu sekali a