Semua orang pun tengah sibuk mempersiapkan keperluan untuk acara resepsi besok.Meskipun begitu tetap saja Melati ikut andil membantu persiapan."Melati sayang kamu sedang apa nak? sudah simpan itu dan duduk bersama Sintia disana!" pinta Oma Laksmi."Engga Oma, aku juga ingin ikut membantu mempersiapkan semuanya. Lagi pula ini jugakan pesta untuk aku!" ujar gadis itu menolak. "Oma tahu sayang, tapi kamu juga kan harus mempersiapkan fisik kamu untuk besok. Ini biar orang lain saja yang mengerjakan yah!" "Ya sudah Oma, tapi aku akan menyelesaikan pekerjaan ku yang ini dulu. Aku akan memasang hiasan bunga ini disana, baru setelah itu aku tidak akan melakukan apapun lagi!" "Ya sudah kalau begitu, tapi tetap hati-hati yah sayang!" "Liat deh si Melati caper banget tahu gak, ngapain sih dia pake segala pengen bantuin orang-orang ngerjain semua ini. Harusnya dia itu diem saja disini bareng kita!" celetuk Cindy yang bicara pada Sintia. "Kamu yang sopan dong manggilnya jangan cuman nyebuti
Devan masih dengan sikap dinginnya, dia terlihat mematung tanpa sepatah kata pun. "Kenapa jantungku berdetak sangat cepat sekali saat Melati memeluk ku seperti tadi, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.!" ujar pria itu yang masih berdiri tegak."Mas maafin aku kalau aku sudah lancang, tolong jangan marah!" pinta Melati dengan wajah yang setengah ketakutan."Kenapa dari tadi mas Devan hanya diam saja, apa dia benar-benar marah karena aku sudah berani memeluknya." ungkap gadis itu dalam hatinya. "Ya ampun kenapa aku bisa sebodoh itu, harusnya aku bisa mengontrol diri aku ini agar tidak seceroboh itu!" "Mas... kamu kenapa diam saja? apa kamu benar-benar marah padaku?" tanya gadis itu sekali lagi sambil menepuk pundak pria yang ada di hadapannya. "Hhmmm Iyah kenapa?" sahut Devan sedikit kaget. "Mas tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud memeluk mu seperti tadi!" ujar gadis itu sambil memohon dengan ekspresi ketakutan. "Sudahlah lupakan saja, anggap saja kamu tidak pernah m
Besok paginya semua para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan di kediaman keluarga Pak Hardi. Disana juga sudah nampak keluarga Melati dan juga yang sedang duduk di tempat yang sudah disediakan. Begitu pun dengan Linda dan juga Radit yang datang bersamaan."Pak, pestanya besar sekali yah pak!" ujar Bu Sukma. "Iyah Bu, bapa sudah menduga kalau acara resepsi ini pasti akan diadakan secara mewah!" ujar pria paruh baya itu. "Ibu jadi merasa malu!" "Kenapa harus malu Bu, kita itukan orang tua dari calon mempelai wanita!" "Waw mas, ini rumahnya Melati dan suaminya?" tanya Linda dengan polos. "Iyah, ini rumah mereka berdua dan keluarganya!" sahut Radit cepat. ''Bagus banget yah mas rumahnya besar dan mewah!" puji gadis itu. "Terus Rifaldi juga tinggal disini sama istrinya?" tanya Linda sambil berbisik. "Iyah, mereka berdua tinggal disini juga!" sahut Radit."Gimana yah perasaannya Melati saat harus tinggal satu atap sama orang yang sudah mengkhianati dia!" ujar Linda dalam hatin
Melati juga tampak terkejut setelah tahu bahwa Sheril datang ke acara resepsi pernikahan mereka. "Kenapa Sheril ada disini? siapa yang mengundangnya !" ujar gadis itu bingung. Dia pun menoleh ke arah suaminya yang terlihat sedang menatap mantan kekasihnya itu dengan sedikit heran. "Mas, apa kamu yang mengundang mba Sheril?" tanya Melati sambil berbisik. "Tidak, justru aku juga bingung kenapa dia bisa datang kesini!" sahut pria itu cepat. "Lalu bagaimana mas, aku takut kalau nanti akan menimbulkan masalah!" "Sudahlah jangan khawatir, kita harus tetap tenang dan bersikap biasa saja!" "Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga!" ujar Rifaldi sambil tersenyum licik. Tanpa rasa malu Sheril pun langsung menghampiri Devan dan juga Melati."Haii... selamat yah buat kalian berdua!" ujar gadis tidak tahu malu itu sambil mengulurkan tangan nya. Namun Devan hanya diam saja, tanpa menjawab apapun. Mendapatkan perlakuan seperti itu Sheril pun lebih memilih mengabaikan dan mengulurkan tang
Semua orang pun berhenti menari dan hanya tinggal kedua pasangan pengantin saja yang masih berdansa. "Sekarang kamu sudah sangat lancar yah!" bisik Devan menggoda Melati. "Hhmmm aku hanya mengikuti instruksi kamu saja mas!" sahut gadis itu berbisik."Sebaiknya kita harus terlihat lebih romantis lagi, agar Sheril bisa merasa cemburu dan lebih yakin kalau kita berdua saling mencintai!" Melati pun hanya menganggukkan kepalanya saja tanda setuju. "Lihat pak, anak kita begitu mesra bersama suaminya!" ujar Bu Sukma. "Iyah Bu, bapa senang sekali karena Melati anak kita bisa mendapatkan suami yang baik seperti nak Devan!" sahut Pak Rian sambil tersenyum."Lihat deh mereka berdua so sweet dan serasi banget yah!" ungkap Linda yang terlihat senyum-senyum sendiri melihat sahabatnya itu. "Dan sejak kapan Melati pandai berdansa, padahal sebelumnya dia itu tidak pernah melakukan itu sebelumnya!" "Itu karena Devan yang mengajari Melati sampai dia bisa seperti itu!" sahut Radit. "Waw aku benar
"Aku harus cari tahu lebih lanjut lagi, takutnya mas Rifaldi sedang merencanakan sesuatu yang lain dengan perempuan itu!" ujar Sintia. "Rifaldi, dimana Sintia?" tanya pak Hardi. "Loh aku gak tahu pah dimana dia, bukannya dari tadi Sintia sama orang tuanya!" sahut pria itu. "Justru Sintia itu gak ada disini, kamu pikir dia sedang bersama kamu!""Ya sudah sekarang kamu cari dulu istri kamu itu, soalnya kita semua sebentar lagi akan melakukan sesi foto!" pinta Oma Laksmi."Iyah baiklah Oma!" sahut Rifaldi singkat. Baru saja pria itu ingin melangkahkan kakinya Sintia tiba-tiba saja datang. "Sintia, kamu habis dari mana?" tanya Rifaldi. "Aku habis cari kamu mas kemana-mana engga ada, ternyata kamu ada disini!" sahut gadis itu berbohong. "Aku tadi memang ada urusan sebentar, tapi aku juga tidak pergi jauh kok. Semua orang panik loh nyariin kamu!" "Iyah maaf mas, maafin aku yah semuanya sudah membuat kalian khawatir!" "Tidak apa-apa Sintia, sekarang kan kamu juga sudah Kemabli. Ayoh
Melati pun keluar dari dalam kamar mandi, terlihat dia sudah berganti pakaian dengan baju tidur miliknya. Sementara Devan masih di sibukkan dengan laptopnya itu. "Mas sebaiknya kamu pergi mandi dulu, dan aku akan membuatkan kamu kopi!" ujar Melati. "Iyah aku memang sudah sangat gerah sekali!" sahut pria itu sembari berdiri dari duduknya. "Ya sudah kalau begitu aku akan pergi ke dapur untuk membuatkan kamu kopi!" Pria itu pun hanya menganggukkan kepalanya saja tanda setuju. Sementara itu di luar terlihat Sintia sedang mengintai Melati. Tak lama kemudian Melati pun keluar dari kamarnya. "Sintia, sedang apa kamu disitu?" tanya gadis itu penasaran."Tidak sedang apa-apa kok mba, mba sendiri mau kemana?" sahut Sintia bertanya balik. "Aku mau ke dapur, mau membuatkan kopi untuk mas Devan!" "Oh gitu yah, kebetulan sekali aku juga memang ingin pergi ke dapur untuk mengambil air minum!" "Ya sudah ayoh kita barengan saja!" ajak Melati."Ternyata benar apa kata Oma, kalau mba Melati itu
"Kenapa kepalaku rasanya sakit sekali!" ujar Devan sambil memegang kepalanya.Melati yang menyadari hal itu pun langsung menghampiri suaminya. "Mas, kamu kenapa?" tanya gadis itu dengan perasaan yang panik. "Aku juga tidak tahu, tapi kepalaku tiba-tiba saja pusing!" sahut Devan dengan lirih. "Ya sudah sebaiknya kamu tidur saja, mari sini biar aku bantu!" "Sepertinya kamu terlalu kecapean mas, makanya kepalanya sampai terasa pusing seperti ini!" Gadis itu pun membantu suaminya berbaring di tempat tidur. Namun ternyata obat perangsang itu sudah mulai bereaksi yang membuat Devan tidak bisa menahan hasratnya. "Melati, tolong jangan pergi!" pinta pria itu dengan lirih. "Tidak mas, aku akan tetap disini! biar aku pijit kepalanya yah!" sahut gadis itu dengan polos.Devan pun memegang tangan gadis itu dengan sangat erat sekali. "Ada apa dengan mas Devan? tidak biasanya dia bersikap seperti ini!" ujar Melati dalam hatinya. "Mas apa kamu baik-baik saja?" "Yah aku baik-baik saja, aku h