Dari pada mendengar Shania terus merengek dan memohon agar Neil tidak melakukan apa pun, pemuda berinisiatif mengantarkan Shania kembali ke rumah, lalu dirinya pun akan kembali ke bar, menghilangkan penat.Taksi yang mereka tumpangi berhenti di sebuah rumah yang megah, “Jadi di sini rumahmu? Oh, maaf, maksudku, rumah suamimu?” Neil memperhatikan rumah Shania yang besar dan megah, tetapi sepertinya sepi, bahkan lampu taman pun tidak dinyalakan.Untuk kembali ke rumah tersebut terasa enggan bagi Shania, tapi apa yang bisa ia lakukan. Untuk sementara, mungkin ia akan tetap kembali ke sana sampai Thomas benar-benar menceraikan dan mengusir dirinya."Bukan rumahku, tapi calon mantan suamiku," jawab Shania. Ia keluar dari dalam taksi, Neil pun mengekor di belakangnya.“Kamu tidak mau mengundangku masuk?” tanya Neil seraya menarik pergelangan tangan Shania.“Bocah, sebaiknya kamu pulang. Anggap saja ... kamu dan aku tidak pernah saling mengenal. Apa yang aku lakukan malam ini adalah sebuah k
Marion bisa memahami apa yang dirasakan Neil saat ini, pemuda itu merasa kecewa dengan keluarganya. Menurut Neil, satu-satunya keluarga yang menyayangi dirinya hanyalah kakeknya. Neil kabur dari rumah karena perusahaan milik keluarga ingin diberikan padanya oleh Newton, kakek kesayangan Neil. Jika ia sampai menerima, tentu akan menyebabkan perselisihan besar di dalam keluarga."Ma'am, mungkin aku tidak akan pernah kembali ke sana. Aku merasa lebih nyaman berada di antara kalian," kata Neil, lalu meletakkan kepalanya di pundak Marion. Ya, ia merasa jauh lebih nyaman dan memiliki keluarga bersama Marion dan rekan-rekan seprofesinya. Paman dan ayahnya sama saja, semua ... menganggap Neil tidak berguna, tidak pantas untuk mendapatkan posisi yang diberikan Newton."Neil," ucap Marion dengan lembut sambil memandang wajah pemuda itu dengan penuh perhatian. "Aku mengerti betul perasaanmu. Merasa kecewa oleh orang yang seharusnya menjadi keluargamu bisa sangat menyakitkan. Aku bisa melihat b
"Ish ... aku sudah mengatakan padamu, Nona Carla. Aku tidak akan menuruti apa yang kamu inginkan, kenapa sulit sekali memberikan pemahaman kepadamu?" ucap Neil. Kesal, jengkel, dan berharap bisa menutup hubungan telepon secepatnya. Bukannya menyudahi pembicaraan, wanita itu justru tertawa, lalu ia berkata, "Aku sudah berada di bar, jadi apa aku harus pulang? Demi kamu, aku datang. Apa kah tidak ada pengecualian, Neil?" Neil memutar tubuhnya ke belakang, mencari sosok yang sedang berbicara di telepon dengannya. Benar saja, Carla sedang bersandar di dekat pintu masuk, begitu melihat Neil sedang memandang ke arahnya, wanita itu melambaikan tangannya. Menjengkelkan, kenapa wanita selalu saja sulit untuk diberitahu!"Awh ... jadi begitu? Aku tetap harus melayanimu? Atau begini saja, aku tahu siapa yang bisa melayanimu. Sama tampan dan menariknya dengan diriku," kata Neil. Ia berusaha mengalihkan perhatian Carla padanya, sungguh saat ini Neil sedang malas melakukan hal apa pun. Carla te
Jakun pria itu bergerak-gerak, terbakar sepenuhnya oleh gairah. Benar-benar sebuah suguhan yang begitu indah di matanya. "Don ... jangan hanya memperhatikan tubuhku saja, apakah kamu tidak ingin menikmatinya?" tanya Carla, kedua matanya mulai terlihat sayu, ia senang diperhatikan sedemikian rupa oleh Donovan. Donovan tertawa, lalu ia pun menarik tubuh Carla dan meletakkan secara lembut di atas tempat tidur. Tubuh indah tanpa cela itu kini telah berada di bawah kungkungan tubuh Donovan. “Kamu sudah membayarku, jadi biarkan aku menjadi pelayanmu, Nona Carla,” ucap Donovan, suaranya terdengar serak dan berat, tidak bisa dia pungkiri, dia pun mulai terbakar napsu yang membara di dalam dirinya.“Ahhh ... Don, jangan mempermainkan aku, sudah cukup kamu menggoda dengan sentuhanmu, aku menginginkan lebih,” pinta Carla, dan Donovan hanya mengangguk. Dia akan mengabulkan permintaan Carla, memberikan kenikmatan yang diinginkan oleh wanita cantik yang sudah tidak sabar untuk saling bertukar pe
Donovan mengangguk, setidaknya tidak ada ruginya bagi Donovan untuk tidak menolak keinginan Carla. Mereka berdua akan sama-sama puas, bukankah begitu?"Tapi di luar pekerjaan, aku bukan pria yang menyenangkan, Carla," kata Donovan, tidak ada lagi embel-embel 'Nona' yang dia pakai saat berbicara dengan Carla."Tidak masalah, kamu juga perlu tahu .... aku bukan wanita yang lemah lembut," balas Carla. Lalu keduanya hanya tertawa seusai percakapan aneh tersebut.Carla meminta Donovan mengambilkan tas miliknya di atas nakas tempat tidur, lalu wanita itu mengeluarkan sesuatu, selembar kertas cek kosong, "Kamu bisa mengisi sendiri nominalnya. Aku menyukai pelayananmu."Seketika Donovan menjadi semakin bingung, bukan kah Carla sudah melakukan pembayaran pada Marion?"Tapi, kamu sudah membayar pada Marion, lalu untuk apa cek ini?""Anggap saja yang aku bayarkan pada Marion adalah haknya, untukmu ...," Carla menarikan jari-jari lentiknya di dada Donovan, "kamu bisa mengisi berapa nominal yang
Begitu membaca isi pesan dari Neil, Shania kembali membelalakkan kedua matanya, bagaimana pemuda itu bisa mengetahui nomor handphone miliknya? Dia berpikir keras dari siapa bocah ingusan itu mendapatkan nomor teleponnya, sedangkan sewaktu dirinya bersama Neil, dia belum memberikan sama sekali apa-apa yang berhubungan dengan dirinya.Oh rasanya Shania ingin sekali memaki Neil, bocah tampan menyebalkan itu benar-benar membuat tensi darahnya meningkat drastis!"Sial, bocah tengik ini senang sekali mengejekku!" geram Shania. Dia merasa semenjak Neil mulai hadir di dalam kehidupannya, kenyamanannya sedikit terganggu dan ini sangat menyebalkan baginya.Shania sejenak berpikir, apakah perlu dia memblokir Neil atau tidak?Saat Shania sedang tertegun, seseorang mendekati Shania, "Hei, kenapa kamu bengong?""Oh, Misa. Maaf, aku hanya sedang memikirkan sesuatu," jawab Shania. Misa, rekan satu kerjanya, spesialis di bagian anastesi dan obat-obatan, mereka sangat dekat, wanita itu tahu apa pun kel
Neil masih duduk di sekitar rumah sakit, pandangan matanya tertuju ke arah tempat parkir yang tidak jauh di mana dia berada saat ini, ia melihat sosok yang tidak asing baginya, "Mama?"Seorang wanita berusia sekitar 36 tahun keluar bersama seorang pria, di mana pria itu Neil pun tahu jika dia adalah dokter yang pernah berada di UGD sewaktu dirinya memeriksakan keadaannya beberapa waktu yang lalu.Neil bangkit berdiri lalu mengikuti wanita itu secara perlahan, memastikan ia memang tidak salah lihat. Wanita yang berstatus sebagai ibu kandung tetapi tidak pernah hidup bersamanya selama belasan tahun lamanya.Wanita itu sedang bersama Thomas, menggelayut mesra di lengan pria tersebut lalu mereka masuk ke dalam rumah sakit."Itu ... tidak mungkin, apa mungkin Mama dan dokter itu memiliki hubungan atau jangan-jangan?" gumam Neil, raut wajahnya terlihat cemas. Dia tidak ingin memikirkan segala kemungkinan buruk tersebut, lalu memilih pergi dari sana tanpa berpikir apa pun lagi.Sementara Don
"Aku tidak bisa memberikan pendapat apa pun, Shania. Tapi coba kamu pikirkan baik-baik jangan sampai kamu menyesal kemudian hari," kata Misa. Dia tahu saat ini rumah tangga Shania dan Thomas sedang di ambang kehancuran, tetapi apa yang dikatakan Shania barusan tidak bisa ia benarkan juga!"Aku berkata serius, lihat saja apa yang bisa aku lakukan pada Thomas, dia akan aku buat menyesal!" geram Shania dengan tatapan mata yang begitu tajam, menggambarkan betapa sakit hatinya dikhianati oleh Thomas, pria yang dia cintai, dan sudah bersama dirinya selama 12 tahun ini tapi dengan tega menyakiti dirinya dan mencampakkannya begitu saja. Misa berpikir, jika Shania bermain api, lalu setelahnya ... entah Shania atau pemuda itu, alias Neil, pada akhirnya benar-benar memiliki perasaan lantas apa yang akan Shania lakukan?"Sudah lah itu urusanku," kata Shania, lalu keduanya pun kembali saling diam. Ya, menurut Shania, hanya Neil yang bisa membantunya membalaskan apa yang ia rasakan pada Thomas. Be