“Kamu sudah bicara dengan Ruby tentang hal ini?” Edd menuang teh hangat ke dalam cangkir keramik putih di atas meja. Ketiganya berkumpul di ruang kerja Louis saat Louis memberanikan diri memberitahu para sahabatnya kabar mengejutkan itu.Louis melepas jasnya, mengurut pelan keningnya lalu menggeleng. Seharian dia rapat dengan beberapa klien hingga dia merasa tulang-tulangnya remuk. Louis menyandarkan tubuh dan memejamkan matanya. “Dia menginap di apartemen Liv dan aku tidak berani mengganggunya. Aku tahu dia sangat shock dan mungkin butuh waktu untuk menerimanya,” gumamnya pelan.“Tapi anak itu bisa saja bukan anakmu,” ujar James. “Kenapa kamu seolah membenarkan pernyataan Angela soal identitas anak itu?”“Dia bahkan memberiku sejumput rambut Mary untuk ku tes. Menurutmu itu sekedar ancamannya belaka?” Louis menatap Edd dan James sungguh-sungguh. “Dia begitu yakin untuk menantangku karena dia tahu hasilnya akan sesuai dengan yang dikatakannya.”“Lalu apa sekarang?” Edd mendesah. “Baga
Umpatan itu tidak serius. Kali ini Ruby tidak bersungguh-sungguh untuk mempersulit Louis. Sejak mendengar permohonan Louis padanya untuk tidak menyerah, seluruh rasa kecewanya runtuh sudah. Dia hanya berniat untuk menguji perasaan Louis padanya, walau tanpa diujipun dia sudah tahu jawabannya.“Memang.” Louis menengadah menatapnya. “Aku juga merasa sangat konyol. Tapi jika kekonyolan ini bisa membawamu kembali padaku, aku akan melakukannya setiap hari.”“Jangan klise, kita sudah dewasa dan hubungan kita bukanlah tentang perasaan membuncah seperti yang dimiliki anak remaja.” Ruby nyaris tertawa. “Kita sudah tua, oke?”“Tapi aku tidak merasa kita tua.” Louis tersenyum, dan senyuman itu sangat menawan hingga menggoda Ruby untuk menciumnya.Tak mampu menahan diri lebih lama lagi, Ruby akhirnya tersenyum. Dia menelengkan kepalanya, mengelus wajah Louis dengan lembut. Perhatiannya tertuju pada kantong hitam yang juga melingkar di bawah mata Louis.Ruby mengelusnya menggunakan ibu jari. “Kamu
Ruby tertegun mendengar ucapan Liv. Dia memutar tubuh, menatap langit malam yang gelap tanpa bintang, dan tidak menyadari jika air matanya menetes. Liv benar. Louis sudah membuktikan diri padanya berkali-kali, namun entah kenapa keraguan itu masih menyusup di dada Ruby.“Aku tahu keberadaan Angela membuatmu merasa sedikit terancam.” Liv menggenggam tangan Ruby. “Tapi percayalah padamu, percaya pada Louis dan pada hubungan kalian berdua. Walau kalian baru memulainya, yakinlah jika kalian akan memenangkan setiap situasi sulit ini. Jika kamu menyerah sekarang, bagaimana Louis akan berjuang pada hubungan kalian?”Tetesan air mata Ruby semakin mengalir deras. Dia sesenggukan, namun berusaha menenangkan diri secepatnya agar Louis tak mengetahuinya. “Aku hanya tidak bisa melupakan pengkhianatan Arden dan Dad.” Ruby menghapus air matanya. “Dan jika anak itu adalah benar anak Louis, bukankah dia juga mengkhianatiku?”Liv memilih diam dan berpikir sejenak. Dia tahu jika bayang-bayang keberadaan
Pada hari yang ditentukan, Louis dan Ruby mendatangi rumah sakit tempat dimana Louis melakukan tes paternal, disusul oleh Liv yang datang hampir bersamaan dengan Edd. Dan tidak berselang lama, James juga muncul, namun kali ini dia membawa Ashley turut serta.“Kenapa gadis itu bersamamu?” Edd berbisik.Bagaimana pun juga, masalah ini merupakan privasi bagi Louis dan jika ada pihak luar yang mengetahuinya, itu hanya mereka berempat. Ashley juga masih duduk di bangku akhir sekolah menengah, dimana usianya terpaut jauh dari usia mereka.Usia belia seperti itu terkadang masih labil. Jika Ashley membocorkannya, bagaimana selanjutnya?“Aku tidak bisa meninggalkannya.” James melepas kancing jaketnya. “Lihat lehernya yang memerah?” bisik James, dan Edd menoleh untuk melihat lingkaran merah di leher Ashley, lalu dia mengangguk. “Ibunya mencekiknya dan aku tak sengaja lewat. Aku tidak bisa meninggalkannya di sana dan membiarkannya menjadi sasaran kegilaan ibunya.”“Kenapa ibunya bertindak sepert
“Kalian...”“Aku akan membawa Mary tidur di apartemenku dan kamu tidak boleh ikut,” potong Louis cepat. “Katakan sesuatu pada Mary supaya dia bisa tidur tanpamu. Jika Mary tidak mau tidur tanpamu, maaf, aku tidak bisa membawa kalian ke apartemenku.”“Louis.” Angela setengah berteriak. “Harus kamu ingat betul jika hanya ada Mary diantara kita, tidak ada hal lain. Aku sudah memiliki kekasih yang sangat ku cintai. Aku tidak akan mempertaruhkan hubunganku dengan mengizinkanmu kembali masuk dalam kehidupanku.” “Itu sudah jadi tawaran yang paling menarik.” Edd tersenyum santai. “Jika aku adalah kamu, aku akan menyetujuinya.”“Tapi Mary tidak terbiasa tidur tanpaku,” imbuh Angela ngotot.“Dia harus memulainya dari sekarang.” Louis menarik nafasnya dalam. “Dia harus tahu jika diantara kita hanya ada hubungan orang tua, tidak bisa lebih. Dia harus tahu jika aku tidak akan bisa bersamamu selama dua puluh empat jam. Namun jika dia tidak mau menerimanya, it’s okay. Aku akan menunggu hingga dia
Ruby menyesap cola dinginnya sebelum akhirnya menyandarkan tubuh di kursi rotan. Dia tak lagi menangis karena dia tahu hal itu bukan jalan menyelesaikan masalah ini. Ruby tidak mengerti harus bagaimana menyikapi hubungannya sekarang.Jika dulu dia tinggal melepaskan Arden dan menyudahi hubungan mereka saat pria itu ketahuan selingkuh, kali ini masalahnya berbeda. Dia sangat mencintai Louis dan masalahnya tidak sesederhana sebuah perselingkuhan.Diantara mereka ada seorang puteri yang tiba-tiba muncul dan Ruby kehabisan akal untuk mengarahkan pikirannya sendiri.“Aku tahu kamu kecewa. Tapi bukankah kita sudah membicarakannya?” ujar Liv lembut.“Aku tidak bisa terima jika hubungan kalian berakhir karena anak itu.” Ashley ikut menimpali. “Walau usiaku berbeda jauh dari kalian, tapi aku bisa melihat kesungguhan Louis padamu. Dia benar-benar mencintaimu, By.”“Ashley benar. Bisakah kalian terus berjalan ke depan dan saling mencintai?” “Dia bahkan tidak mencegahku pergi,” gumam Ruby pada a
“Kenapa kamu membawaku ke sini?”Ruby turun, berdiri tepat di halaman sebuah rumah mewah berlantai dua. Bangunan itu mengadopsi gaya Eropa modern, dengan sisi bangunan yang sepenuhnya berwarna putih. Louis menggenggam tangannya erat, lalu membawanya menaiki anak tangga.“Aku ingin menunjukkan ini padamu,” ujar Louis, lalu membuka pintu dan mempersilahkan Ruby masuk.Ruby tertegun dengan semua kemewahan yang ada dalam bangunan itu. Atap-atapnya dihiasi candelier dengan dominasi warna putih. Kabinet-kabinet disusun rapi dan menyatu dengan dinding, kusen tebal membingkai jendela, namun yang membuatnya terpana adalah lantai yang terbuat dari papan kayu.Penataan ruangan itu adalah yang terbaik yang pernah dilihat Ruby. Bahkan dia tidak tega menginjak hamparan karpet mewah yang membentang di beberapa titik.“Ini...”Mata Ruby mengerjap dan tak mampu mengucapkan apapun saat tiba-tiba Louis merengkuh bibirnya. Ciuman itu dipenuhi kerinduan dan Ruby bisa merasakannya. Dengan lembut dia membuk
Louis terkejut mendengar saran yang tidak pernah terbayang akan didengarnya sendiri dari mulut Ruby. “Maksudmu?”“Kamu bisa mengasuhnya di sini, bersamaku!”Louis bahkan sampai kehabisan kata-kata mendengar keputusan Ruby. Dia melemparkan tatapan yang dipenuhi rasa haru pada gadis itu. “Benarkah?”“Tapi tidak dengan Angela!” tegas Ruby. “Aku tidak mau dia tinggal bersama kita. Jika dia tinggal di sini, maka aku akan keluar.”“Ku rasa aku bisa mencoba membujuk Mary,” sahut Louis. “Bagaimana pun juga Angela sudah bersamanya setiap hari. Mungkin dia akan sedikit kesulitan ketika tidur tanpa Angela.”“Mary?” Ruby mengernyit.“Ya. Angela memberinya nama Mary.”Ruby mengangguk paham. “Baiklah. Kita bisa mencoba opsi itu.”Louis tersenyum, menarik Ruby dan mendekapnya sangat erat. “By, semua ini terasa sangat baru bagiku. Aku tidak berusaha menemuimu karena aku sedang mengatasi rasa shock-ku sendiri dan tidak ingin mempengaruhimu. Tetapi bersamamu di sini, sekarang aku merasa sedikit lebih b