Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa

Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa

By:  Mirielle  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
65Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Setelah memergoki kekasihnya selingkuh, Ruby Estella memilih menghabiskan waktunya untuk menenangkan diri di pantai. Namun, takdir justru membuat Ruby bertemu dan menghabiskan satu malam dengan Louis Winston! Sadar kebodohoannya, gadis itu pun kabur. Namun... siapa sangka Louis adalah orang yang berkuasa di bidang bisnis perhotelan? Mampukah Ruby benar-benar "kabur" darinya?

View More
Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Mirielle
Hai, kali ini Ruby dan Louis datang untuk menggantikan Valerie dan Emrys buat sementara waktu. Tetap support yaa ......
2024-04-07 09:41:57
0
user avatar
Cinta Carissa J Marbun
semoga ceritanya gak berbelit² yah thor, jadi pengikut setia , mulai dari cerita valerie
2024-04-03 15:17:40
1
65 Chapters
Pengakuan
“Ruby, aku gay.” Ruby menahan rasa mual kala mengingat pengakuan mantan kekasihnya yang kepergok beradu pedang di apartemen yang keduanya persiapkan untuk masa depan mereka. Ternyata, Ruby hanya dijadikan tameng selama 6 tahun belakangan agar pria itu tak dihakimi keluarga dan lingkungan. Luar biasa! “Are you okay, Ruby?” Ucapan sang sahabat menyadarkan Ruby dari lamunan tentang kejadian beberapa hari lalu. “No. I’m not,” jujur Ruby, “Arden ternyata menyukai laki-laki.” “Selama ini, aku berpikir jika aku sangat menawan, sehingga bisa mempertahankan dia.” Tak peduli keadaan klub yang berisik, entah mengapa tangisan yang ditahan Ruby, keluar juga.“Ternyata aku sama sekali tidak menarik dan dia sama sekali tidak menyukaiku. Aku—” “Kamu menarik, bestie. Arden saja yang bajingan,” hibur Liv cepat. Dituangnya alkohol dan memberikannya pada Ruby untuk diminum. “Tapi tetap saja aku sakit hati.” Ruby memelas lirih. “Aku tahu ...” Liv harus berhenti bicara saat musik tiba-tiba menya
Read more
Pria Asing yang Tampan
“Halo?”“Ya. Aku baik-baik saja. Thanks sudah membantuku,” jawab Ruby setelah berhasil menenangkan diri.Hanya saja, dia sadar pria tampan di depannya ini tampak mengamati penampilan Ruby, juga sepatu yang masih menggantung di tangannya.“Jangan salah paham. Aku ke sini sebenarnya untuk menenangkan diri, bukan untuk hal lain yang mungkin terlintas di pikiranmu.”Ck!Ini semua salah Liv. Sahabatnya itulah yang memaksa Ruby berpakaian seperti ini dengan dalih untuk melepas penatnya. Namun, wanita itu bukannya menemaninya bicara malah asyik sendiri menikmati dunianya di klub malam.“Menenangkan diri?” Pria itu mengernyit, “apa kamu mabuk?”“Aku hanya minum beberapa gelas. Mungkin dua tiga gelas. Tidak sampai satu botol jadi aku tidak mabuk.”Ruby lantas menjatuhkan sepatunya tepat di sampingnya lalu duduk di atas hamparan pasir putih yang lembut.“Oh, iya. Namaku Ruby.” Dia mengulurkan tangannya, “Ruby Estella.”Pria di depannya itu tampak ragu sebelum akhirnya menjabat tangan Ruby. “Lou
Read more
Malam Pertama...?
Merasa bahaya, Ruby mencoba menolak. Didorongnya tubuh Louis yang menghimpitnya. Namun, kedua tangan Louis langsung meraih dan menyatukan kedua tangannya ke atas kepala gadis itu. “Emmph….” Louis kembali mencecap bibir Ruby dengan penuh hasrat. Sentuhan Louis membuat Ruby hilang kendali. Mungkin juga karena alkohol yang diteguknya di klub sebelumnya? Di sisi lain, Louis--yang merasa Ruby tak lagi menolak--melepaskan tangan Ruby hingga kedua tangan wanita itu bergerak ke pinggangnya. Telapak tangannya menyentuh wajah Ruby, membelainya sebelum kemudian bergerak menyugar rambut Ruby yang masih lembab. “Ruby, bolehkah aku...?” Bola mata Louis menjelajahi tubuh Ruby yang akhirnya mengangguk pelan. Dalam hitungan detik, Ruby sudah berada dalam pelukan Louis yang membawanya ke luar dari kamar mandi dan meletakkannya di atas ranjang. Tangan Ruby menahan tubuh Louis yang menjulang di atasnya. Tubuh gadis itu bergetar gugup. Dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya dengan laki
Read more
Pergi
Jujur, Louis tidak pernah terpikir jika dia kelak akan berkenalan dengan wanita yang baru saja ditemuinya. Biasanya, dia akan menghindar terlebih karena dia tahu wanita-wanita yang mendekatinya hanya memanfaatkan ketenaran dan uang yang dimilikinya. Namun, Ruby berbeda. Dia sepertinya tidak mengenalinya sebagai Winston, sosok turun temurun yang memiliki dinasti perusahaan perhotelan terbesar di negeri ini. Louis sekali lagi menatap sepanjang garis pantai milik keluarganya tersebut setelah dia sudah memakai kembali pakaiannya. Dia duduk sebentar di kursi rotan, masih berharap jika Ruby akan kembali. Hanya saja, pria itu tiba-tiba ingat tentang tujuan awalnya datang ke pantai! Louis lantas merogoh kantong jasnya dan mengeluarkan sebuah cincin berlian.“Aku pikir sekarang waktunya aku melepaskannya."Dua tahun sejak pernikahan wanita yang dicintainya, Louis akhirnya merasa yakin tak ingin terikat selamanya.Terlebih, dia menemukan sosok Ruby yang mampu memutarbalikkan prinsipnya.Lo
Read more
Pengaman
Sementara itu, Ruby yang jadi sumber kegelisahan dua pria tadi, kini merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar. Dia tengah kembali mengingat semua yang sudah dilakukannya tadi malam bersama Luois. Louis begitu memikat sampai-sampai dia lupa betapa mengenaskannya kisah cintanya yang sudah berakhir. Untung saja, ini akhir pekan jadi dia bisa menghindari berondongan pertanyaan yang pasti akan diajukan teman-teman kerjanya. Namun, semalam itu merupakan malam terbaik bagi Ruby. Seperti memiliki magisnya sendiri, setiap detik yang dia lewati bersama Luois memiliki sisi positifnya. Setidaknya dia bisa melupakan Arden untuk sementara waktu. Bersama Louis, dia tidak ingat jika dia baru saja gagal bertunangan!“Dan dia benar-benar sangat tampan.” Tanpa sadar, Ruby tersenyum. Tubuhnya kembali dialiri hawa panas saat mengingat betapa lihainya Louis menguasai dirinya. Mereka bahkan melakukan hubungan itu bukan hanya sekali, namun tiga kali sepanjang malam. Dan kenyataan jika Louis
Read more
Hamil
Wajah Ruby memerah saat Liv bertanya soal pengaman. Tadi malam dia tidak terlalu memperhatikan hal lain selain tubuh Luois. Matanya hanya terfokus pada pria itu seolah dia terhipnotis.Namun, dia ingat-ingat kalau tadi malam Louis menggunakan sesuatu di tengah-tengah permainan panas itu. Seharusnya, dia menggunakannya, kan?Ruby melirik sekelilingnya untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar pembicaraan mereka. Kemudian dia berbisik, “Aku rasa dia menggunakannya.”“Aku rasa?" Liv berdecak. "Kamu tidak melihat dengan jelas dia menggunakannya?”Ruby salah tingkah. Dia berdehem, lalu menatap Liv lagi. “Tidak. Malah aku tidak terpikir tentang hal itu.”Liv terbelalak. Dia tidak tahu harus mengatakan apa saking merasa shock dengan pengakuan polos Ruby. "Ruby, itu poin penting ketika kamu melakukannya dengan pria. Tidak lucu jika dua bulan lagi kamu mendapati dirimu tengah...” Liv melirik sekitarnya lagi. “Hamil!”Hamil?Ruby langsung bergidik mendengar kata hamil yang dilontarkan L
Read more
Pernyataan?
“Ke mana kita sekarang?” Setelah puas, Liv membereskan barang-barangnya dan menjejalkannya ke dalam tas setelah mereka terlalu lama menghabiskan waktu di coffe shop.Tatapan para pelayan coffe shop pada mereka sudah cukup menjadi sinyal jika mereka harus segera angkat kaki. Biasanya keduanya tidak melakukan hal itu, seperti sengaja duduk berlama-lama demi menikmati layanan wifi gratis. Mereka hanya punya banyak hal yang harus dibahas dan dibicarakan, namun mereka lupa jika waktu yang mereka gunakan cukup banyak.Ruby menyandang tas dan jaketnya. “Nanti saja kita bicarakan. Kita harus segera keluar dari sini.”Liv mengikuti Ruby keluar dari coffe shop. Keduanya tertawa cekikikan saat mengingat bagaimana para staff sengaja lalu lalang lewat di samping mereka untuk sekedar mengingatkan waktu. Setelah menyadari jika mereka memang sudah duduk di sana selama hampir tiga jam, Ruby seketika merasa bersalah. Di luar sedang turun hujan dengan lebat. Orang-orang banyak memadati coffe shop h
Read more
Atasan
Louis menatap lautan lepas di hadapannya, menunggu matahari menghilang di ufuk barat. Cahaya keemasannya dan suara-suara burung laut yang hendak kembali ke sarang masing-masing membuat suasana semakin hangat dan menenangkan. “Masih menunggunya di sini?” Edd menyusulnya, berdiri di samping Louis dengan kedua tangan diselipkan ke saku celana.Louis tidak menyahut. Dia menyisir seluruh pantai itu, berharap diantara puluhan orang yang memenuhi pantai, Ruby-lah salah satunya. Namun selama satu jam berada di sana, dia tidak menemukan sosok wanita yang dicarinya.“Mungkin dia turis,” Edd membuka kaca mata hitam yang menggantung di hidungnya yang tinggi. “Bukankah dia bilang dia baru saja mengetahui perselingkuhan kekasihnya? Bisa jadi sebenarnya dia berasal dari luar kota dan datang ke sini hanya untuk melihat kebenaran tentang kekasihnya. Karena dari berapa orang yang bernama Ruby yang sudah diselidiki, tidak ada satu pun mengarah ke ciri-ciri yang kamu sebutkan.”“Kamu sudah memeriksa s
Read more
Dihibur
Ruby hanya diam saat mendengar perintah pemecatannya dan menunggu hingga Dick keluar meninggalkan mejanya. Saat Ruby memungut pulpennya yang rusak, teman-temannya yang lain mengerumuninya.“Ruby, kamu baik-baik saja?”“Astaga By. Dick si Gempal memecatmu, kamu yakin tidak apa-apa?”“Bagaimana dengan proyek novel barumu?”Ruby hanya mendesah mendengar pertanyaan demi pertanyaan dari teman-teman kerjanya. Ruby tersenyum.“Semuanya akan baik-baik saja.”Dia membereskan barang-barang miliknya. Toh dia memang tidak betah lagi bekerja di sana sejak Dick menjadi atasannya. Walau perusahaan ini memberinya banyak hal, termasuk kenangan berharga yang tidak bisa dibelinya, keberadaan Dick membuatnya tidak ingin berlama-lama lagi di sana. Selama lima tahun bekerja di Quantum Media, Dick-lah satu-satunya penghalang yang berbahaya.Dengan santai Ruby meninggalkan perusahaan setelah membuat laporan resmi ke ruangan HRD. Dia sepakat akan tetap menyelesaikan naskah yang sedang dikerjakannya dan men
Read more
Selangkah Lebih Lambat
“Kamu sungguh-sungguh dipecat?” Liv menatap Ruby yang membaca buku dengan serius.Ruby hanya menganggukkan kepalanya, menyesap kopinya lalu membuka lemaran baru buku yang dipegangnya. “Jadi sekarang apa rencanamu?” tanya Liv lagi.Ruby memilih menutup bukunya. Dia mengamati Liv yang terlihat simpati padanya. Dia bergumam pendek, terlihat menimbang-nimbang. “Aku akan menulis secara independen.”“Lalu karya-karyamu?”“Karena sebelumnya aku sudah menandatangi kontrak dengan Quantum Media, maka karya yang kubuat di sana harus tetap kubagi dengan perusahaan itu. Dan aku juga masih harus mengerjakan dua proyek lagi. Setelah menyelesaikannya, aku akan mulai menulis sendiri.”Liv menyeruput kopinya, mengangguk-angguk setuju. “Kamu masih menggunakan nama samaranmu yang lama? Perusahaanmu tidak keberatan?”“Tidak. Aku tetap bisa menggunakannya, sudah ku bicarakan dengan mereka.”“Ada buktinya?”“Tentu saja.” Ruby tersenyum, mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya. “Aku tidak akan melupa
Read more
DMCA.com Protection Status