Aku bergegas menghampiri bapak polisi itu untuk mengetahui jelasnya apa yang terjadi.
“Selamat pagi Pak? Maaf Bapak cari saya?” tanyaku pada mereka.
“Pagi. Maaf apakah Bapak yang bernama David?”
“Benar ini saya. Kalau boleh tahu ada apa ya? Kenapa banyak polisi ada di sini.” tanyaku meminta penjelasan.
“Kalau begitu, mohon ikut kami ke kantor karena Kami mendapat laporan bahwa Pak David diduga menjadi pelaku pelecehan seksual.” Sontak aku kaget dengan pernyataan yang tak pernah kulakukan itu.
“Tunggu Oak.. siapa yang melapor dan siapa yang saya lecehkan? Sumpah. Demi Tuhan saya tidak pernah melakukan perbuatan itu.”
“Soal itu mari kita selesaikan di kantor saja. Pelapor menyebutkan bahwa wanita yang menjadi korban kini telah hamil dan itu karena ulah bapak.” Aku semakin shock. Tidak terima dengan pernyataan itu. Aku memberontak dan melawan polisi-polisi itu deng
Aku tak tahu sekuat apa kekuatan dan pengaruh ayahnya Shopia. Sampai aku heran dan berpikir apakah aku mencintai orang yang salah? Dan sehebat apakah kekuatannya sampai begitu mudah mengancam orang yang menjadi lawannya?“Anda perlu apa? Dan apa yang Anda inginkan dariku.”“Baik, intinya situasi yang Anda saat ini hadapi sangat terdesak. Dan rasanya akan sulit untuk melakukan pembelaan dan bebas.”“Jadi intinya apa? Tidak usah bertele-tele.” Tegasku.“Intinya ayah Shopia menawarkan untuk kasus ini pada dua hal. Mau disudahi atau diteruskan. Jika diteruskan maka lakukan apapun untuk membebesakan diri tapi itu sangat berat dan sulit. Dan jika ingin disudahi maka itu mudah saja. Anda harus menandatangani kesepakatan.”“Kesepakatan?”“Iya. Kesepakatan atas beberapa hal yang harus Anda patuhi dan tidak boleh Anda langgar.”“Katakan saja cepat.”&ldqu
Sebenarnya bukan soal ancaman dan penjara yang kutakutkan, sebenarnya bukan tekanan dari Ayah Shopia yang kukhawatirkan jikapun aku harus menandatangani kesepakatan itu. Secara mendalam telah aku pikirkan semalam akan perkara ini. Aku merasa ini lebih seperti ujian ketangguhanku saja. Apakah aku mampu melewati ini atau sebaliknya?Jujur aku tidak takut dengan semua ancaman dan konsekuensi yang kutanggung jika tidak menyepakati atau bahkan melawan ayah Shopia. Tapi, disini aku mencoba untuk berpikir logis dan realistis.Ide yang kutemukan semalam adalah meminta pesuruh ayah Shopia untuk membuat kesepakatan juga yaitu, dengan meminta pendapat Shopia atas keterdesakan ini. Secara khusus aku akan tanyakan ke dia tentang kesetiaan dan komitmen kami. Jika dia-nya masih memegang komitmen dan janji yang penah kami sepakati maka aku akan tolak kesepakatan yang diajukan ayahnya. Tapi jika ia menyerah dan tidak ada kesempatan untuk diperjuangkan maka terpaksa aku menyetujui tawar
Ini adalah detik-detik yang sangat menentukan. Yaitu detik-detik sebagai penentu apakah aku lanjut atau tidak untuk memperjuangkan cinta kami. Sebuah cinta yang kubangun perlahan dan kuperjuangkan habis-habisan. Kali ini aku ingin serius dan tidak mau main-main lagi soal perempuan dengan berlama-lama menunda untuk menikah.Dan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati saban harinya dan kuperjuangkan agar bisa hidup bersamanya adalah Shopia. Tapi situasi yang ada saat ini sangat memukulku. Aku tinggal menunggu jawaban darinya untuk segera kupastikan; lanjut dengan segala resikonya dan menyerah dengan segala rasa sakit hatiku.“Bagaimana Shopia? Tolong katakan dengan jujur..”“…Sayang… aku masih tidak tahu… ““Tapi hatimu condong ke mana? Tolong katakan. Aku butuh jawabannya segera. Jangan merasa terpaksa atau tidak enak mengatakannya. Katakanlah yang sejujurnya,” desakku.“.. Maaf
Rupanya tidak cuma Shopia dan ayahnya saja. Di belakangnya menyusul beberapa ajudannya yang berbadan kekar dan tegap. Seolah memberitahukan pada sekitar kalau siapapun tidak boleh macam-macam dan mengganggu bos kami. Menyadari kehadiran mereka, ayah bertanya siapa mereka dan kenapa Shopia ada bersama mereka. Aku tak ceritakan sekarang. Di rumah nanti saja biar tenang soalnya persoalannya rumit. Ayah memahami situasinya. Shopia dengan muka sendunya menghampiriku dan meninggalkan ayahnya yang tetap mengawasinya di kejauhan sana. “Bisa kita bicara sebentar Sayang? Di tempat yang sepi di luar.” Sebenarnya tidak perlu lagi ada yang dibicarakan. Semua sudah jelas. Tapi Shopia mendesak dan bilang ini yang mungkin terakhir sebelum ia bergegas pulang. Akhirnya akupun luluh. Aku minta izin ke keluargaku untuk menurutui permintaan Shopia. Kami berjalan keluar dan mencari spot yang bagus untuk bicara empat mata. Sementara Ayah dan beberapa ajudannya menunggu dan
Setelah Shopia dan rombongan sialannya itu pulang aku segera menghampiri keluargaku dengan masih menyisakan rasa penasaran yang mendalam. Dari apa yang sebelumnya disampaikan Shopia aku sangat merasakan dan paham bahwa ia masih sangat mencintaiku sehingga ia tetap ingin namaku selalu ada di hatinya.Sore itu kami pulang. Di jalan aku menikmati makanan yang dibeli ayah sambil bercerita. Kakakku tanpa sengaja menanyakan bagaimana kelanjutan rencanaku menikah. Menyadari ini topik yang tidak tepat dibicarakan, ibu segera mengalihkan pembicaraan dan memberi kode keras untuk kakakku agar tidak menanyakannya sekarang.Setelah sampai di rumah aku memastikan banyak halnya sebelum besok mulai kembali beraktivitas. Diantaranya adalah memastikan ke Pak Komisaris bahwa namaku di perusahaan sudah bersih. Untuk lebih memastikan aku menanyakan ke Sheily dan beberapa karyawan yang lain. Mereka bilang sudah aman. Tidak ada lagi rumor di kantor kalau Pak David ditangkap karena perbuatan
Ada apa dengan Sheily? Kenapa ia menolak permintaanku? Biasanya baik-baik saja saat aku minta waktunya. Apa karena ia sedang sangat sibuk? Atau karena sudah ada janji dari cowok lain yang diam-diam mungkin mengejarnya? Bagaimanapun, hatiku sempat shock dengan sikapnya yang membuatku seperti tak mengenalinya sebagai seorang Sheily sekertarisku yang selalu patuh dan tak pernah melanggar perintah.Jika biasanya ia patuh lalu tiba-tiba ia tidak patuh berarti ada yang tidak beres. Agar tidak berpsekulasi macam-macam aku langusng menanyakannya.“Ada yang salah dari permintaanku Sheil?”“Maaf Pak malam ini saya harus mengantar Ayah saya berobat ke dokter. Hari ini jadwal kontrol. Sementara pekerjaan hari ini di kantor banyak sekali dan saya harus menyelesaikannya dengan lebih cepat agar sepulangnya nanti bisa mengantar Ayah saya berobat.”Alasan yang sangat bisa diterima. Aku menawarkan untuk mengantarnya pulang dengan harapan bi
Namun di sisi lain, aku harus memprioritaskan Sheily yang sudah menyempatkan dan mengorbankan waktunya untuk menemani sesi curhatku yang tadi sempat terputus di kalimat yang sangat penting.Aku lebih memilih untuk tidak mengangkatnya. Panggilan kuarahkan ke nomor Sheily. Tak lama kemudian tersambung.“Halo Sheily. Sampai mana tadi?”“Iya Pak.. tentang saran saya satu lagi,” aku mendengarkannya dengan seksama apa yang akan dinasehatkan.“Jika memang sudah mantap dan Maria belum ada yang melamar, jangan ditunda-tunda lagi. Singkirkan idealisme Bapak dulu. Tapi hadapi dengan realistis. Jangan sampai karena menunda, masalah akan bertambah dan urusan akan berlarut-larut lagi.”“Siap Sheily. Terimakasih banyak ya atas waktunya.”Sheily izin menyudahi karena ayahnya memanggilanya dan usai kami bertelepon aku segera beristirahat.Sebelum istirahat Shopia mengirimkanku pesan tapi hanya kubaca tan
Aku sangat bersyukur karena ayah memberikan kepercayaan itu lagi. Memang rasanya tidak enak dan malu lebih tepatnya namun apa boleh buat? Dari semua kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik dan terbaik maka inilah yang lebih baik dan terbaik.Ayah dengan kerendahan hatinya memintaku untuk merenungkannya masak-masak sebelum memutuskan untuk melamar wanita yang namanya barusan disebutkan yaitu; Maria.Ayah merasa mungkin ini ada hubungannya dengan Maria. Ayah Merasa Tuhan tidak menginginkanku hidup menjalani rumah tangga bersama Shopia tapi Maria. Ayah juga merasa inilah alasannya aku dijatuhkan dalam hubungan asmaraku dengan Shopia agar aku mengetahui betapa berharganya Maria untukku.Dalam kesendirian saat di sel tahanan aku juga sempat berpikir bahwa jika dengan Shopia tidak jadi maka aku bisa jadi datang ke Maria dan melamarnya. Tak kusangka ternyata ini juga dikonfirmasi oleh ayah.Dan jika dipikir-pikir antara Renata, Shopia dan Maria maka yang paling