“Usia kandungan masih sangat muda, jadi janinnya masih belum terlihat. Di sini,” kata dokter kandungan tersebut sambil menunjuk layar komputer. “Kantong kuning telur ini yang nantinya berkembang.”Risa mengangguk-angguk. Dia baru tahu jika kehamilan empat minggu belum bisa membuatnya melihat bagaimana bentuk bayinya. “Kalau begitu aku akan kembali empat minggu lagi, Dok. Lalu … aku ada sedikit keluhan. Payudaraku terasa nyeri dan aku menjadi lebih gampang kelelahan.”“Itu salah satu yang harus dirasakan Bu Risa,” sahut Dokter Marina, “Selain mual-mual, nyeri pada payudara adalah hal lumrah. Nanti saya resepkan obat untuk mengurangi rasa tidak nyamannya.”“Baik, terima kasih.”Wanita itu lantas pergi setelah menerima resep yang diberikan oleh Dokter Marina, setelah itu pergi untuk menebus obat yang diharapkannya bisa mengurangi rasa tidak nyaman yang dideritanya selama masa kehamilan.Setelah keluar dari rumah sakit, wanita itu tidak lantas pulang ke rumah. Dia ingin menghirup udara se
Pagi sekitar pukul tujuh, Danu terbangun dengan rasa sakit di kepala yang lumayan berat. Pandangannya mengabur dan tidak seimbang hingga membuatnya agak mual. Dia mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam dan akhirnya pikirannya membawa ke pertemuan dengan rekan-rekan kerja yang terus memaksa dirinya untuk banyak minum.Dengan langkah sempoyongan dan juga kepala seperti dipukul-pukul, pria itu beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Baru setelah Danu melihat siluet seorang wanita berada di dapur, dia baru sadar jika semalam dia tidur di rumahnya sendiri.“Kau sudah bangun?” Risa bertanya dari dapur terbuka tersebut. “Duduklah, aku membuat sesuatu agar mengurangi rasa pusingmu.”Pria itu masih berdiri di tempat dengan mata terpejam, merasakan kepalanya yang terasa berputar-putar juga rasa mual di perutnya. Di saat seperti sekarang ini, pikirannya bahkan tertuju pada Laras yang semalam tidur sendiri tanpa dirinya.“Jay?”Panggilan Risa menyadarkan Danu.“Oh, ya. Aku harus
Begitu tahu kondisi Risa yang tidak bisa dibiarkan saja, Danu bertekad untuk menjadi Jaya, setidaknya di depan wanita itu sampai nanti ketika bayi itu lahir dan dia bisa merebutnya dari pelukan sang ibu. Mungkin itu akan menjadikannya sebagai pria paling jahat yang pernah ada, tetapi Danu tidak akan membiarkan bayi itu lepas dari tangannya.Sekitar pukul lima sore, pria itu tiba di rumah dengan beralasan ada seminar yang harus dihadirinya di luar kota kepada Laras. Untuk sekarang ini Danu tidak mau wanita yang dicintainya tahu apa yang dia rencanakan demi membuat anak Jaya baik-baik saja.Saat membuka pintu dan masuk ke rumah, ruang tamu rumahnya begitu gelap. Bahkan ruang tengah dan dapur terbuka itu pun dalam kondisi yang sama. Ada sebuah tas berlogo lunch box yang siang tadi Danu kirim melalui fasilitas pesan antar.Apa yang Jillian katakan rupanya benar jika Risa mengalami depresi kehamilan. Nafsu makannya tidak teratur dan emosinya selalu naik turun. Danu tahu betul dampak apa ya
Semalam adalah kali pertama bagi Risa tidur bersama suaminya setelah lima bulan menikah. Wanita itu tidak tahu bagaimana mengungkapkannya, apakah dia senang atau biasa saja. Apalagi Danu terus memunggunginya semalaman penuh seolah-olah bukan keinginannya tidur di atas ranjang yang sama.Saat ini Risa tengah memasak di dapur, menyiapkan beberapa makanan untuk sarapan berdua. Dia pikir, seharusnya dia juga harus berusaha saat sang suami mencoba kembali seperti semula. Seperti kata Margareth tempo hari, dia harus bersikap lebih terbuka.Risa baru saja menuangkan sup jamur ke dalam mangkuk, tetapi rasa mualnya mendadak kambuh setelah beberapa minggu ini reda. Diletakkannya panci tersebut di atas meja dan Risa beranjak ke kamar mandi. Namun, dikarenakan posisinya yang tidak sepenuhnya berada di meja, panci tersebut berguling dan menciptakan bunyi keras.Sisa dari semangkuk sup tersebut tumpah berserakan di lantai, sementara panci tersebut masih berputar-putar di area yang sama. Selang bebe
Meski merasa bersalah membohongi Laras seperti itu, Danu tidak punya pilihan lain agar dia bisa mendapatkan kepercayaan Risa. Pria itu akan mencoba sekeras mungkin supaya kedua wanita itu tidak menyadari rencananya sampai satu tujuan itu tercapai.Danu benar-benar berusaha keras membohongi Laras dan juga Risa, menempatkan dirinya di posisi yang sulit. Meski demikian, dia akan tetap melakukannya tidak peduli jika harus bersusah payah berkutat di dapur seperti yang sedang dia lakukan sore-sore begini.Meja dapur penuh dengan wadah-wadah berisi berbagai macam bahan, ada beberapa sendok yang tergeletak di meja bersama dengan bumbu-bumbu instan yang juga berbeda jenisnya. Bahkan tangan Danu pun tidak rupa tangan sebab ada gumpalan tepung yang menempel di sana.Risa yang sejak pukul dua tidur di kamar, terkejut dengan apa yang terjadi di dapur yang selalu bersih itu. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanyanya dengan ekspresi tercengang.“Aku sedang membuat pie susu, tapi ….” Danu menghela napa
“Jadi, seminar yang kau katakan tempo hari itu cuma omong kosong?”Laras menatap Danu dengan mata melotot, mendesak agar pria itu menjelaskan mengapa dirinya berada di restoran bersama Risa, alih-alih di luar kota menghadiri seminar yang membuatnya tidak bisa pulang selama dua hari.Saat ini mereka berdua berada di depan toilet, batas antara laki-laki dan perempuan, berdebat satu sama lain dengan suara pelan, tetapi terdengar penuh emosi, terutama Laras yang merasa dibohongi.“Dengarkan aku.” Danu memegang tangan Laras dengan kuat. “Wanita itu sedang depresi, aku tidak bisa membiarkannya berlarut karena itu akan membahayakan anak Jaya!”“Dan kau berbohong padaku.” Laras masih memelototi Danu dengan perasaan campur aduk antara kecewa dan marah.“Laras, aku sama sekali tidak bermaksud membohongimu, tapi–”“Tapi kau membohongi aku sampai detik ini.” Laras menepis tangan Danu setelahnya. “Kalau aku tidak datang ke tempat ini, apa kau bahkan punya pikiran untuk berkata jujur padaku? Tidak,
Danu membuka pintu rumah dengan tergesa-gesa dan berharap menemukan Risa di sana. Namun, ketika pria itu masuk ke kamar, ruangan itu kosong melompong dan tidak ada tanda-tanda keberadaan wanita milik Jaya tersebut.Dalam waktu yang sama, Danu merasa kecewa, marah dan juga bingung dengan Risa yang mendadak berubah seperti itu dan dia tidak menemukan alasan yang paling pasti kecuali jika wanita itu sempat menguping pembicaraannya dengan Laras.“Sial kalau memang dia dengar semua itu!”Lantas, Danu menghubungi Laras untuk mengetahui di mana mereka berada jika bukan di rumah. Namun, apa yang model itu katakan membuatnya terbelalak lebar.“Dia sudah terbang ke Perancis. Dia mendengar kita berbicara dan semua terjadi begitu saja.”Tanpa menutup panggilan dari Laras, Danu berkacak pinggang sambil memejamkan mata. Dia mendongak seraya mengembuskan napas kasar agar rasa marahnya berkurang. Namun, tiba-tiba suara teriakan terdengar di ponsel Laras dan Risa yang mendengarnya hanya bisa bergidik
“Hah!” Laras mengembuskan napas lega ketika seseorang yang muncul tiba-tiba itu bukanlah Danu, melainkan Jillian. “Aku tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaanmu sekarang,” katanya sambil melangkah masuk.Jillian menyusul dengan langkah yang sama cepatnya. Meski cemas akan apa yang dilakukan Laras malam-malam begini di rumah pria yang sudah menikah, dia tetap masuk untuk sekiranya membantu membuat alasan saat Risa menaruh curiga atas kedatangan wanita itu.Begitu masuk ke rumah, Jillian menyadari jika tidak ada seorangpun yang ada di sana, kecuali dirinya dan juga Laras yang kini menuju ke kamar Danu. Dia dengan segera mengejar dan menghentikannya dengan cara menahan tangan wanita itu. “Apa yang sedang kau lakukan di sini?! Aku tahu kalau kau mungkin sedang tidak waras karena cemburu, tapi masuk ke kamar orang lain itu beda kasus!”“Kau diam saja!” Laras menyentak tangan Jillian, kemudian bergerak membuka lemari untuk menemukan tas yang Risa maksud. Begitu menemukan benda itu di la