Pura-pura baik. Itulah yang selama ini William lakukan ketika dirinya bertemu dengan Rachel. Saat mendengar Marcus mengatakan telah menemukan wanita untuk mengandung calon anaknya, ia sangat bahagia karena itu berarti Marcus hampir mendapatkan apa yang diinginkannya. Tapi semua kebahagiaannya seketika hancur ketika mengetahui bahwa wanita itu adalah Rachel.
Tapi, tidak ada yang bisa William lakukan, selain bersikap seakan menerima semua pilihan Marcus. Awalnya, William berpikir hubungan Marcus dan Rachel tidak akan lebih dari yang direncakan bahkan sebenarnya ia senang melihat kekasaran pria itu pada wanita lemah seperti Rachel. Namun, seiring berjalannya waktu, ia merasa kalau Marcus memiliki perasaan khusus pada Rachel.
Saat mabuk, Marcus akan mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bisa dia katakan atau lakukan saat sadar. Ia tahu tentang hal itu. Dan suatu hari, ia melihat Marcus mencium Rachel tepat di depan matanya bahkan mengatakan hanya ingin bersama wan
Bersambung ...
Rachel yang sedang memotong buah untuk Ji Ho dibuat bingung oleh Marcus yang pulang dengan raut wajah sangat sedih. Entah terjadi apa padanya, ini benar-benar tidak terlihat seperti Marcus yang biasanya. Dia terlihat sangat menyedihkan. “Ayah baik-baik saja?” Ji Ho bertanya pada Marcus. “Ya, ayah baik-baik saja.” Marcus baru saja berbohong, lalu masuk ke kamarnya. “Ji Ho, makanlah buahnya. Kakak akan bicara dulu dengan ayahmu," ucap Rachel sembari meletakan potongan buah apel di hadapan Ji Ho. Setelah anak itu mengangguk barulah ia pergi ke kamar Marcus. Sebelum masuk, Rachel mengetuk pintu terlebih dulu, agar Marcus tidak kaget melihatnya secara tiba-tiba. Saat ada di dalam kamar ini, Rachel tidak mendapat tatapan tajam dari Marcus karena masuk tanpa di suruh, dan ia justru melihat Marcus duduk di pinggir ranjang dengan kepala yang tertunduk. “Kau kenapa? Semuanya tidak baik-baik saja, kan?” tanya Rachel, walau sangat kecil kemungkinan Marcus
Seo Yi, wanita paruh baya ini mendatangi penjara tempat Alex di tahan. Tentu saja ia datang untuk melihat keadaan anaknya. Seo Yi takut jika reaksi Alex akan sama seperti Marcus, tapi ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertemu dengan anaknya. Bagaimanapun reaksi Alex nanti, ia tahu itu pantas untuknya. Dan Alex yang dibawa keluar dari sel terkejut melihat kehadiran Seo Yi, ibunya. Setelah sekian lama menghilang begitu saja, kini ibunya kembali datang menemuinya. Bahagia, ya, tentu saja Alex bahagia, itu terlihat dari senyumannya saat ini. “Ibu,” ucap Alex pelan, tapi masih bisa didengar oleh Seo Yi. “Maaf, ibu baru datang di saat seperti ini. Ibu tahu kau bersalah, tapi hati ibu sangat sakit melihat kau dipenjarakan oleh kakakmu sendiri.” Seo Yi menangis di hadapan Alex dan dibatasi oleh dinding kaca. Alex kembali tersenyum, meski hatinya sakit setelah hidupnya hancur karena dipenjarakan oleh Marcus, kakaknya sendiri. Seperti kata ibunya, ia meman
Pagi harinya, Marcus sudah siap dengan pakaian rapinya dan sekarang dia terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya, karena mulai hari ini ia akan menjadi pemimpin perusahaan yang dulu dipegang oleh ayahnya. Langkah kaki Marcus terhenti sejenak saat melihat Rachel yang sedang menatapnya dengan sebuah senyuman yang terlihat sangat manis. Wanita itu, Rachel, ternyata sangat mengenalnya. Ia baru menyadarinya setelah kemarin malam melihat fakta bahwa Rachel adalah satu-satunya orang yang tahu tentang sesuatu yang paling ia benci. Karena hal itu, maka Rachel harus tetap di sana, bukan? Pertanyaan itu berkeliaran di kepala Marcus. Jawabannya adalah ya, Rachel memang harus tetap di sana agar ia bisa merasa bahwa keberadaannya diinginkan dan agar ia melihat sosok dari orang yang sangat memahaminya. Namun, sanggupkah ia mengalahkan rasa takut tidak berdasarnya tentang luka? “Kau terlihat luar biasa.” Rachel memberikan pujian untuk Marcus. “Aku memang luar biasa.” Dan di
Dan Marcus saat ini tengah berada di pinggir Sungai Han. Pria ini duduk seorang diri dengan raut wajah yang terlihat seperti orang termenung. Marcus tidak ingin anak perempuan, bukan berarti membenci anaknya. Tidak seperti itu, Marcus hanya takut suatu saat akan menyakiti anaknya karena ia sendiri masih benci pada wanita. Ia tidak ingin suatu saat nanti anaknya melakukan kesalahan dan ia tidak dapat mengendalikan emosi karena pada kenyataannya emosinya mudah tersulut karena wanita. Beberapa saat setelahnya, ponsel yang ada di saku celana Marcus bergetar dan itu karena telepon dari William. Tanpa berpikir panjang ia langsung menjawab telepon dari William, seseorang yang sangat ia percaya karena sudah lama bekerja dengannya. “Kau sudah mengantar Rachel pulang?” Marcus yang lebih dulu bersuara ketika sudah terhubung dengan William “Saya tidak menemukan keberadaan Rachel.” Sebagai orang yang
Marcus akhirnya tiba di Busan dan saat ini sudah berada di depan rumah orang tua Rachel. Pria ini langsung menekan bel, kemudian tidak lama pintu terbuka. Yang membuka pintu adalah Aaron, ayah Rachel yang saat ini menatap Marcus dengan tatapan sangat tajam. “Aku sudah tahu semuanya. Aku akan mengembalikan uangmu, walau tidak sekaligus, tapi akan kupastikan semua uangmu kembali.” Aaron lebih dulu bicara, tepat ketika Marcus ingin mengatakan sesuatu. “Rachel ada di sini, kan?” tanya Marcus. “Hubunganku dan Rachel memang tidak begitu baik, tapi Rachel tetap anakku dan aku marah pada siapa pun yang merusak hidup anakku. Kau tidak menginginkan anak perempuan yang Rachel kandung, tidak apa-apa, aku akan merawatnya. Pergilah, jangan ganggu Rachel lagi.” Aaron bicara dengan ketus dan ingin menutup pintu, tapi dengan cepat ditahan oleh Marcus. “Bukan begitu maksudku. Aku hanya ....” “Perg
“Apa kau sedang mabuk sekarang? Setiap mabuk kau selalu mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.” Rachel membalas ucapan Marcus. “Aku 100 persen dalam keadaan sadar. Aku minta maaf karena meninggalkanmu begitu saja saat di rumah sakit. Aku terlalu terkejut saat itu dan aku juga takut akan menyakiti anak kita suatu hari nanti. Sekarang, aku datang bukan untuk mengajakmu menyingkirkan anak kita. Percayalah padaku, aku mohon.” Marcus mencoba meyakinkan Rachel dengan segala upayanya. “Lalu, apa alasanmu datang kemari? Kau bahkan sampai mengaku sebagai rumahku. Aku sungguh tidak mengerti kenapa aku harus hidup seperti ini. Kenapa aku harus mengandung anakmu? Kenapa aku harus tinggal denganmu? Kenapa aku harus bergantung padamu? Dan kenapa kau memberi pengecualian padaku? Aku mencoba untuk memahamimu dan segala traumamu karena kau selalu diam. Tapi sekarang, aku lelah. Kau selalu melakukan segala hal sesukamu, termasuk meninggalkanku begitu saja
“Kau ingin menikahi Rachel?” Aaron berucap beberapa saat setelah Marcus menyampaikan maksud baiknya. “Ya, aku ingin meminta restu untuk menikahi Rachel. Aku akan menjaganya dengan baik.” Seumur hidupnya, tidak pernah sekalipun Marcus berpikir akan berkata seperti ini. Tapi keinginannya untuk memiliki dan menjaga Rachel membuat Marcus akan melawan segala rasa takutnya. Dibanding trauma, rasa takut kehilangan Rachel jauh lebih menakutkan untuknya. Aaron menghela napas dan tersenyum pada Marcus. Semalam, rasa marah mendominasi dirinya saat melihat Marcus, setelah tahu apa yang sudah pria itu lakukan pada hidup Rachel. Hari ini, Aaron merasa lebih baik saat melihat Marcus sebagai pria yang bertanggungjawab. “Aku merestui kalian karena Rachel terlihat sangat mencintaimu. Aku harap, kau benar-benar akan menjaganya dengan baik,” ucap Aaron. “Terima kasih. Aku akan menjaga Rachel dan anak kami dengan baik.” Ini adalah janji Marcus pada ayah Rachel. “A
Setelah kemarin ke makam ibunya. Sekarang, William pergi ke makam seorang pria yang seumuran dengannya. Di sana tertulis nama Hong Seung Jo, orang yang sangat berarti untuknya. “Aku datang,” ucap William, lalu meletakkan bunga di atas makam Seung Jo. Tidak hanya bunga, tapi ia juga meletakkan satu kotak coklat kesukaan Seung Jo. Air mata yang sejak tadi terlihat memenuhi mata William, akhirnya tumpah karena tidak sanggup ia ditahan lagi. William menangis di sebelah makam Seung Jo. Selalu begini jika sudah datang ke tempat ini. “Selamat ulang tahun.” William berucap disela tangisannya. •••• Seoul, Korea Selatan. Marcus dan Rachel sudah kembali berada di Seoul. Saat ini, Rachel sedang berbaring di ranjang dan tidak lama Marcus masuk ke kamar itu, lalu tidur di sebelahnya dan memeluknya dari belakang. Sedangkan yang dipeluk tidak memberikan respon apapun. Bukan ini yang Marcus ingink