Waktu sudah menunjukkan pukul lima subuh, terdengar sayup-sayup suara azan berkumandang. Bergegas Arlan beranjak dari tempat tidurnya untuk menunaikan kewajiban sebagai umat yang beragama. Setelah selesai mandi dan berpakaian muslim salat lalu disambung dengan membaca kitab suci Al Quran membuatnya dirinya menitikkan air mata, antara sedih dan bahagia.Sedih karena tidak ada lagi wanita yang selalu memberikan kehangatan senyuman setiap dia membuka matanya dan bahagia karena bisa melepaskan wanita yang sudah mengisi hidupnya selama tiga tahun untuk Kebahagiaan wanita itu.Pria tampan itu menoleh ke ranjangnya sebentar, masih terbayang akan kehadiran sosok wanita cantik itu, biar bagaimanapun rasa cinta itu masih ada meskipun Allisa sudah meninggalkannya dalam duka. Tak ingin berlama-lama bersedih Arlan bangkit dan bersiap diri untuk melakukan rencana yang telah dia susun di kepalanya. Hari ini adalah hari yang baru untuk Arlan untuk memulai hidup barunya karena dia tidak ingin lagi b
“Saya suka dengan seorang gadis dan ingin lebih dekat dengan dia gitu,” jawabnya malu-malu. “Nah berarti elo modus kan untuk melakukan sesuatu?” tanyanya pria bertato itu. “Ya nggak juga sih Bang tapi namanya anak muda wajar kan Bang, ada usaha untuk mendekati gadis yang diincarnya?” bela Arlan.Mereka terdiam sejenak. “Hemm ... oke, karena elo jujur kasih tahu kita nggak apalah kalau elo boleh ngambil itu penumpang kita, tapi enggak ada yang gratis lah,” jawabnya dengan penuh semangat.“Maksud Abang?” Arlan mengerutkan dahinya.“Elo boleh ambil itu penumpang asalkan elo harus kasih kita duit setiap elo narik penumpang itu nggak banyak cuma lima puluh ribu setiap elo narik jalan sama dia, bagaimana kalau setuju silakan kalau nggak jangan harap bisa bawa penumpang itu di sini!” pinta orang bertato itu. “Kalau itu mah gampang lah Bang, tapi tolong jagain dia buat saya Bang, nanti uangnya saya tambahkan, maksudnya jangan sampai dia ikut sama yang lain. Dan kalau perlu Abang bisa menja
“Mas ini pintar gombal ya, pasti sudah banyak gadis yang sudah terjerat dengan rayuan Mas itu,” sahut Yumi ikut tersenyum.Arlan melihat untuk pertama kalinya senyuman manis itu yang terukir indah diri sudut bibirnya itu. “Tidak ada yang mau dengan saya apalagi berpenampilan seperti ini, kalau menghina ya banyak, tapi saya tidak peduli selama mereka tidak keterlaluan membuly , saya abaikan saja, kita berangkat?” Arlan mengingatkan kalau dirinya harus segera pergi untuk mencari pekerjaan.“Oh iya Mas maaf kok malah kita ngobrol, tapi saya nggak pergi ke cafe itu, saya sudah dipecat dari sana tapi bos cafe itu sangat baik dia merekomendasikan saya untuk bekerja di sebuah hotel besar, sebenarnya saya nggak terlalu suka bekerja di hotel tapi saya butuh uang untuk pengobatan bapak, kita berangkat?” Kini Ayumi yang meminta Arlan pergi. “Hati-hati di jalan ya Mas bro,” teriak Jarwo membuat Yumi bingung. Pegangan yang erat ya Neng, nanti takut jatuh,” timpa Udin mengingatkan sambil terke
“Ya Tuhan, benarkah itu Allisa? Kenapa aku malah mengkhawatirkan dia? Kita sudah berpisah dan sebentar lagi surat perceraian itu akan selesai, tapi ...” Hati Arlan kembali dilema setelah melihat wanita yang pernah singgah di hatinya itu dibawa pergi dengan sebuah mobil. Arlan mengejar mobil itu dengan cepat. Terlihat sekilas kalau Allisa atau siapa pun itu berontak. Setidaknya ada dua orang yang memegangi tubuhnya dan satu lagi tiba-tiba saja berusaha mencekoki sesuatu ke mulut Allisa sehingga wanita itu tersedak dan lama-lama kesadaran wanita itu hilang seketika.“Kenapa juga kita harus membawa wanita ini?” tanya orang itu dengan wajah sangarnya. “Ini perintah Bos, yang penting kita sudah melakukan apa yang dia mau. Dia memang cantik sekali, tubuhnya sangat menggairahkan bagaimana kalau kita cicipi dulu, bos kita tidak akan tahu kan?” usul preman satunya lagi. “Kamu sudah nggak waras Bro, meskipun Bos tidak bersama kita, tapi dia itu mempunyai indera ke enam, dan jika sampai keta
Dua puluh menit kemudian Arlan telah sampai di rumah sakit. Susah payah pria tampan itu membawa Allisa karena memakai motor, tapi tenaganya masih bisa mengangkat tubuh semampai Allisa. Dia lalu membaringkannya di kereta dorong yang dibawa oleh dua suster. “Pastikan dia tidak tahu siapa yang telah membawanya ke sini dan jika siuman dan bertanya siapa yang telah menyelamatkan bilang saja Tuan Elang yang tidak sengaja menemukan dia di rumah sakit, oke?” pinta Arlan kepada dokter yang memeriksa Allisa. “Baik Tuan, sesuai perintah Anda,”sahut Dokter Erwin. Setelah menyelesaikan prosedur rumah sakit, akhirnya Arlan pergi dari rumah sakit meninggalkan Allisa begitu saja, meskipun dalam hatinya masih ada rasa kasih sayang dan cinta sedikit untuk wanita yang pernah singgah di hatinya selama tiga tahun lamanya. “Cari tahu ke mana si bajingan itu, temukan dan bawa dia ke markas , aku ingin mengulitinya!” “Baik Bos!”Arlan menghubungi salah satu anak buahnya yang bernama Dino. Dengan cepat
“Apakah kamu berniat membantu Allisa untuk keluar dari masalah ini? Dia terlalu bodoh atau polos sih, mau saja menuruti keinginan Bima, atau kamu mungkin dulu tidak bisa memuaskannya di ranjang sehingga dia mencari pelampiasan dengan pria lain untung saja dia tidak memilih aku,” gerutu Panji di dengar oleh Arlan membuat Panji mendapatkan tatapan tajam yang ingin menusuk dirinya.“Hanya bercanda, Arlan. Lagian kamu bisa membantunya keluar dari bayangan Bima dalam wujudmu seperti ini, bukan?” lanjut Panji lagi.“Ya, selain balas dendam aku ingin Allisa tidak melakukan hal itu lagi, tapi untuk kembali bersama lagi mungkin ....”“Kamu tidak mencintainya lagi? Atau karena kamu sudah mendapatkan yang baru? Ayumi Lestari nama yang cantik secantik orangnya, kan?” goda Panji sambil terkekeh. “Apakah aku harus mengingatkan kamu apa yang aku lakukan jika aku marah?” sindir Arlan seketika membuat Panji sedikit syok. “Tidak .... Baiklah sekarang aku hanya ingin memberitahukan kalau orang yang b
Panji kembali fokus untuk memberikan pekerjaan untuk Ayumi. Dia berusaha untuk tidak terpesona dengan Ayumi seorang gadis cantik yang sederhana. Keputusan yang tepat jika Ayumi memakai masker mungkin ada mata jahil yang akan terpesona dengan Ayumi juga selain dia. Setelah selesai memberikan tugas, Panji batu ingat kalau dia mempunyai stok masker di laci mejanya. Dia lalu memberikannya kepada Ayumi. Gadis cantik itu menerimanya dan langsung memakainya. Ayumi pun segera melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai arahan Panji.Sementara itu Arlan sudah bersiap untuk meeting dengan Daniel, pria yang membeli tubuh Allisa. Arlan berusaha untuk bersikap tenang meskipun hatinya sudah panas dan ingin sekali memberikan pukulan di wajah pria patuh baya itu. Tepat jam dua siang tamu yang ditunggu pun telah datang ke hotel. Daniel Danu Praja pria paru baya yang berusia lima pulih tahun itu ternyata tidak sendiri datang. Ada seorang gadis cantik berpakaian seksi super ketat yang menemani pria i
Mendengar ucapan itu membuat hati Sheila panas dan ingin sekali melayangkan tangannya ke wajah tampan Arlan tapi melihat isyarat dari papanya Sheila pun mengurungkan niatnya. Hanya bisa memendam rasa itu yang seakan-akan telah menghinanya secara terang-terangan. “Maaf Pak Radit, saya akan menyetujui permintaan Bapak untuk merevisi proposal ini dan kami janji akan membuat Bapak terkesan. Beri kami waktu dua hari saja untuk mengkaji kembali proposal kami dan kami janji tidak akan mengecewakan untuk kedua kalinya,” ucap Pak Daniel melunak. “Baiklah, saya bukan orang yang tidak menghargai kerja keras orang lain selama orang itu mau menerima kritikan dan masukan dari saya. Tepat di hari itu saya akan memutuskan apakah perusahaan Anda layak berdampingan dengan perusahaan saya atau tidak, permisi!” Lagi-lagi sikap Arlan membuat mereka geram tapi mereka harus bersabar karena proyek ini sangat dikejar oleh Daniel. “Terima kasih, Pak Radit, kalau begitu kami permisi, selamat siang!” Daniel i